Dedi Mulyadi sudah menghubungi dokter yang merawat Raya.
Dedi mengatakan, dari penjelasan dokter, tubuh Raya dipenuhi cacing diduga karena lingkungan yang tidak bersih.
Sementara ibunya menderita gangguan jiwa dan ayahnya mengidap TBC.
"Saya sudah menelepon dokter yang menanganinya bahwa anak itu memiliki penyakit kalau dalam bahasa kampung cacingan."
"Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ."
"Dia (Raya) sering dirawat oleh neneknya dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru TBC," ujar Dedi Mulyadi.
"Dia sejak balita sering berada di kolong rumah bersama dengan ayam dan kotoran sehingga mungkin dia sering kali tangannya tidak dicuci dan mulutnya kemasukkan cacingan. sehingga menimbulkan cacing yang akut," kata Dedi.
Atas kejadian ini, Dedi Mulyadi akan mempertimbangkan untuk memberikan sanksi kepada perangkat desa dan pihak yang tidak menjalankan fungsinya untuk melayani masyarakat.
"Dimungkinkan saya akan memberikan sanksi bagi desa tersebut karena fungsi-fungsi pokok pergerakan PKK tidak jalan, fungsi posyandunya tidak berjalan, dan fungsi kebidanannya tidak berjalan."
"Sanksi-sanksi akan kami berikan kepada siapapun dan daerah mana pun yang terbukti tidak memberikan perhatian kepada masyarakat," ujar Dedi Mulyadi.
Dedi juga telah mengirimkan tim untuk mengobati keluarga Raya.
Baca juga: Heboh, Anak 9 Tahun di Sukabumi Bakar 13 Rumah Warga Gara-gara Terinspirasi dari Game Online
Penjelasan Dokter RSUD Syamsudin
Terpisah, pihak RSUD Syamsudin Sukabumi menyebut, Raya masuk IGD pada 13 Juli 2025 sekira pukul 20.00.
Saat masuk IGD, kondisi Raya sudah tidak sadarkan diri dan kekurangan cairan berat.
Raya saat itu dibawa oleh pihak keluarga.
"Syok atau kekurangan cairan bisa ditangani tim dokter, tetapi untuk penyebab penurunan kesadaran belum diketahui, saat itu," kata Humas RSUD Syamsudin Sukabumi, dr Irfan.
Hal tak terduga lantas terjadi.
Disebutkan dr Irfan, masih di ruang IGD itu tiba-tiba hidung pasien keluar cacing.
Dari situlah muncul dugaan dari tim dokter jika kondisi tubuh Raya ini ada keterkaitannya dengan infeksi cacing.
"Seusai kondisi sedikit stabil, Raya dirujuk ke Ruang PICU untuk penanganan intensif anak."
"Benar adanya, ada infeksi yang menyerang tubuh Raya, adalah askariasis atau penyakit akibat cacing gelang, yang umumnya hidup di tanah."
"Infeksi ini bisa terjadi ketika telur cacing tertelan baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor."
"Telur akan menetas di usus, lalu berkembang menjadi larva dan biasanya menyebar melalui aliran darah ke organ tubuh seseorang, bahkan juga otak."
"Inilah yang kemudian menyebabkan pasien tidak sadarkan diri," jelas dr Irfan.
Namun di sisi lain, lanjutnya, kerap ditemukan pula di paru-paru.
Hal itu yang kemudian menyebabkan cacing sepanjang sekira 15 sentimeter bisa keluar melalui hidung.
"Cacing merambat naik ke saluran atas, ke hidung maupun mulut."
"Karena muncul banyak cacing di tubuh pasien, kami pastikan sarangnya ada di bagian usus," jelasnya.
Hal ini lantas diperkuat dengan penjelasan pihak keluarga pasien.
Disebutkan jika orangtuanya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.
Raya sering bermain di tanah tanpa alas kaki.
Hal tersebut yang kemudian pula memperbesar risiko infeksi.
"Tapi yang dialami Raya adalah kasus parah dan sangat jarang kami jumpai hingga berujung pada kematian."
"Kami menduga, dia juga terdapat penyakit komplikasi seperti TBC, seperti yang dialami ayahnya," jelasnya.
Hal ini yang kemudian menurutnya, membuat nyawa Raya tidak tertolong.
Raya bocah tiga tahun itu meninggal pada 22 Juli 2025 sekira pukul 14.30. (*)
Sumber: Kompas.com
Baca juga: Haru Bahagia Pariyono Warga Sumurboto Semarang, Terima Program Bedah Rumah Lazismu
Baca juga: Nasib Reservoir Siranda Semarang Pasca Temuan Mayat Mengapung, Dirut PDAM: Kami Pasang CCTV
Baca juga: Hotel Santika Pekalongan Wujudkan Kepedulian Lewat Donor Darah dan Cek Kesehatan Gratis
Baca juga: Bupati Pekalongan Berikan Penghargaan kepada Nakes Teladan dan Inovator, Berikut Daftar Penerimanya