Kasus paling mencolok terjadi di SMAN 2 Purwokerto, ketika ditemukan roti sandwich berjamur dan kotak makan masih bau sabun.
Meski tidak menimbulkan gangguan kesehatan, temuan ini sempat memicu keresahan dan langsung dilaporkan ke SPPG serta Dinas Kesehatan.
Aurora Fairus, siswi kelas 12 di sekolah tersebut, mengatakan rasa makanan MBG sering tidak konsisten.
"Kadang keasinan, kadang hambar. Jadi nggak konsisten," ujar Aurora.
Ia juga pernah mendapatkan makanan bersantan yang terasa basi.
Rekannya, Stanley Disatria, menyebut bahwa rasa dan tingkat kematangan berbeda-beda.
"Kadang punya temen enak, punya saya nggak.
Saya selalu kroscek dulu sebelum makan, takut ada yang jamuran atau bau," ucap Stanley.
Meski begitu, Stanley tetap menghargai upaya program ini.
"Menu apa saja nggak masalah, asal ada protein, karbo, dan buah," tambahnya.
Dari wilayah pinggiran, suara ketimpangan mulai mencuat.
Muji Lestari, orangtua siswa SDN 4 Tunjung, Kecamatan Jatilawang, mengaku hingga kini anaknya belum pernah mendapatkan jatah MBG.
"Belum, sampai sejauh ini belum dapat.
Sebenarnya kita menantikan segera ada. Karena sekolah yang ada di kota Purwokerto juga sudah dapat sejak lama," ujar Muji.
Ia berharap program ini segera menjangkau desa-desa, agar tidak memicu kecemburuan sosial.