Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Ahli Pertambangan Unsoed Jelaskan Penyebab Longsor Darmakradenan Banyumas, Ini Analisis Lengkapnya

Ada dua faktor utama yang mempengaruhi terjadinya longsor, yaitu faktor alam dan faktor aktivitas manusia. 

|
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Adi Candra, ST. 
LONGSOR TAMBANG - Ketua Tim Pendirian Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Ir. Adi Candra, ST, MT memberikan pandangannya, Kamis (30/10/2025). Longsor di kawasan tambang milik PT Sinar Tambang Artha Lestari (STAR) di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, pada Minggu (26/10/2025) sore, memunculkan beragam spekulasi dari warga.  

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Kejadian tanah longsor di kawasan tambang milik PT Sinar Tambang Artha Lestari (STAR) di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, pada Minggu (26/10/2025) sore, memunculkan beragam spekulasi dari warga. 

Banyak yang menduga, pergerakan tanah tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas penambangan di bukit tersebut.

Menanggapi hal itu, Ketua Tim Pendirian Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Ir. Adi Candra, ST, MT, memberikan penjelasan ilmiah terkait kemungkinan penyebab longsor tersebut.

Menurutnya, tanah longsor sebenarnya dapat terjadi di banyak tempat dengan berbagai jenis mekanisme. 

Baca juga: Detik-detik Longsor di Kawasan Tambang Ajibarang Banyumas: Saya Lari Batu Sudah di Atas Kepala

Nasib 17 Warga yang Diberi Daging Anjing, Safrianus Sang Pemilik Kini Tewas Gegara Rabies

Popularitas Purbaya Kalahkan Gubernur Jabar, PAN Mulai Melirik: Saya Nggak Tertarik Politik

Curhat Warga Semarang Bawa Wanita Hendak Melahirkan di Puskesmas Tengah Malam, Tak Ada Petugas

"Umumnya kejadian longsor di Indonesia terjadi pada perbukitan yang memiliki kelerengan sedang sampai terjal," jelas Adi Candra kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (30/10/2025).

Secara sederhana, lanjutnya, longsor terjadi ketika gaya penahan pada lereng tidak mampu menahan gaya luncuran yang disebabkan gravitasi sehingga material akan bergerak ke bawah.

Ia menjelaskan, ada dua faktor utama yang mempengaruhi terjadinya longsor, yaitu faktor alam dan faktor aktivitas manusia. 

LONGSOR - Lokasi longsor di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Senin (27/10/2025). Tokoh masyarakat Desa Darmakradenan, Erwin, mengaku sudah lama merasakan tanda-tanda bahaya di sekitar kawasan tambang tersebut. (Dok. Warga)
LONGSOR - Lokasi longsor di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Senin (27/10/2025). Tokoh masyarakat Desa Darmakradenan, Erwin, mengaku sudah lama merasakan tanda-tanda bahaya di sekitar kawasan tambang tersebut. (Dok. Warga) (TRIBUN JATENG/ISTIMEWA)

Faktor alam meliputi besaran curah hujan, kemiringan lereng, kondisi geologi atau batuan, keberadaan struktur geologi seperti patahan atau retakan, serta kedalaman tanah sampai lapisan kedap.

Sementara faktor manusia meliputi penggunaan lahan, keberadaan infrastruktur, serta kepadatan permukiman.

Adi menjelaskan, lokasi longsor yang terjadi pada Minggu sore berada pada salah satu punggungan bukit yang memanjang ke arah barat-timur dengan sudut lereng yang terjal pada bagian utara dan selatan.

"Bukit tersebut terbentuk dari batupasir berukuran sedang sampai kasar yang berlapis-lapis dengan memiliki kandungan karbonat yang tinggi. 

Batu pasir tersebut mengalami proses tektonik sehingga menjadi miring ke arah utara dengan kemiringan 45–48 derajat," ujarnya.

PT Sinar Tambang Artha Lestari melakukan penambangan pada bukit tersebut sebagai salah satu bahan pembuatan semen.

Namun, pada saat kejadian, aktivitas penambangan sedang berhenti (off) karena hari libur, dan kondisi cuaca pun sedang tidak hujan.

"Banyak spekulasi yang mengatakan bahwa longsor tersebut terjadi karena aktivitas penambangan, apakah benar demikian adanya?," katanya.

Lebih lanjut, Adi menjelaskan sistem penambangan secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan tambang bawah air.

"Dasar penentuan sistem penambangan ditentukan dengan beberapa parameter seperti sifat karakteristik endapan, teknologi penambangan, rona awal daerah sekitar, dan faktor ekonomis," paparnya.

Tambang terbuka, kata dia, menjadi pilihan yang banyak dilakukan karena relatif lebih mudah dibandingkan sistem penambangan lainnya.

Metode tambang terbuka sendiri berdasarkan jenis bahan galiannya terdiri dari open pit/open cut/open cast (biasanya untuk tambang mineral), strip mine untuk batubara, quarry (kuari) untuk tambang galian industri, dan alluvial mine untuk tambang placer yang biasanya berada di dekat sungai.

"Quarry (Kuari) menjadi pilihan yang cocok untuk tambang pada bukit seperti yang dilakukan oleh PT Sinar Tambang Artha Lestari, karena endapan berada pada lereng bukit atau endapan berbentuk bukit yang dikenal dengan istilah Side Hill Type," jelasnya.

Adi menambahkan, longsor yang terjadi memiliki arah yang sama dengan arah miringnya batuan berlapis, sehingga arah luncurannya mengikuti bidang miring batuan atau disebut planar/sliding.

"Berdasarkan mekanika sederhana, pada batuan berlapis yang memiliki kemiringan yang sama dengan kemiringan lereng, maka gaya penahan relatif sangat kecil dibanding dengan gaya luncurannya. 

Sehingga potensi longsor menjadi besar," katanya.

Ia menyebutkan, terdapat faktor pendukung lain yang mempercepat longsor, yaitu adanya bekas lubang pada bagian kaki lereng sebelum operasi penambangan dilakukan.

"Bekas lubang tersebut merupakan hasil korekan atau congkelan untuk mengambil mineral phospat yang muncul setempat-setempat dan tidak layak tambang. 

Bekas lubang membuat lereng menjadi menggantung sehingga gaya penahan semakin melemah," ujar Adi.

Selain itu, lereng yang ditumbuhi banyak pepohonan juga memberi beban tambahan pada struktur tanah, memperbesar tekanan pada lereng.

"Untuk aktivitas penambangan sendiri dilakukan pada sisi berlawanan terhadap terjadinya longsor, tepatnya pada bagian selatan. 

Sedangkan longsor terjadi pada sisi bagian utara," terangnya.

Adi memastikan penambangan dilakukan dengan metode gali biasa tanpa menggunakan bahan peledak. 

Dengan demikian, getaran yang dihasilkan sangat kecil.

"Sehingga untuk mengetahui hubungan kejadian longsor ini dengan aktivitas tambang perlu dikaji lagi lebih komprehensif," tegasnya.

Sebagai langkah pascakejadian, ia menilai perlu segera dilakukan mitigasi agar kondisi lereng lebih aman bagi masyarakat dan aktivitas tambang.

"Pada bagian longsor harus dilakukan pelandaian untuk menaikkan kemampuan gaya penahannya. 

Kemudian untuk mencegah longsor terjadi kembali perlu dipasang alat pemantau lereng dan membuat buffer zone yang menjadi batas antara area penambangan dan non-penambangan," terangnya. (jti)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved