Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Alasan Netanyahu Perintahkan Israel Serang Gaza di Tengah Gencatan Senjata

AS menegaskan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza masih berlaku, meski faktanya Israel kembali membombardir rumah sakit dan warga.

Penulis: Yayan | Editor: M Syofri Kurniawan
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Kamis 30 Oktober 2025 

  • Israel kembali menyerang Gaza atas perintah Netanyahu, menargetkan rumah sakit dan permukiman, menewaskan sedikitnya 30 orang.
  • Ketegangan dipicu dugaan pelanggaran Hamas dalam penyerahan jenazah sandera, yang memunculkan tudingan manipulasi dari pihak Israel.
  • Di tengah kekhawatiran perang baru di Gaza, AS menyatakan gencatan senjata masih berlaku, serta menyebut serangan militer Israel sebagai bentrokan kecil.

TRIBUNJATENG.COM, GAZA - Militer Israel kembali membombardir Gaza melalui serangan udara pada Selasa (28/10), meski gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) masih berlaku. Serangan udara menargetkan rumah sakit dan titik permukiman, yang diklaim Israel sebagai sarang kelompok Hamas.

Salah satu serangan dilaporkan mengenai area belakang Rumah Sakit Al-Shifa, yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, sebagaimana diberitakan AFP. Sementara sejumlah orang tewas ketika kendaraan yang mereka tumpangi terkena serangan udara.

Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan, setidaknya 30 orang tewas dalam serangan yang menargetkan sejumlah lokasi di wilayah itu. Disebutkan, serangan ini terjadi di tengah proses pertukaran jenazah sandera antara Hamas dan Israel yang merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata Gaza.

Baca juga: Militer Israel Kembali Gempur Gaza, Saling Tuding Langgar Gecatan Senjata

Baca juga: Warga Gaza Menyemai Harapan Perdamaian, Hamas-Israel Gencatan Senjata

Serangan baru ini terjadi atas titah dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, setelah militer Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan menyerang pasukan mereka di Gaza. Kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa perdana menteri telah memerintahkan 'serangan dahsyat' ke wilayah tersebut.

Sementara, Kementerian Pertahanan Israel menyebut serangan Hamas terhadap pasukan Israel di Gaza sebagai 'pelanggaran batas'. “Serangan Hamas hari ini terhadap tentara IDF di Gaza merupakan pelanggaran batas, yang akan ditanggapi IDF dengan kekuatan besar,” kata Menteri Pertahanan Yoav Katz dalam pernyataannya.

Dipicu ketegangan penyerahan jenazah

Ketegangan meningkat setelah Hamas menyerahkan sebagian jenazah seorang sandera pada Senin (27/10), yang menurut Israel melanggar perjanjian gencatan senjata. Berdasarkan kesepakatan yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas seharusnya menyerahkan 28 jenazah sandera. Hingga Senin malam, baru 16 jenazah dikembalikan.

Namun, hasil pemeriksaan forensik menunjukkan jenazah terakhir bukanlah sandera baru, melainkan sisa jasad sandera Ofir Tzarfati yang telah dipulangkan dua tahun lalu. Kantor Netanyahu mengecam tindakan Hamas itu sebagai pelanggaran nyata terhadap perjanjian.

Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, bahkan menuduh Hamas melakukan rekayasa. “Saya dapat mengonfirmasi kepada Anda hari ini bahwa Hamas menggali lubang di tanah kemarin, menempatkan sebagian jenazah Ofir di dalamnya, menutupinya kembali dengan tanah, dan menyerahkannya kepada Palang Merah,” ujarnya.

Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, membantah tudingan Israel dan mengatakan kelompoknya kesulitan menemukan jenazah para sandera karena pemboman besar-besaran selama dua tahun terakhir. Hamas juga menyebut serangan Israel yang berlanjut akan menghambat pencarian, penggalian, dan pemulihan jenazah.

“Gerakan ini bertekad untuk menyerahkan jenazah para tawanan Israel sesegera mungkin setelah mereka ditemukan,” ujarnya kepada AFP.

Warga Gaza mulai cemas eskalasi akan memicu perang baru. “Sekarang mereka menuduh Hamas mengulur waktu, dan itu adalah dalih untuk eskalasi dan perang yang baru. Kami ingin beristirahat. Saya yakin perang akan kembali,” kata Abdul-Hayy al-Hajj Ahmed (60), warga Gaza.

Hamas sebelumnya telah memulangkan seluruh 20 sandera yang masih hidup sebagaimana disepakati dalam kesepakatan gencatan senjata. Dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel, kelompok Hamas menyandera 251 orang. Sebagian besar dari mereka telah dibebaskan, diselamatkan, atau dievakuasi sebelum gencatan senjata bulan ini.

Selain menyandera 251 orang, serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.221 orang, sebagian besar warga sipil. Sebaliknya, serangan Israel ke Gaza sejak perang dimulai telah menewaskan lebih dari 68.000 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dianggap dapat dipercaya oleh PBB. 

AS: gencatan senjata masih berlaku

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved