Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Dari Hafalan Rumus ke Logika Kehidupan: Menata Ulang Pembelajaran Numerasi

Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah banyak siswa yang hanya terlatih untuk menghafal rumus tanpa benar-benar memahami makna di baliknya

Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
IST
Dinda Kayana Rizky Tanoto Fellow 

Beberapa sekolah di daerah yang merupakan mitra dari Tanoto Foundation sudah menunjukkan upaya untuk berinovasi dalam pembelajaran, sebuah langkah yang layak diapresiasi. 

Di Jawa Tengah, misalnya, terdapat kelompok belajar guru yang menghubungkan konsep numerasi dengan budaya lokal. Program Ethnoscience Village Map di Kota Semarang mengajak siswa untuk belajar matematika sambil mengenal kekayaan budaya lokal mereka. Siswa belajar berhitung, menganalisis, dan mengambil keputusan dengan mengukur luas dinding mural, menghitung volume balok berbentuk tugu, atau menafsirkan pola geometris pada batik tradisional. Ini juga menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah dan kebudayaan lokal dapat berjalan berdampingan.

Aplikasi Math City Map juga mengajarkan siswa untuk menghitung berdasarkan lingkungan sekitar mereka, bukan hanya teori di buku teks. Guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar, menghitung tinggi tiang bendera dengan bantuan bayangan, menaksir jarak antar bangunan, atau menalar biaya perjalanan dengan konsep perbandingan. Aplikasi tersebut menjadi jembatan antara dunia nyata dan konsep matematika, membuat siswa menyadari bahwa angka selalu hadir di sekitar mereka.

Di Tegal, lewat Kreasi Dongeng Sainsmatika, pembelajaran menggabungkan literasi dan numerasi dengan teknologi Augmented Reality (AR) dan Artificial Intelligence (AI). Lewat sains, seni, dan teknologi, siswa diajak mengubah cara memandang matematika dan angka. Mereka mendengarkan cerita di mana tersembunyi soal-soal numerasi yang harus dipecahkan untuk melanjutkan cerita. Dengan cara ini, matematika menjadi bagian dari permainan dan imajinasi, bukan sesuatu yang menakutkan.

Selain itu, program pembelajaran literasi dan numerasi berbasis STEAM dengan Pembelajaran Mendalam menjadi bukti lain bahwa numerasi bisa diajarkan secara holistik. Pendekatan ini menggunakan proyek kolaboratif di mana siswa membuat eksperimen warna untuk memahami rasio, membangun model sederhana dari bahan daur ulang, dan belajar menalar pola. Siswa tidak hanya memahami konsep matematika, tetapi juga menumbuhkan kreativitas, logika, dan rasa ingin tahu.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa pendidikan numerasi tidak perlu selalu diajarkan dengan cara yang kaku dan membosankan. Sebaliknya, pembelajaran yang mengaitkan numerasi dengan kehidupan nyata dan budaya lokal dapat membuat siswa merasa lebih terhubung dan termotivasi. Bukan hanya itu, contoh-contoh tadi juga bukti konkret pentingnya kolaborasi (pemerintah dan non-pemerintah) untuk meningkatkan kapasitas sekolah sehingga lahir inovasi yang pada akhirnya berujung pada peningkatan performa siswa. 

Arah Baru untuk Pendidikan Numerasi

Saatnya kita memandang kemampuan numerasi bukan sekadar sebagai kemampuan untuk menjawab soal-soal rumus, tetapi sebagai kunci untuk membangun kemampuan berpikir kritis yang akan membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Dari sinilah perubahan besar dalam kualitas pendidikan Indonesia bisa dimulai.

Saatnya untuk mengembangkan inovasi lebih lanjut di tingkat daerah, dengan memanfaatkan kekayaan budaya dan kreativitas lokal untuk mengajarkan numerasi. Semua ini hanya bisa terwujud jika pemerintah daerah memiliki visi yang sama dan berani mengimplementasikan kebijakan dengan penuh dedikasi.

Kabupaten Kendal jadi salah satu yang telah bergerak. Pada tahun 2024, Peraturan Bupati Nomor 49 Tahun 2024 tentang Gerakan Peningkatan Kemampuan Literasi dan Numerasi telah ditetapkan. Melalui regulasi ini, seluruh pemangku kepentingan di Kendal—dinas pendidikan, sekolah, guru, masyarakat, dan mitra pembangunan—memiliki payung untuk bergerak bersama secara terarah. Pemerintah daerah tidak hanya mendukung kegiatan pembelajaran, tetapi juga memastikan ada ekosistem pendukung: pelatihan guru, penyediaan bahan ajar kontekstual, hingga kegiatan literasi-numerasi di tingkat sekolah.

Langkah Kendal membuktikan bahwa regulasi daerah dapat menjadi katalisator perubahan. Bila satu kabupaten mampu melahirkan kebijakan komprehensif untuk mendukung gerakan numerasi, maka daerah lain pun memiliki kesempatan yang sama. Pemerintah daerah sejatinya memiliki kekuatan strategis yang tidak dimiliki oleh pusat: kedekatan dengan sekolah dan masyarakat. Dengan dukungan kepala daerah yang visioner, dinas pendidikan yang adaptif, serta kolaborasi lintas sektor, daerah dapat menjadikan numerasi sebagai prioritas pembangunan sumber daya manusia. Inilah bentuk nyata investasi masa depan yang hasilnya mungkin tidak terlihat dalam satu atau dua tahun, tetapi akan menentukan daya saing daerah di masa depan.

Kita tidak sedang berbicara tentang angka di papan tulis, melainkan tentang kemampuan anak memahami hidupnya sendiri. Kita tidak sedang mengejar nilai ujian, tetapi menanamkan cara berpikir logis, kritis, dan bijak. Numerasi bukan hanya milik pelajaran matematika, tetapi milik setiap anak yang kelak harus mengambil keputusan dalam hidupnya: bagaimana mengatur keuangan, membaca peluang usaha, atau bahkan memahami data publik. 

Inilah saatnya menjadikan numerasi bukan beban kurikulum, melainkan investasi jangka panjang yang nilainya akan kembali pada masyarakat dan daerah. Dengan sekolah yang terus berinovasi, pemerintah pusat yang memberi arah, dan pemerintah daerah yang mengambil peran nyata, kita dapat menciptakan gerakan nasional yang solid. 

Jika Indonesia ingin bersaing di tingkat global, kita tidak bisa terus menganggap numerasi sebagai “adik kecil” literasi. Kita harus menempatkannya sejajar, bahkan sebagai fondasi berpikir kritis yang akan menentukan masa depan bangsa. Mari jadikan angka bukan sekadar pelajaran di ruang kelas, tetapi bahasa kehidupan yang menuntun setiap anak Indonesia menata masa depannya.

***

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved