Opini
Forum Rektor Jawa Tengah Harus Berdampak Nyata
Langkah progresif yang diambil oleh duet kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, dan Wakil Gubernur, Taj Yasin
Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
Oleh Dr. Sri Suciati, M.Hum. (Rektor Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang/ UPGRIS)
LANGKAH progresif yang diambil oleh duet kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, dan Wakil Gubernur, Taj Yasin, dalam menggagas pembentukan Forum Rektor Jawa Tengah patut disambut baik.
Forum yang melibatkan 44 kampus di Jawa Tengah ini bukan sekadar ajang seremonial, melainkan sebuah inisiatif strategis yang bertujuan langsung untuk mengakselerasi dan menyukseskan 29 program prioritas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.
Upaya ini merupakan pengakuan penting atas posisi kampus sebagai mitra strategis pembangunan daerah, sebuah sinergi yang telah lama dinantikan.
Keterlibatan kampus sebagai mitra strategis adalah sebuah keniscayaan. Kampus adalah rumah bagi para ilmuwan, akademisi, dan peneliti yang secara terus-menerus menghasilkan saran, pendapat, dan hasil kajian substantif yang sangat berguna bagi masyarakat.
Seringkali, temuan-temuan berharga ini terjebak dalam kendala birokrasi atau kurang terdistribusi efektif kepada para pemangku kebijakan. Forum Rektor hadir sebagai corong komunikasi langsung antara rektor sebagai perwakilan kampus dan Gubernur. Ini memungkinkan Pemprov untuk mendengar masukan akademisi secara langsung, memastikan bahwa pengambilan kebijakan didasarkan pada data dan kajian ilmiah yang mumpuni.
Komunikasi yang baik dan kesempatan untuk duduk bersama melihat berbagai persoalan masyarakat Jawa Tengah secara komprehensif adalah langkah awal untuk merumuskan solusi yang lebih cepat, tepat, dan berkelanjutan.
Ada beberapa persoalan mendesak di Jawa Tengah yang dalam hemat saya memerlukan tindakan serius dan keterlibatan aktif dari akademisi. Isu kemiskinan, misalnya, masih menjadi pekerjaan rumah besar. Kasus Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah salah satu indikator nyata yang membutuhkan penanganan segera dan pendataan akurat.
Keterlibatan kampus melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa, seperti yang telah dilakukan di UPGRIS—kampus yang saya pimpin—dapat menjadi motor penggerak. Mahasiswa yang terjun langsung ke lapangan dapat melakukan pendataan secara serius, membuat laporan terperinci, dan bahkan membantu penanganan awal. Dukungan sumber daya manusia dan energi kaum muda ini akan mempercepat pengentasan angka kemiskinan di Jawa Tengah.
Selain kemiskinan, masalah bencana juga menuntut atensi serius, terutama saat memasuki musim penghujan seperti sekarang. Daerah-daerah seperti Pekalongan, Banjarnegara, dan Bumiayu memiliki riwayat bencana banjir, tanah bergerak, dan tanah longsor yang signifikan. Di sinilah peran pakar dari perguruan tinggi sangat vital.
Forum Rektor dapat menjadi wadah untuk mengintensifkan komunikasi antara Pemprov dengan para ahli mitigasi bencana, geologi, dan teknik sipil. Dengan kajian akademis dan rekomendasi pencegahan dini (early mitigation), kita dapat menghindari korban jiwa akibat ketidaksiapan dalam menghadapi bencana.
Lebih dari sekadar memecahkan masalah praktis, Forum Rektor Jawa Tengah diharapkan mampu menciptakan ruang sinergi yang lebih luas, tidak hanya antara Pemprov dan Perguruan Tinggi, tetapi juga melibatkan legislatif dan pemangku kepentingan lainnya.
Sinergi ini akan meningkatkan relevansi antara pendidikan tinggi dan kebutuhan riil di daerah. Hasil-hasil penelitian dosen dapat segera dikenalkan, diuji, dan diaplikasikan langsung ke masyarakat, memastikan bahwa inovasi kampus tidak hanya berakhir di jurnal ilmiah, tetapi benar-benar memberikan dampak nyata.
Di sisi lain, forum ini juga harus menjadi pendorong untuk peningkatan beasiswa bagi anak muda berbakat dan berprestasi di Jawa Tengah. Investasi dalam pendidikan adalah investasi paling relevan bagi sebuah bangsa. Data menunjukkan bahwa peminat beasiswa seperti KIP Kuliah terus meningkat, yang mengindikasikan tingginya minat melanjutkan pendidikan tinggi di kalangan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Pemprov Jawa Tengah harus memprioritaskan hal ini agar kemiskinan tidak mematikan harapan para generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih baik melalui pendidikan.
Namun, keberadaan Forum Rektor ini hanya akan memberikan dampak positif dan berkelanjutan jika memenuhi beberapa prasyarat utama.
Pertama, prinsip dan etika yang tegas. Forum ini harus didasari oleh prinsip dan etika yang jelas. Kepentingan sepihak tidak boleh dipaksakan. Integritas akademis harus dijaga, dan forum ini tidak boleh terjebak dalam politik praktis yang dapat menggerus objektivitas dan kredibilitasnya.
Kedua, membangun kepercayaan dan berparadigma solusi konkret. Harus ada upaya sungguh-sungguh untuk membangun kepercayaan di kedua belah pihak. Kampus harus menjamin kapabilitas sumber daya manusia yang terlibat serta mutu dan keandalan riset yang disajikan.
Sebaliknya, Pemprov harus menunjukkan keseriusan dengan mengambil kebijakan dan tindakan-tindakan konkret berdasarkan masukan tersebut. Sebuah forum harus berujung pada kebijakan bermanfaat, bukan sekadar wacana yang menguap.
Ketiga, distribusi manfaat yang merata. Proses kerja sama harus menghindari ketimpangan. Distribusi manfaat, baik berupa program, pendanaan, maupun kesempatan, harus dirasakan oleh seluruh kampus yang terlibat, termasuk perguruan tinggi swasta, dan seluruh daerah yang membutuhkan, memastikan bahwa sinergi ini melayani keadilan sosial di Jawa Tengah.
Dengan berbagai catatan dan harapan ini, pembentukan Forum Rektor Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk menjadi model sinergi yang berhasil antara pemerintah daerah dan dunia akademik. Ini adalah langkah maju yang sangat diharapkan dapat menciptakan lompatan pembangunan yang lebih inklusif dan berbasis ilmu pengetahuan di Jawa Tengah.
| Mengurai Akar Kemiskinan: Tahun Pertama Luthfi dalam Mengangkat Martabat Warga Jawa Tengah |
|
|---|
| Mengawal Peta Jalan Vokasi 2045 |
|
|---|
| Kartu Zilenial dan Tantangan Implementasi Program Kepemudaan |
|
|---|
| Memperkuat Program Speling sebagai Model Baru Layanan Spesialistik Berbasis Inklusi |
|
|---|
| Membangun SDM dan Literasi Digital: Arah Baru Jawa Tengah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251118_Dr-Sri-Suciati-MHum-1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.