Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor Pandanarum Banjarnegara

Operasi Pencarian Korban Longsor Pandanarum Banjarnegara Diperpanjang 3 Hari

Tim SAR gabungan memperpanjang operasi pencarian korban longsor Pandanarum Banjarnegara selama tiga hari.

Penulis: Dse | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/Agus Iswadi
PENCARIAN KORBAN - Dokumentasi alat berat mengeruk material tanah longsor di Dusun Situkung Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara saat operasi hari keenam, Jumat (21/11/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Pencarian korban longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, terus dilakukan hingga saat ini. 

Saat ini, tim gabungan fokus mencari sekira 16 korban hilang yang tertimbun longsor.

Beberapa alat berat pun dioptimalkan dalam proses pencarian belasan korban itu.

Bahkan, demi misi kemanusiaan, operasi pencarian korban diperpanjang waktu pelaksanaannya.

Baca juga: Tim SAR Temukan Korban Ke-11 di Lokasi Longsor Situkung Banjarnegara

Antusiasme Tinggi, Bupati Wonosobo Ingin Festival Kuliner Legend Dikembangkan Lebih Besar

Tim SAR gabungan memperpanjang operasi pencarian korban longsor di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, selama tiga hari.

Keputusan ini diambil setelah seluruh unsur terlibat menggelar rapat evaluasi di Pendopo Kecamatan Pandanarum pada Sabtu (22/11/2025).

Kepala Kantor Basarnas Semarang, Budiono menyampaikan, perpanjangan dilakukan setelah evaluasi menyeluruh atas operasi hari ketujuh.

"Hari ketujuh ini merupakan hari evaluasi SAR. Evaluasi memutuskan untuk menambah waktu tiga hari lagi untuk upaya evakuasi korban," katanya seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (23/11/2025).

Dia menyebut, kondisi cuaca yang relatif mendukung berkat modifikasi cuaca membuat proses pencarian berlangsung lebih optimal dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Pada Minggu (23/11/2025), operasi pencarian berfokus pada sektor A, B, dan C.

Penentuan titik pencarian dilakukan berdasarkan informasi dari anjing pelacak K-9, keterangan keluarga korban, serta analisis tim SAR.

Dia berharap kondisi cuaca tetap bersahabat sehingga seluruh alat berat dapat berfungsi maksimal.

"Semoga dukungan dari Pemkab Banjarnegara dan seluruh pihak membuat relawan tetap mampu bekerja maksimal, karena ini adalah misi kemanusiaan," ucapnya.

Komandan Satgas Penanganan Bencana Longsor Situkung, Letkol Czi Teguh Prasetyanto menjelaskan bahwa operasi hari kedelapan diperkuat dengan tambahan alat berat berkapasitas besar. 

Menurut dia, tumpukan material longsor yang tinggi menjadi salah satu hambatan utama, sehingga dibutuhkan alat berat dengan daya garuk lebih kuat.

"Operasi ini akan kami optimalkan dengan penambahan tiga alat berat PC 200 dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO)."

"Dengan dukungan cuaca baik, harapannya semakin banyak korban dapat ditemukan," ujarnya.

Baca juga: Kisah Risma Sopir Truk Cantik Banjarnegara, Tak Ragu Mengemudi Malam

Ini Tiga Sikap PWNU Jateng Merespon Tuntutan Ketua PBNU Gus Yahya Mengundurkan Diri

Berapa Banyak Korban yang Sudah Ditemukan?

Pada hari ketujuh operasi, Sabtu (22/11/2024), tim SAR menemukan dua korban.

Dengan temuan tersebut, total korban yang berhasil diidentifikasi mencapai 12 orang, ditambah dua temuan berupa bagian tubuh manusia.

Dengan begitu, masih terdapat 16 korban yang belum ditemukan dari total 28 orang yang dilaporkan hilang.

"Kami terus berupaya agar seluruh korban dapat ditemukan dan dievakuasi," kata Teguh.

Seluruh unsur gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan pemerintah daerah disebut akan memaksimalkan perpanjangan waktu operasi tersebut.

Sementara itu, BNPB mencatat kerugian sementara akibat longsor di Banjarnegara mencapai sekira Rp35 miliar. 

Angka tersebut dihitung dari kerusakan langsung seperti rumah warga yang hancur dan lahan pertanian yang tersapu material longsor.

“Hitungan kasar misalnya rumahnya rubuh, kemudian lahan pertanian yang langsung saja sudah sekira Rp35 miliar untuk Banjarnegara."

"Itu yang terdampak langsung saja,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Dr Suharyanto.

Dia menegaskan bahwa angka tersebut belum termasuk biaya relokasi, pembangunan hunian sementara, serta kebutuhan dalam masa tanggap darurat.

"Belum dihitung kebutuhan relokasi. Ini baru perkiraan sementara, dan tentu saja angka ini akan bergerak terus," katanya.

Suharyanto mencontohkan bahwa penanganan bencana besar memerlukan pembiayaan yang sangat tinggi.

"Kalau terjadi bencana ini sangat mahal. Contoh seperti Cianjur, itu untuk rehabilitasi rekonstruksi Rp2,5 triliun," ujarnya.

Menurutnya, tingginya biaya penanggulangan bencana menunjukkan pentingnya penguatan mitigasi, terutama di wilayah rawan longsor dan gerakan tanah seperti Banjarnegara serta daerah selatan Jawa Tengah.

Dia menegaskan bahwa upaya mitigasi sangat menentukan besarnya kerugian dan jumlah korban ketika bencana terjadi. (*)

Sumber Kompas.com

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved