Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Batang

Batik Rifaiyah Batang Menanti Pengakuan Nasional Sebagai Warisan Budaya Takbenda

Batik Rifaiyah, warisan budaya yang lahir dari tradisi keagamaan dan kearifan lokal, kini berada di ambang pengakuan nasional.

Penulis: dina indriani | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG / DINA INDRIANI
PEMBATIK RIFAIYAH - Bupati Batang M Faiz Kurniawan saat melihat sejumlah pembatik saat membatik motif rifaiyah.Batik Rifaiyah, warisan budaya yang lahir dari tradisi keagamaan dan kearifan lokal, kini berada di ambang pengakuan nasional sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia. 

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Di balik motif-motif batik yang sarat makna religius, harapan besar tengah tumbuh di Kabupaten Batang.

Batik Rifaiyah, warisan budaya yang lahir dari tradisi keagamaan dan kearifan lokal, kini berada di ambang pengakuan nasional sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia.

Setelah melewati sidang penilaian yang digelar oleh tim WBTb pusat, proses kini memasuki tahap akhir penilaian final yang akan menentukan nasib batik khas Batang tersebut.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, Bambang Suryantoro, menyebut keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan tim pusat.

Baca juga: Kolaborasi Pemkab Batang dan Nestlé Cegah Stunting: 259 Anak Dapat Pendampingan Gizi

“Kalau lolos, akan keluar sertifikat penetapan. Seperti yang dulu kita terima untuk Rampak dan Sojomerto,” ujar Bambang, Rabu (8/10/2025).

Namun, Bambang menegaskan bahwa pengakuan resmi bukanlah garis akhir. 

Justru, itu menjadi titik tolak baru untuk menghidupkan kembali kejayaan Batik Rifaiyah.

Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah agar para pembatik Rifaiyah tetap berkarya dan budaya ini terus berdenyut di tengah masyarakat.

“Ini milik masyarakat. Pemerintah harus hadir, mendampingi, dan memastikan pelestarian berjalan. Pengakuan itu awal perjuangan, bukan akhir,” ujarnya.

Bambang juga mengungkap fakta menarik yang sempat terlupakan.

Pada tahun 2013, tim peneliti dari Jepang dan Korea menyebut bahwa banyak pembatik asli Pekalongan sebenarnya berasal dari Batang.

Mereka hijrah ke Pekalongan untuk bekerja, namun akar tradisi membatik tetap tertanam di tanah kelahiran mereka.

“Artinya, Batang punya sejarah kuat dalam dunia batik. Rifaiyah adalah bagian dari itu. Kita harus kembalikan kejayaan Batik Batang,” imbuhnya.

Terkait waktu pengumuman resmi, Bambang mengaku masih menunggu informasi dari pusat.

"Belum ada kepastian. Tapi harapannya bisa keluar tahun ini,” pungkasnya.(din)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved