Berita Kudus
Merawat Tradisi Anyam Daun Nanas Menjadi Tas di Kudus: Kisah Suparti Menembus Batas Negara
Suparti tampak sibuk mengerok daun nanas kering yang akan disulap menjadi tas di lereng Gunung Muria, Kudus.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Suparti tampak sibuk mengerok daun nanas kering di sebuah teras rumah yang ada di sisi tebing lereng Gunung Muria.
Selesai dikerok, daun nanas kering tersebut lantas dianyam oleh Suparti.
Begitulah kebiasaan perempuan 42 tahun yang sehari-hari tinggal di RT 2 RW 3 Desa Tergo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Baca juga: Jangan Hanya Dimakan! Ketahui Khasiat Nanas untuk Kesehatan dan Kulit Anda
Menganyam bagi Suparti menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
Bagi perempuan di Desa Tergo, menganyam merupakan keahlian yang seolah-olah wajib dimiliki oleh setiap perempuan di desa yang ada di lereng Gunung Muria tersebut.
Bukan hal yang sulit untuk mencari perempuan penganyam daun pandan di Tergo. Di hampir setiap sudut desa mudah ditemui.
Namun sejak dua tahun terakhir, Suparti tidak sekadar menganyam daun pandan, melainkan dia juga menganyam daun nanas.
“Saya menganyam sejak kecil, sejak nenek-nenek saya dulu sudah mengayam daun pandan untuk dijadikan tikar,” kata Suparti saat ditemui, Kamis (9/10/2025).
Dalam menganyam tak jarang Suparti mengerjakannya di rumah.
Dengan begitu dia bisa lebih leluasa menyelesaikan pekerjaan yang sarat akan keterampilan tangan sembari menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengasuh anak keduanya yang masih berusia 2,5 tahun.
Sesekali dia juga bersama para perempuan sebayanya berkumpul untuk menganyam bersama.
“Jadi ini pekerjaan sambilan, bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dan bisa mengasuh anak juga,” kata Suparti.
Sebagai pekerjaan sambilan, dia bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menganyam.
Dalam sehari dia bisa menyelesaikan 5 buah anyaman pandan berukuran 1x0,5 meter.
Per anyaman tersebut dia mendapat upah Rp 5 ribu.
Sedangkan untuk anyaman daun pandan berukuran 2x1,7 meter biasanya bisa diselesaikan dalam dua hari dengan upah Rp 40 ribu per buah.
Sementara kini dia mendapatkan upah tambahan dari mengayam daun nanas.
Untuk selembar anyaman dari daun nanas, Suparti mendapat upah Rp 50 ribu.
Anyaman daun nanas ini bukan untuk menggantikan anyaman daun pandan yang selama ini sudah masyhur di Tergo.
Melainkan ini hal baru yang dilakukan oleh Suwanto salah seorang pemilih usaha anyaman daun nanas yang juga sebagai warga Tergo.
Alasan Suwanto memilih daun nanas karena memang di sekeliling rumahnya banyak tertanam nanas.

Kemudian karakter antara daun nanas dan daun pandan nyaris memiliki kesamaan.
Dari situlah ayah beranak empat mulai berinovasi dalam menganyam daun nanas.
“Saya ini dibantu oleh ibu-ibu di sekitar, termasuk Bu Suparti. Total ada 10 ibu-ibu yang ikut menganyam daun nanas,” kata Suwanto.
Rupanya setelah melakoni usaha dalam menganyam daun nanas sejak 2022, Suwanto menemukan titik keunggulan antara daun nanas dibanding daun pandan.
Menurutnya daun nanas memiliki karakter lebih kuat dibanding daun pandan.
Meski begitu, proses pengolahan dan pembuatannya untuk menganyam daun nanas lebih sulit karena daunnya lebih kecil.
Untuk memproses daun nanas sehingga menjadi kerajinan bernilai rupiah, mula-mula daun nanas yang dipetik dari pekarangan samping rumah dipotong memanjang dan kemudian dijemur sampai seminggu.
Setelah daun nanas dipastikan kering, barulah dia melakukan proses pewarnaan dengan cara direbus di air mendidih.
Setelah diwarnai, daun nanas siap untuk dianyam. Di sinilah peran para perempuan di sekitar rumahnya dilibatkan.
“Baru setelah anyaman daun nanas tersebut jadi dalam bentuk lembaran, baru dibuat menjadi berbagi bentuk,” katanya.
Bermacam barang jadi yang berbahan dari anyaman daun nanas bisa disulap oleh Suwanto.
Mulai dari tas, dompet, tatakan gelas, lampu hias, peci, dan sejumlah barang rumah tangga lainnya.
Harga untuk barang-barang tersebut mulai dari Rp 30 ribu sampai Rp 500 ribu. Semua itu didasarkan pada tingkat kesulitan berikut kerumitannya.
Tiga tahun berjalan menekuni usaha anyaman nanas, rupanya pasar merespons positif.
Tidak hanya pasar dalam negeri, rupanya benda-benda buatan Suwanto yang terbuat dari anyaman daun nanas laku sampai mancanegara.
Baca juga: Jangan Remehkan! Buah Nanas Ternyata Kaya Manfaat untuk Kesehatan
“Kalau dalam negeri sudah sampai ke luar Pulau Jawa. Kalau luar negeri yang paling sering kirim ke Malaysia. Pernah juga ke Afrika, China, dan Libya,” katanya.
Melihat respons positif tersebut, Suwanto bakal terus mengembangkan usahanya sembari memberdayakan para perempuan yang tinggal di sekelilingnya. (*)
Ranperda Produk Halal di Kudus Akomodir Tim Pemantauan dan Pengawasan |
![]() |
---|
Waspada Crossing Mematikan Barito Putera! Pelatih Persiku Kudus Tekankan Disiplin Lini Belakang |
![]() |
---|
Rencana Aksi Keselamatan Jadi Fokus Pembahasan Pansus II DPRD Kudus |
![]() |
---|
Public Hearing Pansus I DPRD Kudus: BUMDes Jadi Pilar Kemandirian Desa |
![]() |
---|
Ketua DPRD Kudus Masan: Perda Dibuat Jangan Sampai Menyulitkan Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.