Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Prediksi BMKG Soal Puncak Musim Hujan 2025, Waspada Cuaca Ekstrem

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa puncak musim hujan 2025/2026 sudah di depan mata

Penulis: Msi | Editor: muslimah
Tribunjateng/Rayka Diah
CUACA EKSTREM - Kapal nelayan bertambat di PPS Cilacap. Cuaca ekstrem di Cilacap berdampak pada aktivitas nelayan, biaya melaut tak sebanding hasil tangkapan, Rabu (1/10/2025). 
Ringkasan Berita:BMKG memprediksi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, di atas 150 milimeter per dasarian, berpotensi terjadi di:
  • Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara.
  • Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur.
  • Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

 

TRIBUNJATENG.COM - Di Jawa tengah, hampir seluruh kabupaten dan kota sudah memasuki musim hujan.

Hujan turun setiap hari bahkan terkadang diselingi petir dan angin kencang.

Bencana banjir, pohon tumbang hingga longsor pun mengintai. 

Lantas, apakah puncak musim hujan sudah terjadi?

Baca juga: Prakiraan Cuaca Jawa Tengah Selasa 4 November 2025 Besok: Hujan Deras, Cek di Wilayahmu

Sosok Sabrina Alatas Trending di X Dikaitkan dengan Perceraian Hamish Daud dan Raisa

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa puncak musim hujan 2025/2026 sudah di depan mata, berlangsung mulai November 2025 hingga Februari 2026. 

Semua pihak diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan lantaran periode ini membawa konsekuensi potensi bencana hidrometeorologi, dari hujan lebat, banjir, tanah longsor, hingga ancaman siklon tropis yang aktif di selatan Indonesia.

Hingga akhir Oktober, sebanyak 43,8 persen wilayah Indonesia atau setara 306 Zona Musim (ZOM) telah resmi memasuki musim hujan.

Peralihan musim ini ditandai dengan intensitas hujan yang mulai meluas dari wilayah barat menuju timur.

Dinamika Atmosfer Aktif dan Ancaman Siklon Tropis Selatan

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan saat memasuki periode transisi menuju puncak ini.

“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir, terutama di wilayah selatan Indonesia yang mulai terpengaruh sistem siklon tropis dari Samudra Hindia,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).

Menurut analisis BMKG, dinamika atmosfer saat ini sangat aktif.

Dwikorita menjelaskan, kondisi ini dipicu oleh pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia.

Kombinasi faktor-faktor ilmiah ini memperkuat pembentukan awan hujan.

Secara khusus, Dwikorita memperingatkan potensi siklon tropis selatan yang mulai aktif pada November ini. Siklon ini dapat membawa hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

“Siklon tropis yang berkembang di Samudera Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir. Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” tambahnya.

Potensi Curah Hujan Sangat Tinggi dan Perkembangan La Nina

BMKG memprediksi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, di atas 150 milimeter per dasarian, berpotensi terjadi di:

  • Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara.
  • Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur.
  • Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.

Dalam sepekan terakhir, tercatat 45 kejadian bencana cuaca ekstrem, didominasi hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.

Curah hujan sangat lebat harian juga tercatat di Tampa Padang (Sulawesi Barat) dengan 152 milimeter dan Torea (Papua Barat) 135,7 milimeter.

Selain itu, BMKG juga memantau adanya pendinginan suhu muka laut di Samudra Pasifik yang telah melewati ambang batas La Nina (-0,61 derajat Celsius pada Oktober), disertai penguatan angin timuran.

Indikasi ini menandakan perkembangan awal La Niña Lemah.

Namun, Dwikorita memastikan fenomena La Nina lemah ini tidak akan berdampak signifikan terhadap curah hujan di Indonesia.

“Kondisi hujan pada November–Desember 2025 hingga Januari–Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal,” jelas Dwikorita.

Mitigasi Lintas Sektoral: Operasi Modifikasi Cuaca

Sebagai langkah mitigasi konkret, BMKG bersama BNPB telah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk mengurangi risiko banjir dan tanah longsor.

Menurut Dwikorita, OMC berhasil menekan curah hujan hingga 43,26 persen di Jawa Tengah dan 31,54 persen di Jawa Barat.

“OMC menjadi contoh nyata bagaimana sains dan kolaborasi lintas lembaga dapat langsung membantu masyarakat menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi,” kata Dwikorita.

Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca terik yang masih terjadi di beberapa wilayah, yang mencapai 37 derajat Celsius di Riau, karena kondisi atmosfer yang belum stabil membuat potensi cuaca ekstrem dapat muncul sewaktu-waktu.

Kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya di daerah aliran sungai dan topografi curam, perlu terus ditingkatkan.

"Apabila dapat dimitigasi dengan tepat, maka musim hujan dan puncak musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dari normalnya ini, akan menjadi bermanfaat bagi pertanian dan untuk mendukung ketahanan pangan," tutup Dwikorita.

(Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved