UKSW SALATIGA
Pius Rengka promosikan disertasi kepemimpinan transformasional NTT di yudisium Doktor FID UKSW
Sebuah momentum akademik yang sarat makna lahir di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ketika Pius Rengka, intelektual publik sekaligus jurnalis
Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Sebuah momentum akademik yang sarat makna lahir di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ketika Pius Rengka, intelektual publik sekaligus jurnalis senior dari Nusa Tenggara Timur (NTT), resmi dikukuhkan sebagai Doktor Studi Pembangunan, Jumat (14/11/2025) di Ruang Diplomasi. Di hadapan para guru besar, akademisi, dan tamu terhormat, Pius Rengka menyampaikan orasi ilmiah yang menggugah, mengaduk kembali kesadaran publik tentang makna kepemimpinan, perubahan, dan kemanusiaan khususnya di tanah yang membentuk dirinya, NTT.
Intelektual dari Pinggiran yang Menolak Diam
Lahir di Flores Barat 69 tahun yang lalu, Pius Rengka adalah sosok yang meniti jalan panjang pengetahuan dari ruang-ruang sunyi di Manggarai menuju gelanggang intelektual nasional. Ia menamatkan pendidikan dasar di Rejeng pada 1969, melanjutkan ke Ndao Catholic School pada 1972, lalu ke Syuradikara Catholic Senior High School pada 1975. Minatnya pada filsafat, hukum, dan isu-isu kemanusiaan membawanya kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada melalui beasiswa pada 1983, dan meraih Magister Peace and Conflict Studies UGM pada 2008.
Kariernya lintas disiplin, mulai dari akademisi, legislator Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT dua periode, konsultan United Nations Development Programme (UNDP), editor Pos Kupang dan Sasando Post, visiting lecturer di Northern Territory University Australia, hingga kolumnis yang telah menerbitkan lebih dari 500 tulisan di berbagai media nasional. Pengalamannya dalam isu hukum, politik, budaya, dan pembangunan di wilayah marginal membentuk sensibilitas akademik yang tajam dan semua itu berpuncak pada disertasi yang diuji hari ini.
Membaca NTT Melalui Luka, Harapan, dan Kepemimpinan
Dalam orasi ilmiah yang berjudul “Kepemimpinan Transformasional: Analisis Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik Kebijakan di Provinsi NTT pada Masa Kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat”, Pius Rengka memulai bukan dari teori, tetapi dari tanah kelahirannya. “Saya memulai orasi ini bukan dari ruang kelas ilmu, melainkan dari ruang luka sosial bernama NTT, tanah marginal yang keras tetapi indah, sarat luka sejarah, namun tetap menyimpan nyala harapan,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa kemiskinan di NTT bukan sekadar persoalan ekonomi, melainkan persoalan struktur, komunikasi, dan cara berpikir. Dari sana, ia menawarkan pembacaan baru atas kepemimpinan Viktor Bungtilu Laiskodat melalui tiga lensa teori besar yaitu Bourdieu, Giddens, dan Castells yang diramu dalam paradigma Konstruktivisme Kritis.
Pius Rengka memperkenalkan Teori Kepemimpinan Musaik, gagasan orisinal yang lahir dari ladang-ladang jagung, forum desa, dan ruang-ruang hidup masyarakat NTT. Teori ini menempatkan kepemimpinan sebagai seni merawat kehidupan bersama melalui dialog, simbol, dan jaringan.
Tiga temuan utama penelitian ini memperlihatkan dinamika pembangunan yang kompleks. Pertama, retorika dan karisma Viktor Laiskodat membentuk etos baru, kerja keras, keberanian, dan disiplin, meski tak lepas dari kontroversi. Kedua, muncul rasionalitas campuran antara birokrasi dan rakyat, yang mempertemukan modernisasi manajerial dengan dorongan moral masyarakat. Ketiga, warga desa menunjukkan resistensi simbolik dengan menafsirkan kebijakan sesuai adat dan ritme alam, sehingga kebijakan menjadi relevan dengan kehidupan mereka.
Pius Rengka menutup orasi dengan refleksi Habermasian. “Ilmu bukan alat kuasa, melainkan praksis emansipatif yang mengembalikan suara kepada mereka yang disenyapkan,” pungkasnya.
Ilmu sebagai Tanggung Jawab Moral
Rektor UKSW Profesor Intiyas Utami dalam sambutannya menyatakan bahwa promosi ini bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi kontribusi etis bagi bangsa “Disertasi Dr. Pius Rengka mengingatkan kita bahwa ilmu pengetahuan harus berpijak pada realitas rakyat dan memberi arah pada pembangunan yang manusiawi. Inilah kontribusi UKSW bagi Indonesia, ilmu yang membebaskan,” ujarnya.
Rektor Intiyas menegaskan bahwa UKSW bangga melahirkan doktor yang tidak hanya menguasai teori, tetapi mewujudkannya sebagai keberpihakan pada masyarakat marjinal.
Sebagai tokoh yang menjadi objek penelitian, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) 2024-2029 Viktor Bungtilu Laiskodat memberikan apresiasi mendalam, “Saya merasa dihormati bukan karena nama saya diteliti, tetapi karena masyarakat NTT mendapat ruang akademik untuk disuarakan. Kepemimpinan, bagi saya, adalah upaya mengubah cara berpikir agar kita tidak lagi miskin secara mentalitas,” ujar Gubernur NTT periode 2018-2023 ini. Ia mengakui bahwa pendekatan Pius Rengka memberikan perspektif kritis dan objektif tentang kebijakan publik di NTT.
Disertasi dengan Nilai Kebaruan Tinggi
| FKIP UKSW latih guru Salatiga menerapkan metode pembelajaran inovatif |
|
|---|
| Penutupan Bulan Bahasa 2025 SMPK Satya Wacana rayakan bahasa, budaya, semangat pemuda |
|
|---|
| Welcoming Party OMB UKSW dorong UMKM, talenta, dan keberagaman |
|
|---|
| Tradisi Bakar Batu Hangatkan Rangkaian UISPP 2025 di UKSW |
|
|---|
| Spiritualitas Lasallian yang memadukan iman dan ilmu dalam budaya organisasi FEB UKSW |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251118_uksw976.jpg)