Berita Semarang
Wayang Orang On The Street dengan Lakon "Sang Pinilih" Meriahkan Festival Kota Lama Semarang
Pagelaran Wayang Orang on the Street meramaikan Festival Kota Lama Semarang, pada Minggu (14/9/2025) malam.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Pagelaran Wayang Orang on the Street meramaikan Festival Kota Lama Semarang, di jalan Letjen Soeprapto, Perempatan Sayangan, Minggu (14/9/2025) malam.
Pagelaran budaya ini mendapat apresiasi dari Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, yang secara langsung hadir dan menyampaikan sambutan dalam acara tersebut.
Iswar mewakili Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti menegaskan, wayang orang bukan sekadar pertunjukan seni tradisional, melainkan juga sarana penting dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Baca juga: Anak-anak TK di Tambak Lorok Semarang Suarakan Banjir Rob Melalui Pentas Wayang Orang
Ia menyebut pagelaran ini sebagai bentuk nyata dialog budaya antara masa lalu dan masa kini, yang tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga menanamkan pesan moral dan kebijaksanaan bagi generasi muda.
“Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas terselenggaranya Wayang Orang on the Street. Pagelaran ini tidak saja sebagai upaya pelestarian budaya, tetapi juga sebagai episode untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral kepada tiap generasi,” ujarnya di tengah-tengah masyarakat yang memadati kawasan Kota Lama.
Pagelaran kali ini mengangkat lakon "Sang Pinilih”, sebuah kisah klasik pewayangan yang sarat akan pesan tentang keberanian, ketegasan, kekuatan, kebijaksanaan, dan keanggunan.
Menurut Iswar, cerita ini menyiratkan makna yang dalam mengenai figur pemimpin dan nilai-nilai kepahlawanan yang patut diteladani dalam kehidupan bermasyarakat.
"Di balik ceritanya yang memuat legenda dan imaji, terdapat keberanian kesatria, kebijaksanaan laku, serta pesan-pesan masa lalu yang menjadi cermin masyarakat.
Kegiatan ini menjadi sebuah ruang dialog antara masa lalu dan masa kini,” lanjutnya.
Wayang Orang on the Street juga disebut sebagai bukti bahwa budaya tradisional mampu beradaptasi secara inklusif dan tetap relevan di era modern.
Dengan kemasan yang segar dan ditampilkan di ruang publik, pertunjukan ini menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang selama ini mungkin merasa jauh dari seni tradisi.
"Ini membuktikan budaya tradisional dapat beradaptasi dan tetap relevan dalam konteks modern," ungkapnya.
Pada saat sama, Wakil Wali Kota juga mengajak seluruh masyarakat Semarang untuk terus menjaga dan melestarikan seluruh bentuk warisan budaya yang dimiliki kota ini.
Tidak hanya dalam bentuk bangunan bersejarah atau adat-istiadat, tetapi juga kesenian seperti wayang orang, batik, sedekah laut, sedekah kultura, dugderan, dan beragam kekayaan budaya lainnya.
"Melalui pagelaran ini, saya mengajak, 'Mari kita jaga setiap warisan budaya yang ada di Kota Semarang'," ajaknya.
Baca juga: Wayang Orang Sriwedari Bakal Hibur Pengunjung Taman Balekambang Solo, Mulai Akhir Tahun Ini
Secara khusus, Iswar juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada kelompok seni Ngesti Pandowo, yang selama ini dikenal konsisten dan kreatif dalam menghadirkan pertunjukan wayang orang.
Bersama Lawan Kekerasan: LBH Apik Semarang Dorong Intervensi Lewat 'Bantu' |
![]() |
---|
Kuasa Hukum Pertanyakan Sosok Aziz dan Fikri dalam Kasus Kematian Iko Mahasiswa Unnes |
![]() |
---|
LPSK Bocorkan Isi CCTV RS Kariadi Detik-detik Iko Juliant Junior Dibawa Mobil Double Cabin Berotator |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini, Minggu 14 September: Malam Berpotensi Hujan |
![]() |
---|
Fakultas Hukum Untag Gelar Fun Run 2025, Ajak Masyarakat Hidup Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.