Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Semarang

Kisah Harapan dari Program Operasi Gratis Bibir dan Lelangit di Semarang

Senyum kecil itu akhirnya kembali. Senyum yang dulu sempat hilang ketika Candra Irawan melihat putranya lahir dengan kondisi berbeda. 

Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
(DOK TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)
WAJAH SYUKUR - Candra Irawan seorang ayah asal Kota Semarang yang ditemui Tribun Jateng di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, Kamis (20/11/2025). Candra datang ke rumah sakit tersebut lantaran san anak mengikuti operasi bibir sumbing gratis. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Senyum kecil itu akhirnya kembali. Senyum yang dulu sempat hilang ketika Candra Irawan melihat putranya lahir dengan kondisi berbeda. 

Bibir sang bayi tampak tidak sempurna, menyisakan lubang kecil yang membuat perasaan Candra runtuh seketika. Ia bingung, takut, dan tak tahu harus mencari bantuan ke mana.

Namun perjalanan panjang itu berubah ketika ia mendengar tentang program operasi gratis celah bibir dan lelangit di RS Panti Wilasa Citarum Yakkum Semarang, sebuah program yang telah menyelamatkan ribuan anak sejak 2008 melalui kerja sama dengan Smile Train Foundation.

Fenomena celah bibir dan lelangit masih menjadi isu kesehatan yang cukup umum di tanah air.

Baca juga: Wakil Wali Kota Semarang Apresiasi Pelajar Manfaatkan Jelantah Menjadi Lebih Bernilai Jual

Baca juga: Inilah Daftar Pemenang Festival SenengMinton Semarang 2025, Titik Awal Pembinaan Badminton

Data Kemenkes tahun 2018 mencatat prevalensi 1 dari 1.200 kelahiran, atau sekitar 7.500 kasus baru setiap tahun. Secara global, kasus ini terjadi pada 1 dari 700 bayi yang lahir hidup.

Meski umum, dampaknya bukan hanya fisik. Kondisi ini membawa tantangan besar pada nutrisi, kepercayaan diri, serta kemampuan bicara anak jika tidak segera ditangani.

Sejak 2008, RS Panti Wilasa Citarum bekerja sama dengan Smile Train terus membuka pintu bagi keluarga yang membutuhkan bantuan. Lebih dari 1.200 operasi telah dilakukan, dan jumlah itu terus bertambah.

Program ini sepenuhnya gratis, cukup dengan syarat mudah:

- Fotokopi Kartu Keluarga

- Usia minimal 3 bulan dan berat 5 kg untuk operasi celah bibir

- Usia minimal 12 bulan untuk operasi celah langit-langit

Masyarakat dapat mendaftar melalui 0889-8535-4039.

Tak hanya operasi, program ini juga memberikan pendampingan nutrisi, edukasi, hingga terapi wicara bagi pasien pascaoperasi, layanan yang sangat dibutuhkan agar anak dapat berkembang optimal.

Candra adalah satu dari banyak orang tua yang merasakan manfaat besar program ini. 

Ketika anaknya berusia satu tahun, ia mengikuti operasi gratis tersebut. Rasa khawatir yang ia pendam sejak kelahiran putranya perlahan berubah menjadi kelegaan.

Kini, anaknya bisa tersenyum seperti anak-anak lain.

“Saya sangat terbantu. Rasanya seperti melihat anak saya mendapatkan hidup barunya,” ujar Candra penuh syukur saat ditemui Tribun Jateng di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, Kamis (20/11/2025) sore.

Anak Candra adalah bagian dari 13 pasien yang menerima operasi gratis hasil kolaborasi antara PT ASDP Indonesia Ferry, Smile Train Indonesia, dan RS Panti Wilasa Citarum Yakkum Semarang.

Direktur RS Panti Wilasa Citarum, Kriswidiati, mengatakan rumah sakit berkomitmen terus memperluas jangkauan informasi agar semakin banyak keluarga dapat mengakses layanan ini.

“Kami akan layani dan akan kami jemput pasien, sebagai bentuk pengabdian kami kepada masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, Country Manager Smile Train Indonesia, Deasy Larasati, mendorong peningkatan pendampingan nutrisi praoperasi dan terapi wicara pascaoperasi. 

Ini penting, karena Indonesia menempati peringkat ke-3 dunia setelah China dan India dalam jumlah kasus bibir sumbing.

Deasy menegaskan bahwa kelahiran dengan bibir sumbing tidak ada kaitannya dengan mitos. 

"Penyebabnya bisa berasal dari kurangnya nutrisi saat kehamilan, paparan radiasi, konsumsi obat tertentu, hingga faktor keturunan. Yang pasti, kondisi ini bisa diperbaiki melalui operasi kurang dari satu jam," terangnya.

Bayi dengan kondisi sumbing sering kali menghadapi risiko besar, baik medis maupun sosial. Namun setiap anak berhak untuk tersenyum, tumbuh, dan hidup seperti anak lainnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved