Mahasiswa Magang
Sudah 20 Tahun Sunarno Jualan Donat Keliling untuk Sekolahkan Tiga Anaknya
Pak Sunarno telah berjualan donat sejak tahun 2000. Dengan sepeda ontel yang menjadi saksi perjuangannya, ia mengayuh pedal demi pedal
Sudah 20 Tahun Sunarno Jualan Donat Keliling untuk Sekolahkan Tiga Anaknya
TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Setiap pagi, sekitar pukul enam, di depan SD Negeri 5 Kartasura, tampak sosok lelaki paruh baya dengan senyum ramah sedang menata dagangannya. Di atas sepeda ontel tuanya, tergantung wadah berisi donat-donat hangat yang menggoda aroma khasnya. Dialah Pak Sunarno, penjual donat keliling yang sudah lebih dari dua dekade setia berkeliling kampung menjajakan hasil tangannya.
Pak Sunarno telah berjualan donat sejak tahun 2000. Dengan sepeda ontel yang menjadi saksi perjuangannya, ia mengayuh pedal demi pedal, menyusuri jalanan Kartasura setiap hari tanpa mengenal lelah. “Saya sudah biasa, mas. Yang penting badan sehat,” ujarnya sambil tersenyum.
Pria berusia 60 tahun itu tinggal di kawasan Sraten, Pucangan, Kartasura, bersama istrinya. Dari hasil berjualan donat, ia berhasil membesarkan dan menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus. “Alhamdulillah, anak-anak sudah mentas semua. Ada yang sarjana, ada yang lulus SMA dan SMK,” kata Pak Sunarno penuh syukur.
Perjalanan hidupnya tidak selalu mudah. Sebelum menjadi penjual donat, Sunarno pernah bekerja di sebuah pabrik. Namun, setelah keluar dari pekerjaannya itu, ia sempat bingung mencari usaha yang cocok untuk menopang keluarganya. “Waktu itu saya mikir, mau kerja apa lagi ya,” kenangnya.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukannya dengan seorang penjual donat keliling. Rasa penasaran membuatnya bertanya banyak hal tentang usaha tersebut. “Saya tanya-tanya, gimana cara buat donat, gimana jualnya,” katanya sambil tertawa kecil mengingat masa lalu.
Tak langsung berjualan sendiri, Pak Sunarno memilih belajar dulu. Ia ikut bekerja dengan seorang juragan donat selama dua tahun. Dari situ ia belajar mulai dari membuat adonan, menggoreng, hingga cara melayani pembeli. “Saya anggap itu sekolah saya, mas,” ujarnya.
Namun nasib kembali menguji. Juragan tempatnya bekerja memutuskan pindah ke luar kota. Bukannya menyerah, pengalaman dua tahun itu justru menjadi modal berharga bagi Sunarno untuk berdiri di atas kaki sendiri. Ia pun mulai membuat donat buatannya sendiri dengan bantuan sang istri.
Pada awalnya, ia hanya menggunakan 3 kilogram tepung terigu setiap harinya. Seiring waktu, pelanggan kian banyak, dan kini ia membuat hingga 4 kilogram adonan per hari — menghasilkan lebih dari 300 donat yang hampir selalu habis. “Paling sisa empat atau lima biji, itu biasanya saya kasih anak di rumah,” ujarnya sambil tersenyum.
Rutinitasnya dimulai setiap pagi. Setelah memanaskan minyak dan menggoreng donat yang baru matang, ia berangkat dari rumah sekitar pukul enam. Titik pertama yang selalu ia sambangi adalah SD 5 Kartasura, tempat para siswa dan orang tua sudah mengenalnya. Setelah itu, ia kembali mengayuh sepedanya menyusuri jalanan kecil di sekitar Kartasura.
Meski usianya tidak muda lagi, Pak Sunarno enggan berjualan dari rumah. Baginya, berkeliling adalah bagian dari semangat hidup. “Saya kalau di rumah tidak bisa, mas. Soalnya rumah saya ndelek, tidak di pinggir jalan,” katanya dalam logat Jawa halus.
Lebih dari sekadar mencari rezeki, bagi Sunarno berjualan donat adalah bentuk kebahagiaan. Ia tak pernah merasa terbebani atau mengeluh meski harus menempuh jarak jauh setiap hari. “Digawe seneng mawon, mas. Saya nggak pernah ngeroso gresulo (mengeluh). Yang penting badan sehat,” ujarnya ringan.
Istrinya menjadi sosok yang selalu setia membantu di dapur. Setiap pagi mereka berdua bahu-membahu menyiapkan bahan dan menggoreng donat. “Saya yang ngadon, istri bantu goreng dan bungkus,” katanya. Kehangatan pasangan itu menjadi resep rahasia di balik lembutnya donat Sunarno.
Selama lebih dari 20 tahun, pelanggan sudah hafal dengan kehadirannya. Banyak dari mereka yang sudah mengenalnya sejak kecil, kini bahkan membeli donat untuk anak-anak mereka. “Kadang ada yang bilang, ‘Wah, Pak Sunarno masih jualan ya!’ Saya senang dengarnya,” tuturnya bangga. (Septia Wahyu Saputra/Mahasiswa UIN Solo Magang Jurnalistik Tribunjateng.com)
| Menikmati Keindahan Alam dan Petualangan di Tubing Muslim Karanganyar |   | 
|---|
| Ramainya Street Food Wisata Kuliner Malam Hari di Pasar Klewer |   | 
|---|
| Mengintip Resep Bolu Gulung dan Hantaran di Toko Roti Sajiyem |   | 
|---|
| Sosis Bedug Baluran Telur Gurih di Pengging Menggoda Selera |   | 
|---|
| Kungkum dan Berenang di Umbul Tirtomulyo Boyolali Peninggalan PBX Raja Solo |   | 
|---|

 
			
 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.