Berita Semarang
Hampir 2 Bulan Kuliah Online, Ini Cerita Mahasiswa yang Dosennya Cuma Menumpuk Tugas
Setelah hampir dua bulan kebijakan kuliah daring dari rumah diterapkan banyak mahasiswa mulai merasakan kebosanan.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Setelah hampir dua bulan kebijakan kuliah daring dari rumah diterapkan banyak mahasiswa mulai merasakan kebosanan.
Selain rasa bosan, sebagian mahasiswa juga mengeluhkan sistem pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara daring namun praktiknya hanya diberi tugas perkuliahan.
Hal itu disampaikan oleh Danang Puji Atmojo, mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Unnes.
• Pilu, Bocah 8 Tahun Dijemput untuk Karantina: Pakaian yang Dibawa Menyembul dari Kresek Indomaret
• Igun Ungkap Rahasia Ruben Onsu Pindah Rumah ke Pondok Indah, Ternyata Punya Helikopter Pribadi
• Gading Marten Ingin Liburan Bareng Gisel dan Gempi ke Salah Satu dari 4 Negara Ini
• Pemuda Bertato di Banjarnegara Ini Tobat Setelah Kerisnya Diinjak-injak Pak Kiai
Dia mengeluhkan banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen.
"Agak kecewa, dosen-dosen saya jarang yang benar-benar melakukan perkuliahan daring.
Hanya diganti dengan tugas-tugas yang sangat memberatkan," ungkapnya kepada Tribun Jateng, Jumat (8/5/2020).
Dia menyampaikan, mungkin fakultas atau jurusan lain melakukan kuliah daring sehingga bebannya tidak seberat yang dia rasakan.
Menurutnya, kalau kuliah daring benar-benar dilakukan, mustinya tidak semua pertemuan akan diberi tugas.
Mahasiswa lain, Chasanah Nur Syafira mengungkapkan kuliah dengan sistem daring tidak enak.
Menurutnya, penyampaian materi dari dosen kurang maksimal dan kadang terkendala jaringan.
"Ada juga dosen yang cuma kasih tugas tiap minggunya.
Padahal kalau kuliah biasa (tatap muka, red) tiap pertemuan tidak pasti dapat tugas," ungkapnya.
Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah itu menyampaikan, ketika masa belajar di rumah dia merasa tidak enak dengan orangtua.
"Kan gak enak kalau gak nantu orangtua, masa orangtua lagi repot, cuma duduk depan laptop, walaupun sebenarnya orangtua memaklumi," tuturnya.
Pengalaman awal ketika diterapkan kebijakan kuliah daring, dia merasa senang.
"Semula senang, bahkan saya anggap libur karena bisa pulang.
Punya juga kesempatan istirahat dari kegiatan organisasi.
Sekarang malah sedih.
Kuliah gak maksimal, bosen di rumah, dan event organisasi terancam batal," ungkap mahasiswa yang akrab dipanggil Chacha itu.
Suryadi, mahasiswa Fakultas Hukum menyampaikan enak atau tidaknya perkuliahan daring bergantung pada dosen.
"Ada yang mudah, gak ribet, dan gak banyak tugas.
Ada juga yang ribet, tugas numpuk, bahkan memaksa masuk tanggal merah.
Pokoknya ada dosen yang moderat dan konservatif soal perkuliahan daring," tuturnya.
Mahasiswa asal Purworejo itu membandingkan, fakultas tempat dia kuliah masih lebih enak dibanding fakultas lain dalam hal pembelajaran daring.
"Tugas sama banyaknya, tapi lebih simple, hanya beberapa dosen yang ribet memberi tugas.
Kalau materi rata-rata hanya diupload di Elena Unnes atau Google Classroom, lalu mahasiswa diminta belajar dan diskusi," ucapnya. (kan)
• 45.918 Debitur di Eks Karesidenan Pekalongan Dapat Keringanan Kredit, OJK Tegal: Naik 30 %
• Dinkes Karanganyar Minta Warga Waspada Chikungunya dan DBD di Tengah Pandemi Virus Corona
• Nasib PNS Jawa Tengah saat Pandemi Virus Corona, Dilarang Mudik dan Tak Ada Tunjangan Kinerja
• Sobat Ambyar, Saksikan E-Konser Amal Ngabuburit Special Tribute to Didi Kempot, Ini Jadwalnya