Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Militer Myanmar Langsung Keluarkan Ancaman saat Demonstran Serukan Mogok Massal

Hal itu ditanggapi oleh junta militer dengan ancaman terselubung ihwal penggunaan kekuatan mematikan.

Kompas.com/Istimewa
Puluhan ribu orang berdemonstrasi menentang pengambilalihan militer di kota terbesar Myanmar Yangon dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, pada Minggu (7/2/2021).(AP PHOTO) 

TRIBUNJATENG.COM, NAYPYIDAW – Di Myanmar, para demonstran menyerukan pemogokan massal yang sedianya digelar pada Senin (22/2/2021) untuk memprotes kudeta militer.

Hal itu ditanggapi oleh junta militer dengan ancaman terselubung ihwal penggunaan kekuatan mematikan.

Ajakan untuk pemogokan massal dilontarkan pada Minggu (21/2/2021) oleh Gerakan Pembangkangan Sipil di Myanmar.

Baca juga: Liputan Khusus: Dampak Kebijakan Pajak Nol Persen bagi Bursa Jual Beli Mobil Baru dan Mobil Bekas

Baca juga: Tradisi Aneh, Bocah 12 Tahun Dipaksa Makan Banyak Biar Gendut, Kemudian Dinikahkan dengan Pria Tua

Baca juga: Kecelakaan Maut Bus Intra vs Avanza, 7 Orang Penumpang Tewas

Baca juga: Pilu, Ibu Berkursi Roda Ditelantarkan Anak di Pinggir Jalan Malam-malam: Tak Mau Urus Ibunya

Mereka meminta orang untuk berkumpul bersama guna membuat "Revolusi Musim Semi” sebagaimana dilansir Associated Press.

Saluran televisi milik negara, MRTV, pada Minggu malam waktu setempat menyiarkan pernyataan dari junta militer yang memberi peringatan terhadap rencana pemogokan umum.

Junta militer menuduh para demonstran menghasut massa untuk melakukan kerusuhan dan anarki pada Senin.

“Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama anak muda dan remaja yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka terancam kehilangan nyawa,” bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu juga menyalahkan pengunjuk rasa karena “melakukan kekerasan”, sehingga mau tidak mau pasukan keamanan harus membalasnya.

Sejauh ini ada tiga pengunjuk rasa telah ditembak mati.

Gerakan protes di Myanmar sebenarnya berlangsung damai dan hanya sesekali terlibat dalam konfrontasi dengan polisi dengan melemparkan botol ke arah polisi ketika diprovokasi.

Di Yangon, kota terbesar Myanmar, truk-truk melaju di jalanan pada Minggu malam waktu setempat.

 
Truk-truk tersebut dengan nyaring mengumumkan bahwa rakyat tidak boleh menghadiri aksi pada Senin dan harus menaati larangan berkumpul.

Larangan berkumpul dikeluarkan tak lama setelah kudeta tetapi tidak diberlakukan di Yangon, yang selama dua pekan terakhir telah menjadi tempat demonstrasi besar-besaran.

Pada Minggu pagi waktu setempat, massa menghadiri pemakaman wanita muda yang menjadi korban tewas pertama dalam aksi penolakan kudeta militer. Wanita tersebut bernama Mya Thwet Thwet Khine.

Dia ditembak di kepala oleh polisi pada 9 Februari dalam sebuah aksi protes di ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Setelah dirawat, Mya mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (19/2/2021).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved