Penanganan Corona
WHO Sarankan Interleukin 6 Obat Pasien Covid-19 Gejala Berat, Kurangi Risiko Kematian 13 Persen
Interleukin 6 menjadi obat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam daftar obat perawatan yang diharapkan dapat menyelamatkan.
Menurutnya, Roche harus berhenti mengikuti pendekatan bisnis seperti biasa dan mengambil langkah-langkah mendesak. Jadi, obat tersebut dapat diakses dan terjangkau oleh semua orang yang membutuhkannya.
“Terlalu banyak nyawa yang dipertaruhkan,” ujat Potet.
Sebagian besar obat antibodi monoklonal (mAbs) yang ada mahal. Jadi obat itu dikhawatirkan tidak terjangkau oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
MSF mengatakan sementara tocilizumab telah ada di pasaran sejak 2009, harganya tetap sangat tinggi di sebagian besar negara.
Dalam dosis 600 mg yang dibutuhkan untuk Covid-19, harga kisarannya dari 410 dollar AS (Rp 5,9 juta) di Australia, 646 dollar AS (Rp 9,3 juta) di India, dan 3.625 dollar AS (Rp 52.5 juta) di Amerika Serikat.
Sementara “Biaya untuk memproduksi tocilizumab diperkirakan setidaknya 40 dollar AS (Rp 579.894) per 400 mg dosis,” terang Potet.
Sarilumab, obat antibodi monoklonal (mAbs) kedua yang direkomendasikan oleh WHO, dibuat oleh perusahaan farmasi AS Regeneron dan pembuat obat Perancis Sanofi. Produk tersebut dipasarkan dengan merek Kevzara.
Regeneron telah mengajukan dan mendapat paten atas sarilumab dan formulasinya, di setidaknya 50 negara berpenghasilan rendah dan menengah, menurut MSF.
Baca juga: Di Tengah Varian Delta Merebak, WHO Peringatkan Tetap Pakai Masker Setelah Divaksin
WHO juga meminta produsen untuk mengurangi harga obat, menerima perjanjian lisensi non-eksklusif yang transparan atau mengabaikan hak eksklusivitas.
Baca juga: Arti Mimpi Tentang Perampokan, Tak Semuanya Bermakna Buruk
Baca juga: Kode Redeem FF Kamis 8 Juli 2021, Terbaru dan Belum Digunakan Hari Ini
Baca juga: Video Menilik Industri Genteng Sokka yang Melegenda di Kebumen
“Pemblokir reseptor IL-6 (interleukin-6) tetap tidak dapat diakses dan tidak terjangkau untuk sebagian besar dunia,” kata Ghebreyesus.
Menurutnya, distribusi vaksin yang tidak merata membuat orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah paling rentan terhadap infeksi parah Covid-19.
“Jadi, kebutuhan terbesar obat-obatan ini adalah di negara-negara yang saat ini memiliki akses paling sedikit. Kita harus segera mengubah ini (harga yang mahal).”
Obat covid-19 rekomendasi WHO tersebut berdasarkan analisis data dari lebih dari 10.000 pasien yang terlibat dalam 27 uji klinis. (*)
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul WHO Umumkan Obat Kedua untuk Perawatan Pasien Covid-19 yang Sakit Parah