Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Universitas Semarang USM

Ada Glamping di Lereng Gunung Merbabu Boyolali, Tiga Dosen USM Dilibatkan dalam Proses Pembangunan

Glamping jadi tren berwisata. Jenis akomodasi ini menawarkan kemudahan untuk wisatawan yang ingin merasakan berkemah, tapi lebih praktis.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: moh anhar
Dokumentasi Humas USM
Tiga dosen USM, Sutarno, Diah Rahmawati, dan Hari Setijo Pudjihardjo, saat melihat lahan pengembangan glamping di lereng Gunung Merbabu Boyolali, Jumat (10/9/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berkemah saat ini tak mesti di puncak gunung.

Pun bisa dilakukan di kaki gunung atau lereng gunung.

Ada konsep glamping atau singkatan dari glamorous camping yang menawarkan kemudahan untuk wisatawan yang ingin merasakan berkemah tetapi tak perlu ribet.

Wisatawan bisa menikmati berkemah dengan termasuk peralatan kemah dan segala kebutuhan seperti konsumsi, listrik, hingga kamar mandi.

Di Desa Ngagrong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali banyak potensi wisata seperti gardu pandang, argowisata, dan air terjun.

Baca juga: Update Penmbunuhan Ibu dan Anak, Polisi Kerucutkan Saksi, Yosef Yakinkan Tak Suruh Orang Membunuh

Baca juga: Pemkab Sragen Mulai Vaksinasi Pelajar, Ada 34.000 Siswa SMP yang Ditarget Rampung Dua Pekan

Baca juga: Nenek Asal Klaten Ini Curi Bawang 3 Kg di Laweyan Solo, Kapolsek: Ironis Bila Harus Kita Penjara

Setelah wisatawan menikmati pemandangan alam khas lereng Gunung Merbabu yang mempesona, maka wisatawan menginginkan untuk dapat beristirahat dengan nyaman.

Oleh karena itu perlu dibangun penginapan ala berkemah atau camping yakni dengan glamping.

Tiga dosen Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) memberikan pendampingan perencanaan struktur fondasi pembangunan glamping Merbabu Boyolali.

Ketiga dosen tersebut adalah Sutarno, Diah Rahmawati, dan Hari Setijo Pudjihardjo.

Mereka melakukan pendampingan dari awal sampai akhir hingga bangunan kemah (glamping) difungsikan.

"Untuk mewujudkan pembangunan glamping tersebut, masyarakat belum mempunyai pengetahuan untuk menghitung perencanaan dari struktur glamping. Hal tersebut yang membuat masyarakat merasa khawatir akan dampak yang ditimbulkan apabila pembangunan tersebut mengalami permasalahan," kata perwakilan tim dosen USM, Sutarno dalam pesan tertulis, Jumat (10/9/2021).

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat setempat meminta bantuan dari tim pengabdian kepada masyarakat USM untuk membantu perencanaan struktur glamping, terutama dalam merencanakan fondasi.

Ia menjelaskan, dalam merencanakan fondasi yang tepat untuk glamping perlu diketahui jenis tanahnya.

Karena tanah tersebut yang akan memikul semua beban.

"Dari hasil penyelidikan diketahui tanah di lokasi yang akan dibangun glamping adalah pasir padat. Setelah diketahui jenis tanahnya, maka direncanakan pembebanan dari glamping. Selanjutnya dapat dipilih jenis pondasi yang tepat dengan melakukan perhitungan," terangnya.

Dosen Teknik Sipil USM ini menambahkan bahwa pondasi yang tepat untuk glamping ini adalah fondasi sumuran.

Model fondasi sumuran dipilih karena sejumlah alasan.

Antara lain tanah di lokasi merupakan pasir yang padat sehingga sulit untuk dilakukan pemancangan menggunakan alat.

Baca juga: Pelajar SD di Tegal Mulai Dapat Vaksin Covid-19, Orangtua Antusias Anaknya Antre Suntikan

Baca juga: Digerebek Polisi, Saat yang Lain Salat Jumat, Arena Judi Sabung Ayam di Dukutalit Pati Malah Ramai

Baca juga: Selang Gas Elpiji Bocor Bikin Ledakan di Dapur Sriyatun Kendal, 2 Rumah Rata dengan Tanah

Pemasangan fondasi sumuran bisa dilaksanakan secara manual, sehingga tidak perlu mendatangkan alat. Medan di sana juga tidak mendukung untuk mendatangkan alat.

"Dipilih fondasi sumuran dengan casing buis beton karena tanah pasir padat mudah longsor. Selain itu buis beton mudah didapat karena diproduksi warga sekitar," katanya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved