Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Gagas Program Pluralisme Trail, EIN Institute Kenalkan Toleransi Keberagaman bagi Generasi Muda

Esa Insan Indonesia (EIN) Institute Kota Semarang terus bekerja keras mengenalkan keberagaman kepada anak-anak hingga para anak muda. 

Penulis: iwan Arifianto | Editor: moh anhar
Dokumentasi EIN Institute Kota Semarang
Kegiatan Pluralism Trail yang dilakukan Esa Insan Indonesia (EIN) Institute Kota Semarang untuk mengenalkan anak muda kepada Toleransi dan pluralisme. 

"Jadi tidak hanya belajar secara teoritis, tapi secara praktis langsung belajar dengan mengunjungi tokoh keberagaman dan datang ke situs-situs atau tempat yang terjadi interaksi pembauran," papar Ellen.

Kemudian, juga ada program Semai atau Anak Semarang Damai. Kegiatan ini melibatkan anak-anak usia kelas 4 sampai 6 SD dari berbagai agama dan mereka dikumpulkan untuk belajar agama tertentu. 

Terutama agama yang jarang diekspos.

Mereka diajak berkunjung ke kelenteng, pura, hingga vihara.

Dalam kegiatan tersebut mereka baru tahu kalau ada agama yang selama ini menjadi sasaran prasangka. 

Misalnya, di kelenteng ada yang bilang tempatnya setan karena ada patung bermuka hitam itu setan.

Setelah datang kesana diberi tahu sehingga menjadi paham. 

"Dari kegiatan ini mereka jadi punya pengalaman berjumpa dengan perbedaan sehingga setelah besar tidak kaget lagi," ujarnya. 

Berikutnya, program Belajar Kota Tua di Semarang, pada kegiatan ini generasi muda diajak mengenal Kota Semarang yang memiliki riwayat keberagaman yang panjang. 

Misal, Kota Lama yang mempunyai wajah Eropa, Pecinan yang sangat kental dengan budaya Tionghoa, dan Pekojan, Kampung Melayu serta Kauman yang kuat dengan tradisi Arab. 

Kegiatan dan program yang terus berjalan itu merupakan ikhtiar untuk melestarikan pemikiran dua sahabat, yakni Gus Dur dan Tjahjadi Utomo yang meyakini semua manusia itu bersaudara. 

"Maka setiap masalah di masyarakat tak bisa diselesaikan melalui solusi-solusi superfisial," kata ibu tiga anak ini. 

Ia mengatakan, dibutuhkan kajian mendalam untuk membongkar akar permasalahan, serta edukasi efektif untuk masyarakat agar tercipta situasi ideal yaitu keadilan sosial.

Dari beragam kegiatannya, ia pernah mendapat umpan balik (feedback) dari salah satu peserta Pluralism Trail.

Di antaranya, peserta dari seorang Tionghoa beragama Budha berasal dari Medan dan sedang kuliah di Bandung.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved