Smart Women
Makin Termotivasi saat Ditantang, Bintari Bikin Inovasi Bakmi Jawa Kemasan Kering
Menjadi pengusaha yang memberikan lapangan pekerjaan pada orang lain merupakan impian Raden Nganten Bintari Saptanti (44) semenjak remaja.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: moh anhar
Dia memulai usaha dengan modal yang diambil dari sisa-sisa usaha sebelumnya, yakni jasa tata rias pengantin yang lebih banyak merugi.
Bintari menegaskan, jika bukan karena terpacu tantangan sang suami, kemungkinan usahanya sekarang tidak bakal terwujud.
Sang suami menantang Bintari untuk mewujudkan mimpi, meski tak memiliki kemampuan lebih.
“Pokoknya semua saya anggap kebetulan karena dulunya kami jual frozen, terus karena ada swalayan yang berminat, tapi mereka minta kemasan bentuk kering. Ya modal nekat saja mencari ke sana kemari ketemu alat pengering khusus. Lalu, semua saya perbaiki untuk pemasaran saat itu benar-benar konvensional menawarkan dari satu toko ke toko lainnya,” kata Bintari.
Menurut Bintari, dari perjalanannya itu hal terberat dilalui semasa pandemi Covid-19.
Dari semula ia memiliki 30-an karyawan, kemudian menyusut menjadi 12 orang, dan terakhir hanya menjadi dua orang.
Bukan itu saja, saat kasus corona sedang tinggi-tingginya dirinya dan sejumlah karyawan juga terpapar Covid-19.
Setelah mendapatkan kesempatan kedua saat ini, Bintari menyampaikan, cita-citanya sekarang ingin menjembatani para pelaku UMKM lain yang mayoritas memiliki kemampuan produksi tetapi terkendala pada proses pemasaran.
Selain itu, selama Covid-19 dinilai menjadi pebisnis dengan menentukan pasar ritel kelas menengah dianggap lebih mampu bertahan, ketimbang skala besar seperti ekspor.
“Oleh karena itu target kami pada 2022 ini bisa bekerja sama dengan 170 toko atau swalayan di Indonesia. Dengan begitu, saya bisa memfasilitasi teman-teman UMKM lain karena menurut saya pandemi kemarin mereka yang model bisnisnya bergerak di ritel bisa bertahan ketimbang lainnya. Lalu, pangsa pasar Indonesia masih terbuka luas dan pertokoan daerah tingkat permintaan tinggi,” ucapnya.
Seperti keluarga
Bintari menyatakan, terhadap karyawan sejauh ini mereka diperlakukan layaknya keluarga sekaligus pemilik usaha.
Selain gaji sesuai UMR, para karyawan juga mendapatkan tempat tinggal sementara dan makan sehari tiga kali.
Dengan perlakuan itu, dia berharap, pekerja merasa tidak bekerja, tetapi selayaknya melakukan aktivitas rumah tangga.
Alumnus Jurusan Pariwisata SMA Tjendekia Puruhita Yogyakarta menyimpulkan, keberhasilannya sekarang berkat doa orang banyak, satu di antaranya pekerja.
Baca juga: Kisah Ibu Dewangga, Pemain Timnas Indonesia yang Tak Mau Nonton Anaknya Bertanding: Saya Tidak Kuat
Baca juga: Aturan Kependidikan Pemerintah Pusat dan Daerah Tak Sinkron, Ratusan Calon Kepsek Tak Bisa Diangkat
Oleh karena itu, dia selalu menganggap kegagalan demi kegagalan yang pernah dilewati semula adalah motivasi dan tantangan yang ada sejauh ini dianggapnya peluang yang musti bisa diwujudkan.
“Jadi sekarang buat saya tantangan bisnis itu artinya ada hal yang harus diselesaikan dan dikerjakan. Apabila ditarik kesimpulan, pada dasarnya semesta melalui orang-orang di sekeliling memberi saya kesempatan membuktikan.
Dengan begitu, apabila kita jatuh diri kita menjadi paham harus melakukan apa. Alhamdulillah meski kami masih terbilang usaha kecil di tahun 2021 ini berhasil meraih juara 1 kategori kuliner pada Festival Kreatif Indonesia Kemenparekraf, sebelumnya masuk 25 besar Food Start Up Indonesia 2020,” jelasnya. (*)