Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Cilacap

Profil Ruddy Sutomo Sang Penggagas Kampung Sidat Kaliwungu Cilacap untuk Penuhi Kualitas Dunia

Bermula dari kolam budidaya skala kecil di  Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, ikan sidat kualitas terbaik

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/PERMATA PUTRA SEJATI
Pelopor Koperasi Mina Sidat Bersatu, Kampung Sidat Kaliwungu Cilacap, Ruddy Sutomo saat ditemui di kolam sidatnya, Sabtu (5/11/2022). 

Mereka harus diberi pakan pelet agar dagingnya empuk dan enak.

Menurutnya membudidayakan ikan sidat bukanlah perkara mudah, ada beberapa tahapan penting yang harus dilalui. 

Karena sidat belum bisa dipijahkan, maka Ruddy membuat kolam khusus pembesaran. 

Kurang lebih ada 53 kolam dengan ukuran 2 meter kali 2 meter khusus pembibitan yang kurang lebih diisi ikan berumur 1-2 bulan. 

Dalam satu kolam itu bisa berisi 3.000 ekor bibit ikan sidat

"Umur 1-2 bulan inilah yang disebut masa kritis maka dari itu kita pisah dulu. 

Biasanya pada minggu ke-7, ada serangan penyakit. 

Baru setelah 2 bulan kita pindahkan ke kolam yang lebih besar," terangnya. 

Kampung Sidat di Cilacap ini adalah pilot project kampung ikan berbasiskan kearifan lokal. 

Tidak hanya dari FAO dan pemerintah daerah, kegiatan percontohan ini mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai direktorat di KKP.

Dalam mencapai tujuannya, proyek yang dimulai sejak 2017 ini melaksanakan tiga strategi utama. 

Pertama pengarusutamaan prinsip keanekaragaman hayati perairan darat dalam pembangunan sumber daya dan kebijakan pengelolaan.

Kedua, demonstrasi prinsip konservasi dan 
pemanfaatan secara berkelanjutan di sejumlah habitat kritis di Indonesia

Ketiga, serta pemantauan dan penilaian yang efektif. 

Proyek IFish disebut sebagai proyek perikanan darat terbesar di Indonesia. 

Oleh karena itu perlindungan ekosistem dan pengelolaan perikanan darat secara berkelanjutan berdampak besar 
dalam peningkatan ketahanan pangan. 

Terutama dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada keanekaragaman hayati perairan darat.

Plt Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Pamuji Lestari mengatakan sangat mendukung proyek Kampung Sidat Kaliwungu. 

"Sidat ini menjadi unggulan, harapannya nanti di Indonesia banyak terbentuk kampung-kampung yang secara spesifik punya keunggulan dalam bidang Perikanan. 

Oleh karena itu kita dukung dalam permodalan di KKP ada bantuan dengan kredit murah hanya 3 persen, tetapi tetap ada syarat dan kualifikasi," ungkapnya. 

Pihaknya menambahkan nantinya akan ada pendampingan dari profesional bisa dari Profesor supaya ada upaya pembudidayaan barbasis scince. 

Pendapat yang hampir sama disampaikan Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal yang memberikan apresiasi atas keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budidaya sidat.

"Satu kampung, satu ikan atau satu jenis ikan yang dibudidayakan.

Ini sangat bagus sekali," ungkapnya. 

Selama masa pandemi Covid-19 ini usaha sidat pun terkena imbasnya karena adanya pemberhentian ekspor dari Jepang. 

Pandemi Covid-19 menghantam usaha koperasi tersebut. 

Selama Pandemi Koperasi Mina Sidat Bersatu kehilangan setidaknya potensi 65 persen pesanan sidat karena penutupan ekspor ke Jepang. 

Lima bulan pertama saat pandemi menjadi ujian terberat karena tidak ada pemasukkan sama sekali. 

Suplai sidat ke restoran dan ekspor semuanya berhenti.

Penerapan pembatasan mobilitas penduduk termasuk penutupan pusat perbelanjaan dan hotel membuat bisnis restoran sepi.

Kondisi tersebut memaksa anggota 

koperasi memutar otak karena kegiatan 

budidaya di kolam tidak bisa berhenti. 

Salah satu cara antisipasinya adalah menakar dengan tepat jumlah pakan yang diberikan. 

Bila terlalu banyak pakan, maka ukuran sidat akan melebihi ukuran pasar Jepang. 

Tentu saja penyesuaian dilakukan, tapi kualitas tidak boleh kompromi. 

Tahun 2022 ini geliat kampung sidat kembali bangkit. 

Karena sudah ada pesanan rutin dari restoran, kegiatan operasional di Kampung Sidat sudah membaik dibandingkan di masa awal Covid-19. 

Bertahan di masa pandemi tanpa mengorbankan kualitas adalah sebuah keharusan. 

Para warga mulai membuat beberapa produk turunan, seperti abon, bakso dan keripik tulang sidat. 

Sejumlah komunikasi dengan pihak 

Jepang telah dilakukan dan diharapkan pengiriman ke Jepang bisa kembali normal. 

Contohnya sejak Agustus 2020 restoran berkategori Michelin Star di Jakarta memesan sidat secara rutin. 

Dalam sebulan bisa mengirimkan 800-1.200 kilogram sidat. 

Sidat hidup bisa dilihat di kolam penampungan di dalam restoran.   

Kegigihan Koperasi Mina Sidat Bersatu 

selama masa pandemi, menjadikan mereka 

satu dari sedikit usaha budidaya sidat yang 

bertahan. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved