BRI Fellowship Journalism
Kunci Komunitas UMKM Pati Terus Maju: Bentuk Koperasi Pemasaran dan Adaptasi Transformasi Digital
Yuli sebagai pengurus komunitas dan koperasi pemasaran UMKM, penggunaan transaksi nontunai melalui QRIS lebih menguntungkan.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Para pelaku UMKM di Kabupaten Pati menyadari bahwa mereka harus berkolaborasi dan bersinergi untuk bertahan serta bertumbuh bersama.
Hal inilah yang mendasari mereka yang tergabung dalam Komunitas UMKM Kabupaten Pati atau Kita Unggulan Pati (KUPAT) untuk berserikat dalam membentuk koperasi khusus.
Mereka juga terus berupaya belajar bersama demi menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang menuntut transformasi digital.
Ketua KUPAT, Yuli Sanjoto menjelaskan, pembentukan koperasi pemasaran bermula pada Desember 2021, saat pihaknya mendapat penawaran dari Saiful Arifin, pemilik The Safin Hotel yang saat itu juga menjabat Wakil Bupati Pati, untuk mendirikan gerai oleh-oleh di lobi hotel.
Baca juga: Inilah Cerminan Cashless Society di Warung Nasi Gandul Romantis Pati
"Kebetulan Pak Safin juga penasihat KUPAT."
"Kami diberi tempat, dulu awalnya hanya berupa meja untuk display produk."
"Berjalan sebentar, tiap di hotel ada acara, baik resepsi pernikahan maupun lainnya, lumayan ada yang beli," kata dia kepada Tribunjateng.com, Senin (22/5/2023).
Untuk menjawab kebutuhan seiring perkembangan gerai oleh-oleh produk UMKM tersebut, Yuli akhirnya berembuk dengan anggota komunitas untuk menentukan anggota yang ikut berjualan di lobi hotel.
Selain itu, ditentukan pula iuran anggota untuk memenuhi kebutuhan operasional.
"Dulu awalnya sekira 18 UMKM yang gabung (ikut menjual produk di lobi hotel)."
"Ada iuran anggota sebulan Rp 50 ribu untuk biaya operasional jualan di sini."
"Beberapa bulan berjalan, saya menginstruksikan teman-teman untuk dapat anggota tambahan."
"Sekarang ada sekira 40 UMKM yang bergabung," kata dia.
Produk yang ditampilkan di gerai KUPAT di lobi hotel bervariasi mulai dari busana batik khas Pati, kerajinan tangan, makanan ringan, hingga hasil kebun dan produk herbal.
"Di antaranya ada kain, baju batik, kerajinan tangan, sambal, saus, madu, minuman rempah, makanan ringan, jeruk pamelo, dan lain-lain," ujar dia.
Baca juga: BPJS Kesehatan Targetkan Pati dan Blora Capai Universal Health Coverage Desember Tahun Ini
Kebanyakan pembeli ialah tamu hotel yang hendak membawa buah tangan khas Pati ke daerah asalnya.
Gerai produk KUPAT di lobi The Safin Hotel buka setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00.
Jika ada acara tertentu di hotel, jam buka bisa diperpanjang.
Untuk memantapkan langkah pengembangan usaha, sejak sebelum pandemi melanda pada 2021, ide untuk membentuk badan hukum koperasi sudah tercetus di benak Yuli.
Namun, pandemi melanda berikut segala dampak buruknya, sehingga rencana membentuk koperasi harus tertunda.
Akhirnya, koperasi baru benar-benar terwujud pada Mei 2022.
"Sebab saya banyak dapat tawaran kerja sama dengan kementerian dan bank, misalnya LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) untuk Koperasi."
"Kalau tidak segera dibentuk koperasi, sayang sekali kesempatan harus terlewatkan," kata dia.
Singkat cerita, terbentuklah Koperasi Pemasaran Kupat Maju Sejahtera.
Untuk mengawali, Yuli didapuk sebagai ketua koperasi.
Namun, dia berharap bisa ada regenerasi.
Koperasi pemasaran ini bidang usahanya ialah memasarkan produk anggota KUPAT yang sudah ada.
"Sebelum ada koperasi, sebetulnya bibit bisnisnya sudah muncul melalui sistem konsinyasi dengan toko."
"Jadi kami menitipkan produk untuk dijual di toko-toko."
"Sekarang dibentuk koperasi sebagai payung hukum bagi bisnis pemasaran kami," jelas Yuli.
Di koperasi ini, tiap anggota harus membayar simpanan pokok yang hanya dibayar satu kali di awal sebanyak Rp 100 ribu.
Kemudian, mereka juga menyetor simpanan wajib sebesar Rp 20 ribu per bulan.
Baca juga: Polisi Tangkap Dua Peserta Konvoi Kelulusan SMA di Pati yang Keroyok Pemuda Asal Sukolilo
Sistem Pembayaran QRIS
Selain membentuk koperasi, para anggota KUPAT juga berupaya mengikuti perkembangan zaman dengan antara lain mengadopsi sistem perbankan dan pembayaran digital.
Yuli mengatakan, komunitasnya mulai dikenalkan terhadap sistem pembayaran digital saat BRI Cabang Pati menggelar Bazar Digital UMKM di halaman Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati pada 2021.
Saat itu, sebagai bagian dari penanggulangan Covid-19 yang menuntut pengurangan kontak fisik, BRI memang menggencarkan sosialisasi perdagangan digital (e-Commerce) dan metode pembayaran digital melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
"Jadi waktu itu kami dibuatkan QRIS oleh BRI."
"Sejak awal buka (gerai KUPAT di The Safin Hotel) kami sudah pakai QRIS yang dibuatkan BRI."
"Pelanggan di sini juga banyak yang pakai QRIS sehingga kami harus mengikuti konsumen," terang Yuli.
Sebagai pengurus komunitas dan koperasi pemasaran UMKM, bagi Yuli penggunaan transaksi nontunai melalui QRIS lebih menguntungkan.
"Selain itu juga memudahkan pembukuan."
"Saya bisa langsung transfer hasil penjualan ke masing-masing anggota."
"Otomatis saya juga minta anggota agar punya rekening BRI, supaya saat transfer tidak mengurangi profit mereka akibat harus dipotong biaya transfer antarbank," kata dia.
Yuli menambahkan, kemitraan pelaku UMKM di Pati dengan BRI tidak hanya mengenai sosialisasi digitalisasi.
Melainkan juga dalam hal permodalan.
Baca juga: PBFI Pati Targetkan 2 Medali Dalam Ajang Porprov Jawa Tengah 2023
Dalam hal ini, banyak anggota KUPAT yang menjadi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, termasuk dirinya sendiri.
Yuli pernah mengambil KUR sebesar Rp 25 juta untuk menyokong pengembangan usaha madu murni miliknya.
Popularitas transaksi nontunai memang kian meningkat.
Aplikasi dompet digital terus bermunculan, perbankan juga terus mengembangkan aplikasi mobile banking yang memudahkan transaksi sehari-hari.
Mengunjungi gerai KUPAT di lobi The Safin Hotel Pati, Erik Setiawan (32), mengeluarkan ponsel seusai memilih produk keripik tempe dan kopi bubuk untuk dibawa pulang.
Dia membuka aplikasi BRImo untuk memindai QRIS yang ditunjukkan pramuniaga.
Kurang dari satu menit, transaksi beres.
"Lebih gampang bayar pakai cara begini."
"Apalagi kalau nominalnya mengandung pecahan kecil, misalnya Rp 50.400."
"Daripada penjual susah cari kembalian, lebih baik bayar secara nontunai begini."
"Prosesnya juga cepat," kata warga Kutoharjo, Kecamatan Pati ini kepada Tribunjateng.com, Senin (22/3/2023).
Sebagaimana diketahui, masyarakat dunia saat ini memang terus bergerak menuju cashless society.
Baca juga: Pimpin Upacara Harkitnas 2023, Kapolresta Pati Sampaikan Pesan Ini
Dikutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sikapiuangmu.ojk.go.id, cashless society dalam Bahasa Indonesia berarti masyarakat tanpa uang tunai.
Tren masa kini menunjukkan semakin mantapnya perubahan kebiasaan masyarakat pada proses transaksi, dari tunai menjadi nontunai atau digital.
Masih dari artikel yang diterbitkan laman OJK, cashless society makin populer beberapa tahun terakhir dan begitu diminati masyarakat karena dirasa lebih efisien, praktis, cepat, serta mudah.
Transaksi nontunai juga memudahkan masyarakat karena tidak perlu repot lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar ketika keluar rumah.
Pemerintah juga terus berupaya memasyarakatkan transaksi nontunai.
Bahkan, Bank Indonesia (BI) telah mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) sejak 14 Agustus 2014.
Hal ini bertujuan menciptakan sistem pembayaran yang aman, lancar, praktis, dan dapat mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien.
Sebagai bank milik negara, BRI juga berupaya mewujudkan cashless society.
Antara lain dengan menyosialisikan metode pembayaran QRIS pada masyarakat serta membentuk merchant-merchant yang mengakomodasi sistem pembayaran tersebut. (*)
Baca juga: Target JKN 2024 di Jawa Tengah: 98 Persen Penduduk Sudah Terlindungi
Baca juga: Terkendala Silon, 4 Parpol Ini Ajukan Ulang Bacaleg Pemilu 2024 di KPU Cilacap
Baca juga: Kembali Jadi Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta Diminta Ganjar Selesaikan Persoalan di Karimunjawa
Baca juga: Heboh Kereta Api Cagar Budaya KA Jaladara Penyok Ditabrak Mobil, KAI Tuntut Ganti Rugi
tribunjateng.com
tribun jateng
BRI
BRI Fellowship
Pati
Komunitas UMKM Kabupaten Pati
Kita Unggulan Pati
Yuli Sanjoto
Perbankan
UMKM
feature
Saiful Arifin
QRIS
BRI Cabang Pati
The Safin Hotel
Anak-anak PAUD Bunga Kartika Senang dan Kegiatan Belajar Jadi Nyaman Setelah Ada CSR BRI Peduli |
![]() |
---|
Mulai Bisnis di Usia Pensiun, Norma Warga Semarang Bisa Kirim Jahe Instan Isna ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Prihatin Lihat Perajin Kulit Lokal Bikin Produk KW, Sutiasih Dirikan Dias Genuine Leather Semarang |
![]() |
---|
Alasan Takut Panas Jadi Pendorong Yuta Bikin Kue Semprong Unik di Semarang, Begini Ceritanya |
![]() |
---|
Kisah Jatuh-Bangun Pengusaha Sablon di Pati Memulai Bisnis dengan Modal Rp 500 Ribu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.