Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Slawi

Anggota DPR RI Dewi Aryani Tinjau Lahan Pertanian Desa Karangmalang Tegal yang Alami Krisis Air

Anggota DPR RI Dewi Aryani Tinjau Lahan Pertanian Desa Karangmalang Tegal yang Alami Krisis Air, Usahakan Hal Ini Bagi Petani 

Desta Leila Kartika
Anggota DPR RI Komisi Sembilan dari Fraksi PDI Perjuangan, Dewi Aryani (kerudung putih), melihat langsung kondisi saluran irigasi di area persawahan dekat Waduk Cacaban yakni Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal yang mengalami kekeringan dan krisis air, pada Selasa (29/8/2023).  

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Anggota DPR RI Komisi Sembilan dari Fraksi PDI Perjuangan, Dewi Aryani, melakukan tinjauan ke lahan pertanian (Persawahan) dekat Waduk Cacaban yakni Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal yang mengalami kekeringan dan krisis air, pada Selasa (29/8/2023). 

Tidak hanya mengunjungi dan melihat langsung kondisi di lapangan, pada kesempatan itu DeAr sapaan akrabnya, juga berdialog dengan para petani yang ada di lokasi. 

Bahkan DeAr juga melakukan panggilan video langsung dengan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Harya Muldianto, disaksikan petani, kepala desa, perwakilan Dinas KP Tan Kabupaten Tegal, dan lain-lain. 

Kepala BBWS Pemali Juana sebagai pengelola Waduk Cacaban, pada dialog via video call tersebut akhirnya menyepakati penambahan air 1.000 liter per detik untuk pertanian selama dua minggu ke depan. 

Sehingga petani tetap bisa panen di lahan seluas kurang lebih 450 hektar. 

"Tadi sesuai hasil dialog dengan Kepala BBWS Pemali Juana, disepakati penambahan air 1.000 liter per detik selama dua minggu. Sehingga dengan penambahan air tersebut, setidaknya bisa mengamankan sekitar 75 persen lahan dari total 450 hektar," ungkap DeAr, pada Tribunjateng.com. 

Dijelaskan DeAr, ada program yang harus menjadi perhatian pemerintah pusat sampai daerah yakni terkait menjaga lingkungan agar sumber daya air tidak berkurang. 

Sehingga menurut DeAr, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kekurangan air seperti berhenti menebangi pohon, kemudian penghijauan harus masif dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. 

Bahkan DeAr dengan lantang menyebut bahwa krisis atau kesulitan air yang terjadi karena ulah masyarakat sendiri. 

Seperti menebangi pohon, tidak ada penghijauan lahan kembali, dan masih banyak lagi. 

"Saya datang langsung ke sini karena mendengar aspirasi langsung dari masyarakat, petani bahwa mereka meminta tolong agar panen kali ini tidak gagal, harapan hanya itu saja. Menurut saya permintaan petani tidak muluk-muluk, mereka hanya ingin air nya ditambah sedikit terutama yang dialiri ke lahan pertanian selama dua minggu," jelas DeAr. 

DeAr menambahkan, jika dirasa masa tanam berikutnya hitungan tidak menguntungkan, maka petani bisa memilih menanam yang lain terutama yang tidak membutuhkan banyak air. 

Contohnya seperti menanam palawija, jagung, dan masih banyak lagi. 

Sehingga di sini, DeAr menyebut membutuhkan peran semuanya yakni Dinas KP Tan Kabupaten Tegal, Pemkab Tegal, termasuk dirinya sendiri. 

"Tugas yang dimaksud yaitu tanggungjawab semuanya untuk memberikan edukasi dan pengetahuan supaya petani lebih bijak lagi," tuturnya. 

Masih di lokasi yang sama, Pengelola Debit Waduk Cacaban Kabupaten Tegal, Samad, menerangkan bahwa Waduk Cacaban mengairi sekitar 7 ribu hektar lahan pertanian di lima kecamatan yakni Kedungbanteng, Tarub, Suradadi, Kramat dan Pangkah. 

Adapun sejauh ini, di luas lahan 7 ribu hektar yang ditanami hanya sekitar 5 ribu hektar saja.

"Kekeringan lahan dan krisis air baru terjadi tahun ini karena adanya fenomena El Nino. Biasanya karena tidak ada fenomena El Nino, ada suplai air hujan minimal sebulan sekali sehingga tidak terjadi kekeringan. Ya baru tahun ini terjadi kekeringan dan krisis air," terang Samad. 

Dikatakan Samad, debit air di Waduk Cacaban dulu bisa sampai 50 juta meter kubik, kemudian turun menjadi 45 juta meter kubik kapasitas limpas. 

Sementara untuk posisi sekarang ini, Samad menyebut kondisi air di Waduk Cacaban kritis karena hanya tersisa sekitar 7,3 juta meter kubik saja, padahal biasanya antara 45 juta sampai 50 juta meter kubik air. 

"Betul sekarang ini bisa dikatakan kondisinya kritis, karena dari normalnya antara 45-50 juta meter kubik air, sekarang tinggal 7,3 juta meter kubik air saja. Tapi ya secara hitungan masih aman, terlebih ada tambahan air dari BBWS untuk penghematan dan ya supaya petani tetap bisa panen," paparnya. 

Kabid Ketahanan Pangan Dinas KP Tan Kabupaten Tegal, Ahmad Mulya Aji menambahkan, untuk lahan pertanian di area Desa Karangmalang saluran irigasi hanya mengandalkan dari Waduk Cacaban saja. 

Sehingga sesuai arahan dari DeAr, terkait penghijauan harus dihidupkan lagi supaya sumber air bisa lebih baik kedepannya. 

"Iya, kondisinya bisa dibilang kritis. Bisa dilihat kondisi lahan dan tanah di sekitar sini kering semua dan tidak ada hutan hijau. Sedangkan untuk penggiliran irigasi di lokasi ini sekitar seminggu sekali, dan tadi dapat tambahan dari BBWS selama dua minggu," tutupnya. (dta) 

Baca juga: Pemkab Karanganyar Gelar Sayembara Desain Pembangunan Kantor Setda, Sudah Ada Tiga Terbaik

Baca juga: Harga Beras di Pasar Bintoro Demak Naik Menjadi Rp 13-14 Ribu per Kilogram

Baca juga: Kisah Sunarji, Diarak Puluhan Pendekar PSHT Usai Bebas Dari Rutan Kudus

Baca juga: Garuda Calling! Pemain PSIS Semarang Dewangga Perkuat Timnas U23 Indonesia di Kualifikasi Piala Asia

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved