Muria
Petani di Blora Ngeluh Sulit Beli Pupuk Bersubsidi, Picu Panen Jagung Tak Maksimal
Kekurangan air dan sulitnya mendapatkan pupuk menyebabkan panen jagung di Kabupaten Blora tak maksimal.
Penulis: ahmad mustakim | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Kekurangan air dan sulitnya mendapatkan pupuk menyebabkan panen jagung di Kabupaten Blora tak maksimal.
Seperti yang dialami Jumiati, Petani Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora.
Ia hanya mampu menutupi ongkos produksi dari hasil panennya.
"Biasanya panen bisa sampai 7 ton, saat ini hanya sekitar 3 ton jagung. Dihitung-hitung balik modal saja sudah untung," ungkapnya sambil mengelupas kulit jagung di halaman rumahnya, Selasa (29/8/2023).
Jumiati mengungkapkan, panen jagung tak melimpah musim ini disebabkan tanaman kekurangan air. Hal itu memicu terganggunya pertumbuhan jagung.
Dikatakannya, di desanya termasuk wilayah yang kesulitan air saat musim kemarau.
"Air sudah habis digunakan kebutuhan sehati-hari, sulit kalau musim kemarau ini," ujar Jumiati.
Baca juga: Petani Tebu di Kudus Ngadu ke Dewan, Berkeluh Kesah Karena Kelimpungan Cari Pupuk Subsidi
Baca juga: Inisiatif Warga Tambahrejo Blora Tanam Padi Organik Manfaatkan Pupuk Organik TPS3R Sami Kagem
Baca juga: Blora dan Grobogan Daerah Rawan Kekeringan di Jateng, 7,1 Juta Liter Air Bersih Siap Digelontorkan
Selain kekurangan air, petani juga kesulitan mendapatkan pupuk subsidi.
Jumiati mengaku namanya telah terdaftar dalam Kartu Tani. Ia juga sudah menyetorkan identitas dan luasan lahan, namun tidak memperoleh pupuk yang dijanjikan.
Jumiati sempat dua kali bolak balik ke kantor kecamatan menemui penyuluh pertanian dan berusaha mengecek di ATM.
"Dapat ATM katanya untuk memperoleh pupuk harus gesek dulu, kalau tidak ada (saldo) tidak dapat. Saya sudah coba gesek dan dua kali di ATM dan datang ke kecamatan tapi tetap tidak dapat pupuk," ungkap Jumiati.
Walaupun pupuk subsidi tak dapat memenuhi kebutuhan seluruh kebutuhan pertaniannya, pihaknya tetap mengharapkan progam pemerintah tersebut.
Jumiati berharap tidak dibodohi, karena gagap teknologi penyaluran pupuk dengan model saat ini.
"Kalau dulu enak, punya uang langsung nebus pupuk, saat ini pakai aplikasi saya tidak tahu," keluhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian dan Peternakan (DP4) Blora Lilik Setyawan mengungkapkan, hingga 27 Agustus tahun ini telah pupuk subsidi telah tersalurkan.
Untuk pupuk Urea tersalurkan 65,09 persen atau sekitar 34 ribu kuintal dan sekitar 21 ribu kuintal pupuk phonska.
"Untuk Kecamatan Kedungtuban telah tersalur hingga Juli sebanyak 3.983 kuintal urea dan 2.135 kuintal phonska," terangnya. (Kim)
Menaruh Harap dari Para Leluhur, Potret Warga Rahtawu Kudus yang Hidup di Lereng Gunung Muria |
![]() |
---|
Ngembal Kulon Kudus Masuk Nominasi 15 Besar Pengembangan Digitalisasi Desa Tingkat Nasional |
![]() |
---|
Bupati Kudus Herda Helmijaya: Korupsi Hanya Menunda Penderitaan |
![]() |
---|
0,04 Persen Dari Kota Kretek Penyumbang Kesuksesan Jateng Tangani Stunting 2024 |
![]() |
---|
Pengajuan Gelar Pahlawan untuk KHR Asnawi Kudus Belum Berbuah Manis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.