Berita Banyumas
Cerita Kartam, Petani Cabai Yang Tak Merasakan Dampak Harga Cabai Mahal di Banyumas
Mahalnya harga cabai di pasaran saat ini ternyata dampaknya tak begitu signifikan dirasakan oleh para petani di Banyumas.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Mahalnya harga cabai di pasaran saat ini ternyata dampaknya tak begitu signifikan dirasakan para petani di Banyumas.
Pasalnya untung yang diraih petani kala harga cabai tinggi tidak begitu dirasakan.
Salah satu petani cabai bernama Kartam, dari Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Banyumas.
Baca juga: Kemarau Panjang Biaya Perawatan Tanaman Cabai Terlalu Mahal, Bikin Petani Rugi
mengaku tak begitu terdampak dengan mahalnya harga cabai di pasaran.
Sebab untung yang didapatnya sebagai petani juga tak begitu besar.
Menurut dia meskipun harga di pasaran tinggi namun harga jual dari petani juga naik tidak seberapa.
Selain itu modal menanam dan merawat tanaman cabai juga sudah mahal.
Belum lagi menurut Kartam hasil panen cabai saat ini tidak terlalu melimpah.
Pasalnya baik itu jenis cabai merah maupun cabai rawit merah banyak yang terkena penyakit busuk buah.
Sehingga hasil panen menurun drastis dan keuntungan juga tidak bisa maksimal.
"Dampaknya kalau busuk kaya gini, walaupun untung ya untung sedikit, tidak berpengaruh.
Kalau mahal tanamannya susah, tapi kalau murah gampang, melimpah.
Yang rusak kurang tahu, kadang-kadang lalat buah, seperti binatang kecil, kalau nempel busuk. Banyak yang busuk, ngurangin panen.
Tadinya hasilnya satu kilo sepohon sekarang paling-paling setengah kilo. Ada yang akhirnya tidak berbuah, karena rontok semua. Ongkosnya banyak. Satu pohonnya minimal Rp5 ribu, ongkos dari tanam sampai panen," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (2/11/2023).
Kartam menyebut biasanya satu pohon cabai dapat menghasilkan satu kilogram cabai.
Namun saat ini banyak buah cabai yang terkena penyakit busuk buah.
Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Legi Solo Naik Rp 5 Ribu
Ia menduga mahalnya harga cabai saat ini disebabkan hasil panen dari petani memang tidak terlalu melimpah.
Sehingga harganya melambung karena pasokan cabai dari petani ke para tengkulak yang akhirnya sampai ke pedagang tidak cukup banyak.
Hal ini berbeda apabila panen sedang melimpah harga cabai akan cenderung murah. (jti)
| Fenomena LGBT Marak di Banyumas, yang Terdata 2.000 Termasuk Pelajar |
|
|---|
| Disiapkan untuk Prabowo Jika Mau Nyekar, Desa Kalisube Banyumas Bakal Punya Helipad |
|
|---|
| Taman Safari Indonesia Jajaki Investasi Lokawisata Baturraden, Pemkab Tunggu Hasil Kajian Investor |
|
|---|
| Bupati Banyumas Serahkan 97 SK Pensiun kepada ASN, Ajak Sambut Masa Purna Tugas dengan Bahagia |
|
|---|
| KAI Daop 5 Purwokerto Intensifkan Perawatan Lokomotif dan Kereta Jelang Nataru 2025/2026 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Petani-bernama-Kartam-saat-sedang-memetik-cabai-di-Banyumas.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.