Berita Kudus
Timo Scheunemann: Membangun Sepakbola Wanita Tak Mudah
Timo menyadari bahwa ada juga faktor eksternal yang harus disikapi dalam mengembangkan sepak bola wanita Indonesia
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Head Coach MilkLife Soccer Challenge (MSC) 2023 Batch III, Timo Scheunemann mengatakan, upaya Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife dalam membangun sepak bola wanita tidaklah mudah.
Selain bagaimana menumbuhkan minat sepak bola bagi kaum wanita, butuh kerja ekstra dan kreativitas dalam meramu sebuah tim. Menemukan pemain berbakat, pemain yang punya skill untuk dibina lebih lanjut menjadi pemain sepak bola wanita profesional.
Timo menyadari bahwa ada juga faktor eksternal yang harus disikapi dalam mengembangkan sepak bola wanita Indonesia.
Pemanfaatan gadget tak terbatas di era digitalisasi juga membawa dampak kurang baik bagi pembibitan sepak bola usia dini. Karena bisa mempengaruhi tingkat kefokusan anak dalam berlatih dalam berbagai hal, termasuk saat bermain sepak bola.
Para atlet harus diedukasi agar bisa mengurangi pengoprasian gadget yang kurang bermanfaat, dalam rangka melatih fokus terhadap suatu tujuan. Supaya lebih cepat beradaptasi dalam meningkatkan skill yang dimiliki.
Dia menyebut, MilkLife Soccer Challenge (MSC) menjadi ajang yang ditunggu-tunggu masyarakat, utamanya para pegiat sepak bola wanita.
Ajang tersebut digelar dengan tujuan membangun sepak bola wanita dari yang belum ada menjadi ada.
"Di era sekarang, kemampuan fokus anak-anak berkurang karena dampak gadget, karena berpengaruh pada kemampuan fokus. Pengaruh negatif ini harus dilawan," terangnya usai pertandingan final MSC 2023 Batch III, Minggu (17/12/2023) kemarin.
Menurutnya, sepak bola wanita harus terus dikembangkan sejak usia dini. Perubahan-perubahan yang inovatif harus dilakukan dalam rangka menyiapkan skema kompetisi profesional.
Menurut dia, terdapat tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kemampuan atlet sepak bola wanita.
Pertama, tenaga pendidik utamanya guru olahraga di sekolah harus intens memberikan pelatihan selama berkegiatan di dalam sekolah.
Kedua, edukasi dan motivasi harus diberikan agar pemain wanita tidak takut lagi dalam adu kemampuan dengan pemain pria di lapangan.
Ketiga, atlet sepak bola wanita harus mau dan berani mengembangkan kemampuannya melalui sekolah sepak bola (SSB) laki-laki. Serta tidak minder menjadi kaum minoritas dalam rangka membangun sepak bola wanita Indonesia.
Melalui SSB, atlet bisa menambah jam terbang hingga meningkatkan kemampuan dan skill dalam mengolah si kulit bundar.
"Kuncinya berlatih di sekolah secara konsisten, latihan pribadi, dan berani bermain dengan cowok untuk meningkatkan keberanian dan tidak mudah menyerah," ujarnya.
Timo ingin sepak bola wanita Indonesia bisa terus berkembang lebih maju.
DPRD Kudus Soroti Inovasi Menu MBG Tanpa Nasi, Kecukupan Gizi Dipertanyakan |
![]() |
---|
CFN Kudus Malam Nanti Dimeriahkan 150 PKL, Ada Live Musik Juga |
![]() |
---|
36 Tim Basket Pelajar di Kudus Bertarung dalam Piala Kemerdekaan |
![]() |
---|
Tak Ada Angin Apalagi Hujan, Kuswarin Syok Saksikan Robohnya Rumah Joglo Warisan 60 Tahun di Kudus |
![]() |
---|
Ernawati Dedikasikan Usia Senja Jadi Pejuang Sehat dari Pintu ke Pintu, Wilayahnya 7 Desa di Kudus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.