Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

3 Bocil Semarang Tewas Hanyut di Sungai Dalam 9 Hari Ini, Basarnas Sarankan Edukasi di Sekolah

Tiga anak di bawah umur warga Kota Semarang meninggal dunia selepas mengalami kecelakaan air dalam 9 hari terakhir.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda
dok Basarnas Semarang
Operasi pencarian terhadap anak laki-laki berinisial MNA (9) warga Wonotingal, Kecamatan Candisari yang hanyut di saluran air di kali Kagok dekat rumahnya, Kamis (11/1/2024). Pencarian dilakukan di aliran kali Kagok hingga Banjir Kanal Timur. Korban baru ditemukan tiga hari berselang di Pantai Ngebom Kendal.  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tiga anak di bawah umur warga Kota Semarang meninggal dunia selepas mengalami kecelakaan air dalam 9 hari terakhir.

Ketiga korban merupakan anak laki-laki masing-masing berinisial AR (13) warga Kudu, Genuk, tenggelam saat berenang bersama teman-temannya di Sungai Babon, Genuk, Rabu (10/1/2024) sekira pukul 12.00 WIB.

Korban ditemukan selepas tim penyelamat (rescuer) berjibaku sekira 7 jam di aliran sungai yang sama.

Selang satu hari, MNA (9) warga Wonotingal, Kecamatan Candisari, tenggelam di saluran air di kali Kagok dekat rumahnya, Kamis (11/1/2024) sekira pukul 14.30.

Ia baru ditemukan tiga hari kemudian di pantai Ngebum kabupaten Kendal atau 15 kilometer dari titik hilang.

Terbaru, DFA (11) warga Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, yang tenggelam di sungai Beringin, Jumat (19/1/2024). 

Ia ditemukan sejauh hampir 1 kilometer dari lokasi tenggelam di hari yang sama berselang sekira 6 jam pencarian. 

Menanggapi tiga kejadian tersebut, Humas Basarnas Semarang, Nur Musthova mengatakan, dari tiga kejadian kecelakaan air itu mayoritas  terjadi karena anak tersapu arus deras ditambah ada satu kasus anak tak bisa berenang.

"Meskipun bisa berenang tapi panik maka akan tetap terhanyut," paparnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, kunci mencegah kejadian tersebut adalah mitigasi dengan peningkatan kewaspadaan orangtua dan masyarakat.

"Kewaspadaan harus meningkat agar anak-anak tidak main di sungai maupun saluran air saat hujan turun deras," katanya, Sabtu (20/1/2024).

Ia mengaku, lembanganya memiliki program SAR Goes To School yang dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah dasar maupun menengah untuk mengedukasi anak didiknya.

Program ini bersifat pasif artinya sekolah yang membutuhkan edukasi soal keselamatan air maupun kebencanaan harus mengajukan ke lembaganya.

"Semisal ada sekolah yang meminta edukasi tersebut tentu kami terbuka sekali. Sebab, selama ini yang sudah aktif berjalan di perguruan tinggi, kalau SD dan SMP itu masih jarang sekali," terangnya.

Merujuk data Basarnas Semarang telah melakukan operasi pencarian dan pertolongan sebanyak 156 kejadian di Jawa Tengah selama 2023.

Operasi SAR Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) contohnya anak tenggelam, masih mendominasi sebanyak 108 kejadian dengan kondisi selamat 34 jiwa,  meninggal 89 jiwa, hilang sebanyak 5 jiwa.

Urutan kedua kejadian Kecelakaan Penanganan Khusus  contohnya kecelakaan kereta api, mobil dan lainnya ksebanyak 20 kejadian dengan kondisi selamat 66 jiwa, meninggal 26 jiwa. 

Untuk kejadian Kecelakaan Kapal dan Bencana Alam masing- masing sebanyak 14 kejadian dengan total kondisi selamat 477 jiwa, meninggal dunia 14 jiwa, hilang 15 jiwa. 

"Ketika ada kejadian butuh pertolongan seperti kecelakaan air dapat segera menghubungi kami," imbuh Musthova.

Terpisah, Relawan SARDA Jawa Tengah, Lucky mengatakan, untuk mencegah kejadian anak tenggelam di Semarang butuh sosialisasi intensif terkait larangan anak bermain di sungai dan saluran air ketika turun hujan deras.

Sosialisasi ini perlu dilakukan Pemerintah dari kelurahan hingga tingkat  RW/RT. 

Terutama di wilayah-wilayah Semarang yang dilintasi alur sungai seperti di Beringin, Mangkang, Wonotingal, Kudu, dan lainnya.

"Sosialisasi ini sangat mendesak karena belum 2 Minggu sudah ada 3 korban meninggal dunia," ujarnya.

Terlebih dari tiga kejadian tersebut, ada kelalaian orangtua dalam melakukan pengawasan terhadap anaknya.

Begitupun masyarakat sekitar dapat berperan aktif melakukan teguran ke anak-anak yang nekat bermain hujan di sungai maupun saluran air berarus deras. 

"Musim hujan seperti ini, orangtua harus ekstra pengawasan setidaknya anak ke mana dan di mana," terangnya. (iwn)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved