Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mengintip Proses Pembuatan Wajik dan Jadah Aneka Warna di Mijen Semarang

Wajik merupakan makanan khas tradisional Jawa Tengah. Ada warna hijau, merah, coklat dan lainnya. Penasaran rasa dan proses pembuatannya?

Editor: iswidodo
Mahasiswa Undip Magang Tribun Jateng
PROSES PEMBUATAN WAJIK - Warga Mijen Semarang sedang mencampurkan ketan yang sudah dikukus ke dalam cairan santan dan gula di Cangkiran, Mijen Semarang. Mereka membuat wajin hijau tanpa pewarna, Kamis (11/01/2024). (Nur Fithri, mahasiswa FIB UNDIP, magang Jurnalistik Tribun Jateng) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wajik merupakan makanan khas tradisional Jawa Tengah. Ada warna hijau, merah, coklat dan lainnya. Penasaran rasa dan proses pembuatannya?

Wajik jajanan tradisional hingga kini masih laris manis disukai semua usia. Rasanya manis dan legit. Bahan utama adalah ketan. Wajik sering digunakan dalam acara adat Jawa. Selain menjadi sajian penting dalam acara hajatan, wajik juga menjadi salah satu barang bawaan atau sanggan dari mempelai pria diserahkan kepada keluarga mempelai wanita.

Adalah Anita Purwaningtyas alias Tyas pembuat wajik yang sudah kondang di Boja Kabupaten Kendal. Tyas (32) menekuni produksi wajik bermula karena jajanan ini disukai orang, tetapi sedikit yang secara khusus dibuat untuk dijual.

PROSES PEMBUATAN WAJIK -  Warga Mijen Semarang sedang mencampurkan ketan yang sudah dikukus ke dalam cairan santan dan gula di Cangkiran, Mijen Semarang. Mereka membuat wajin hijau tanpa pewarna,  Kamis (11/01/2024). (Nur Fithri, mahasiswa FIB UNDIP, magang Jurnalistik Tribun Jateng)
PROSES PEMBUATAN WAJIK - Warga Mijen Semarang sedang mencampurkan ketan yang sudah dikukus ke dalam cairan santan dan gula di Cangkiran, Mijen Semarang. Mereka membuat wajin hijau tanpa pewarna, Kamis (11/01/2024). (Nur Fithri, mahasiswa FIB UNDIP, magang Jurnalistik Tribun Jateng) (tribunjateng/mahasiswa Undip magang)

Selain membuat wajik, Tyas juga membuat jadah atau gemblong. Bahannya sama menggunakan beras ketan. Dalam sehari Tyas membuat wajik dan jadah dipasok ke beberapa pedagang langganannya. Pemasaran wajik dan jadah di Mijen, Jatisari, hingga Pasar Boja.

Dalam memproduksi wajik, Tyas dibantu oleh keluarganya mulai dari proses perendaman beras ketan, pengukusan, pembuatan santan, hingga pengemasan.

"Dalam sehari bisa habiskan 16 kg beras ketan. Menjadi kira-kira 700 loyang wajik," terang Tyas ditemuai di di Cangkiran, Mijen, Kota Semarang, Kamis (11/01/2024)

Proses Pembuatan
Kira-kira dibutuhkan waktu 4 jam untuk membuat wajik. Dimulai dari perendaman beras ketan yang dilakukan kurang lebih setengah jam agar beras ketan menghasilkan tekstur yang pulen.

Selanjutnya, sembari beras ketan direndam dalam air, proses pengadukan santan yang sudah dipisahkan terlebih dahulu antara santan yang kental dengan santan yang cair. Pengadukan santan dimasak dengan api kecil hingga mencapai tingkat kekentalan yang diinginkan.

Tujuan dari pengentalan santan ini adalah selain membuat daya tahan santan menjadi lebih lama juga untuk memudahkan proses pengulenan wajik nantinya dalam wajan. Saat proses pengadukan santan ini, bisa ditambahkan gula pasir sesuai dengan tingkat kemanisan yang diperlukan.

Lalu, santan yang cair ditambahkan bahan warna hijau untuk menambah daya tarik dan ciri khas dari wajik itu sendiri. Setelah direndam, beras ketan ditiriskan untuk dikukus selama setengah jam. Jika sudah matang, beras ketan yang sudah dikukus dicampur dengan santan cair dan bisa dikukus lagi untuk kedua kalinya. Proses pengukusan beras ketan yang kedua kali ini cukup 30 menit saja.

Berikutnya adalah memasukkan beras ketan yang sudah matang tadi ke dalam wajan yang berisikan santan dan gula yang telah dimasak sebelumnya. Demi menghasilkan wajik yang manis dan legit, maka di sinilah kuncinya dalam proses pengulenan.

Adonan beras ketan dan santan harus terus diaduk sampai santan itu surut. Pengadukan yang dilakukan terus menerus ini bertujuan agar wajik tidak gosong atau tidak meninggalkan rasa pahit dan manis hingga akhir.

Wajik harus segera dicetak saat kondisi masih panas. Jika tidak, wajik akan segera mengeras dan sulit untuk dibentuk. Cetakan yang digunakan pun bisa beragam, nampan atau loyang alumunium misalnya. Jika sudah dingin, barulah wajik bisa dipotong menggunakan pisau dan dibungkus plastik sesuai dengan ukuran yang dihendaki.

Wajik buatan Tyas ini bisa tahan selama dua hari dalam suhu ruangan dan seminggu jika ditaruh ke dalam kulkas. Selain dipasok kepada pedagang, Tyas juga sering melayani pesanan wajik dan jadah dari orang yang akan menggelar hajatan atau lamaran. Lokasi produksi wajik di Cangkiran, Mijen. (Nur Fithri, mahasiswa FIB UNDIP, magang Jurnalistik Tribun Jateng)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved