Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Berkunjung ke Kudus, Kepala BKKBN Sambangi Rumah Nurkhayatin Ibu dari Anak Stunting

Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo mengunjungi rumah sederhana milik pasutri yang anaknya mengalami stunting di Kudus.

|
Penulis: iwan Arifianto | Editor: raka f pujangga

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo mengunjungi rumah sederhana pasangan Pandu perwira (34) dan Nurkhayatin (33) orangtua dari Aulia salsabila (2) anak yang mengalami stunting di Sumber, Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jumat (23/2/2024). 

Dalam kunjungan tersebut, Hasto sempat memberikan bantuan makanan untuk intervensi gizi sekaligus menyarankan pasangan ini agar tak menyerah supaya anaknya entas dari stunting

"Iya, anak saya usia 2 tahun 1 bulan, alami stunting karena berat badannya 7,7 kilogram di usia tersebut," kata Nurkhayatin kepada Tribun.

Baca juga: Kota Semarang Jadi Best Practice Penurunan Stunting Nasional 

Ia mengaku, ada beberapa kendala yang dialaminya dalam pemenuhan gizi untuk anaknya. 

Selain karena faktor ekonomi suaminya yang hanya bekerja sebagai tambal ban, kendala lainnya berupa anaknya susah makan dan susah meminum susu. 

"Alhamdulillah tadi dapat saran dari BKKBN seperti kiat memberikan makanan bergizi tapi anak tetap suka," bebernya. 

Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo mengunjungi rumah anak stunting
Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo (baju putih) didampingi Kepala  BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih (batik jilbab hitam) mengunjungi rumah sederhana pasangan Pandu perwira (34) dan Nurkhayatin (33) orangtua dari Aulia salsabila (2) yang mengalami stunting di Sumber, Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jumat (23/2/2024). 

Sesudah berkunjung ke rumah orangtua dengan anak stunting, Hasto bertolak ke pendopo Pemerintah Kabupaten kudus didampingi Kepala BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih. 

Di tempat itu, Hasto yang juga Ketua Pelaksana Penanganan Stunting Nasional itu sudah ditunggu ratusan orang dari Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kabupaten Kudus

Dalam kesempatan tersebut, ia juga memberikan bantuan gizi tambahan kepada perwakilan ibu-ibu di Kudus

"Kudus bisa menjadi percontohan (penanganan stunting) karena penangananya sudah baik. Kemudian jangkauan peran Tim TPK juga sangat rapat," ujarnya selepas memberikan pemaparan stunting di depan para TPK. 

Ia merinci, jumlah TPK di  Kudus sebanyak 1.962 orang  untuk mendampingi jumlah penduduk sekira 800 ribu orang. 

Dari angka 800 ribu orang tersebut, angka kelahiran bayi berkisar 10 ribu bayi pertahun. 

Oleh karena itu, setiap TPK hanya perlu mendampingi sebanyak 5-6 bayi setahun.

Terkait potensi stunting dari pernikahan, kata dia, semisal dari 10 ribu kelahiran di Kudus, jumlah separuh angka kelahiran itu yakni 5 ribu berpotensi stunting

Angka potensi stunting dari 5 ribu bayi katakanlah yang benar-benar terpapar stunting sebesar 10 persennya atau 500 bayi. 

"Hitung-hitungan angka itu jika tidak dikawal dengan baik. Nah, potensi itulah  yang perlu ditekan, disiapkan betul agar pasangan baru menikah jangan sampai melahirkan anak stunting," jelas dia. 

Di samping itu, lanjut dia, mencegah stunting itu lebih mudah daripada mengejar penurunan angka anak stunting

Menurunkan angka anak stunting terdapat berbagai kendala di antaranya terkendala sistem anggaran.

"Pengalaman tahun lalu Belanja makanan anak stunting baru dibelanjakan bulan Agustus jadi makanan menumpuk," tuturnya. 

Baca juga: Kunjungi Wilayah Terdampak Banjir Demak, Kepala BKKBN Ingatkan Bahaya Peningkatan Angka Stunting

Sementara, Plh Sekda Kudus, Revliyanto Subekti mengatakan, berdasarkan data e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Kabupaten Kudus di tahun 2023 mencatat, penurunan angka stunting di angka 3,69 persen.

"Dibandingkan target pemerintah pusat yang sebesar 14 persen tentu sangat jauh. Namun, di tahun 2024, kami optimis angka stunting nol atau zero stunting," bebernya.

Ia menambahkan, target zero stunting sudah dilakukan dari level pencegahan seperti  memberikan tablet tambah darah menyasar pelajar SMP dan SMA. "Program itu diharapkan membantu persiapan pelajar ketika nantinya masuk usia nikah sudah dalam kondisi fisik lebih siap hamil," imbuhnya. (iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved