Sosok Shofa Instruktur Pengolahan Sampah dan Pembuatan Sabun serta Parfum sejak 2006
Inshofah yang akrab dipanggil Ibu Shofa, warga Sidorejo, Salatiga alumni Pendidikan Guru Agama (PGA) tahun 1972, sekarang MAN Salatiga.
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Inshofah yang akrab dipanggil Ibu Shofa, warga Sidorejo, Salatiga alumni Pendidikan Guru Agama (PGA) tahun 1972, sekarang MAN Salatiga, rajin ikut pelatihan keterampilan praktis bidang kimia.
Pelatihan ini membekalinya dengan kemampuan untuk menerapkan teori-teori kimia dalam praktik nyata. Setelah pelatihan dia ditugaskan mengajar di berbagai sekolah di Bali. Pada masa itu, banyak guru hanya mampu memberikan teori tanpa praktik. Sehingga ada kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan.
Menyadari hal ini, Shofa datang ke sekolah-sekolah dengan membawa surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan, yang memungkinkan ia memberikan praktik langsung kepada siswa. Dengan surat tersebut, ia mendapatkan izin untuk mengajarkan keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan oleh para siswa.

Ini menjadi awal dari dedikasinya yang panjang dalam dunia pendidikan dan lingkungan. Tidak hanya di Bali, Shofa (69) juga ditugaskan mengajar keliling di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, hingga Lombok.
Hal itu dia jalani dari tahun 1972 hingga 2006. Salah satu contoh yang sering ia berikan adalah tentang senyawa kimia C25OH, yang merupakan bagian dari materi pelajaran kimia. Ibu Shofa membantu siswa untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan ini dalam menciptakan produk kebutuhan sehari-hari seperti parfum, sampo, dan handbody.

Dan kala itu Shofa sebagai guru dicari banyak instansi dan sekolah untuk menularkan ilmunya. Maka kala itu dia rajin berikan pelatihan dan praktik kepada guru-guru dan siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran kimia dengan lebih baik.
Tahun 2006 Shofa diminta oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga untuk bekerja sama dalam proyek pengelolaan limbah. Hal ini mulai mengubah jalan hidupnya. Ia mengisi workshop di berbagai daerah, mengajarkan masyarakat cara mengolah sampah menjadi barang berguna.
"Saya diajak ke Semarang, Pati, Purwodadi, dan banyak tempat untuk memberikan pelatihan praktis,” terang Shofa.
Shofa telah mendapatkan surat izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Koperasi dan UMKM Salatiga pada tahun 2010. Sejak saat itu, Shofa aktif mengelola Bank Sampah Najwa, sebuah inisiatif pribadi yang bertujuan mulia untuk mengubah limbah menjadi barang bernilai ekonomis.

Melalui bank sampah ini, Ibu Shofa mengolah berbagai jenis plastik bekas seperti botol, gelas plastik, kemasan minuman sachet, dan berbagai bungkus plastik lainnya menjadi produk-produk yang berguna dan estetis.
Ia menghasilkan berbagai karya seni seperti bunga hias, sandal, tas, dompet, stopmap, tikar, tempat tisu, wadah piala, dan masih banyak lagi.
Proses Pengolahan
Proses pengolahan limbah dimulai dari tahap pemilahan berdasar jenis dan warna. Limbah kemudian dicuci dan dikeringkan untuk persiapan tahap selanjutnya. Setelah itu, ia mengembangkan pola desain dan menjahit limbah-limbah tersebut menjadi produk akhir yang siap digunakan atau dijual.
Selain mengolah sampah plastik, Shofa juga membuat pupuk kompos dari sisa sayuran dan makanan, yang kemudian digunakan untuk menanam sayuran di rumahnya.
"Saya juga bisa membuat obat rayap dari buah busuk dan gula merah asli, serta bibit minyak wangi dan sabun herbal," tambahnya.
Pemkot Semarang Perluas Penerima Bisyarah: Guru Agama hingga Perawat Jenazah Dapat Perhatian Lebih |
![]() |
---|
Pesan Kemenag Kendal ke Guru Agama di Sekolah Umum: Implementasikan Moderasi Beragama |
![]() |
---|
Tak Ada Niat Merendahkan, Menteri Agama Minta Maaf Terkait Pernyataan Soal Profesi Guru |
![]() |
---|
KABAR Baik, Tahun Depan Anggaran Insentif Guru Agama di Jateng Naik Jadi Rp300 Miliar |
![]() |
---|
Pemkab Kudus Siapkan Sistem Pengolahan Sampah dengan Skema RDF Tahun Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.