Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Apindo Nilai Praktik Dumping China Merusak Pasaran Produk Lokal, Pemprov Pertemukan UKM dan Buyer

Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan ekspor produk asal lokal Jateng, termasuk produk UMKM.

TRIBUNJATENG/Fajar Bahruddin Achmad
Pemilik toko menunjukkan sepatu produksi lokal (kanan) dan sepatu produk impor China (kiri) di kiosnya di Pasar Pagi Kota Tegal, Minggu (21/7/2024). 

Praktik Dumping

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi mengakui gempuran produk impor dari China memunculkan persoalan pelik bagi pengusaha sektor industri terkait di Jawa Tengah. Terutama industri tekstil dan alas kaki yang merasakan persaingan usaha semakin tidak sehat. Karena mereka menerapkan praktik dumping.

"Kita memang mengalami problem besar dengan masuknya produk-produk dari China terutama tekstil dan alas kaki dengan harga yang murah. Kita menghadapi itu dan ini sangat mengacaukan pasar kita dalam negeri karena mereka bisa jual dengan harga murah dan orang kan cari barang murah. Ini dumping," kata Frans Kongi, Senin (22/7/2024).

Frans melanjutkan, maraknya produk impor dari China tidak terkecuali memberikan efek bagi industri di Jawa Tengah. Ia menilai, produk China dengan harga murah begitu melimpah dan tidak dipungkiri pun masuk ke Jawa Tengah.

"China over produk karena kirim ke Barat juga tidak lancar, ke Amerika dan sebagainya ada masalah ekonomi, inflasi tinggi dan sebagainya. Ke Eropa pun demikian. Jadi kelihatan stok di China cukup banyak sehingga mau tidak mau lari ke bagian selatan karena Indonesia termasuk penduduk yang paling banyak. Jadi banyak lari ke sini untuk impor barang," terangnya.

Maraknya produk impor masuk ini sebelumnya juga diakui Ketua Apindo Kota Semarang, Dedy Mulyadi. Menurut Dedy, impor barang dari China khususnya tekstil sudah terjadi sejak lama. Bahkan pengusaha industri tekstil masih bergantung bahan baku impor dari China.

"Bahan baku kapas di sini (Indonesia) tidak ada, impor dari China yang punya kapas banyak karena di sana ditanami di pinggir sungai, di sini tidak bisa," jelas Dedy.

Dedy melanjutkan, yang menjadi persoalan saat ini adalah ketidakseimbangan antara produk dari dalam negeri dan impor. Impor produk yang serba murah, dinilai mengganggu pasar dalam negeri. (tim lipsus)

Baca juga: Tangkap Pegawai Gadungan, KPK Sita Uang Rp300 Juta dan Mobil Porsche

Baca juga: Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Solo, Siswa Tak Habiskan Makanan Karena Pedas

Baca juga: Cara Klaim Kode Redeem FF Hari Ini Jumat 26 Juli 2024: UPDATE! Terbaru yang Masih Aktif

Baca juga: Sandi Harian dan Combo Hamster Kombat Hari Ini Jumat 26 Juli 2024, Klaim Sebelum Jam 19.00 WIB!

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved