Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Ada 1.508 Kasus Kanker Serviks Tahun 2024 di Jateng, Ini Upaya Pencegahan Oleh Pemprov

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020,

Editor: m nur huda
IST
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020, ada lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh dunia. 

Irma juga mengatakan, kanker serviks menjadi penyakit mematikan di beberapa daerah termasuk Jateng.
Meski demikian rasio kematian akibat kanker serviks bisa ditekan melalui vaksinasi.

"Untuk menekan angka kanker serviks di Jateng, ia menuturkan semua pihak harus bergerak bersama," katanya.

Data dari Dinkes Provinsi Jateng, capaian imuniasi dasar lengkap di Jateng belum memenuhi target.
Meski target Dinkes Provinsi Jateng pada Juli menargetkan program imuniasi mencapai 50 persen, namun realisasi di lapangan hanya 40 persen.

Irma berujar penyebabnya berbagai faktor dari kurungan kesadaran orang tua sampai layanan di daerah yang sulit diakses. "Dari hal tersebut Dinkes terus melakukan evaluasi termasuk cakupan usia yang belum mendapatkan vaksinasi," imbuhnya.

Bertahan 4 Bulan

Septiana Koestanti (35) meninggal dunia setelah mengidap kanker serviks. Septi divonis kanker serviks pada bulan April dan meninggal pada 29 Juli 2024. Artinya, dia 4 bulan melawan kanker yang ada di tubuhnya.

Perempuan yang akrab disapa Septi itu awalnya tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami kanker serviks. Awalnya, perut Septi membesar seperti ibu hamil.

Hal itu diceritakan oleh Kustifah (55), ibunda Septi ditemui wartawan TribunJateng.com di kediamannya di Ngablak Kidul, Muktiharjo Kidul, Kota Semarang.

"Awalnya perutnya gede seperti orang hamil, tetangga sering tanya apa hamil lagi?" ujar Kustifah, Minggu (11/8/2024)

Dikira Kista

Septi merasa dirinya tidak hamil dan segera memeriksakan diri ke puskesmas. Setelah dirontgen itu, Septi mendapat rujukan ke RSUP Karyadi, Semarang. Setelah diperiksa, Septi mulanya divonis mengalami kista. Namun setelah itu, Septi divonis mengidap kanker serviks stadium 3.

"Awal diperiksa itu mulanya kista, lalu jadi kanker serviks," ujar. Kustifah mengatakan tubuh anak sulungnya itu tiba-tiba kurus. "Setelah itu tubuh anakku jadi kurus kering," katanya.

Pada bulan Mei 2024, Septi mendapat tindakan operasi pengangkatan induk telur. Setelah itu, Septi dijadwalkan melakukan terapi sinar sebanyak 25 kali. Namun, pada terapi sinar ke-8, tubuh Septi tiba-tiba melemah.

Kemudian, dokter saat itu menyarankan agar Septi dilakukan tindakan kemoterapi. Selang beberapa hari, Septi merasakan sesak nafas. "Waktu mau dijadwalkan kemoterapi, tiba-tiba anakku sesak nafas," ujar Kustifah.

Menjalar ke Paru

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved