Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Inspiratif, Kisah Warga Pesalakan Tegal Gunakan Gas Limbah Tahu, Sebulan Cuma Bayar Rp15 Ribu

Sudah 16 tahun terakhir sejak 2008, perajin tahu di Dukuh Pesalakan berhasil mengolah limbah tahu menjadi energi terbarukan berupa biogas. 

|

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Sudah turun-temurun warga Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, menjadi perajin tahu kuning. 

Satu rumah produksi dalam seharinya bisa mengolah 100 hingga 150 kilogram kedelai. 

Limbah tahu yang baunya cukup menyengat itu sempat menjadi permasalahan bagi warga desa tetangga. 

Baca juga: Perekonomian Kabupaten Tegal Membaik, Angka Kemiskinan Turun Jadi 6,81 Persen 

Baca juga: Paskibraka Kota Tegal Bakal Kibarkan Duplikat Bendera Pusaka dari BPIP, Ini Pesan Dadang Somantri 

Tetapi sudah 16 tahun terakhir sejak 2008, perajin tahu di Dukuh Pesalakan berhasil mengolah limbah tahu menjadi energi terbarukan berupa biogas

Bahkan, banyak warga yang saat ini tidak menggunakan tabung gas elpiji, melainkan menggunakan gas dari limbah tahu

Warga setempat, Ranito (50) mengatakan, sebelumnya limbah tahu warga dibuang ke sungai hingga menyebabkan bau yang tidak sedap. 

Dampaknya, banyak warga dari desa sekitar yang merasa jengkel. 

Tetapi setelah limbahnya diubah menjadi biogas, baunya hilang dan gas yang dihasilkan bisa untuk memasak.

"Saya sejak 2008 belum pernah beli tabung gas elpiji."

"Untuk warga hemat juga, sebulan hanya membayar Rp15 ribu," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (13/8/2024). 

Perajin tahu, Rumiyati (45) mengatakan, Dukuh Pesalakan menjadi sentral produksi tahu sudah turun-temurun, dia melanjutkan usaha orangtua. 

Dia dalam sehari bisa memasak 10 kali hingga 60 kilogram kedelai. 

Menurutnya, keberadaan limbah tahu mengganggu lingkungan karena baunya sangat menyengat. 

"Dulu dibuang di selokan belakang rumah jadi baunya menyengat."

"Alhamdulillah sekarang ada salurannya sendiri jadi aman," ungkapnya. 

Baca juga: Bakal Jadi Destinasi Baru, Pemkot Tegal Uji Coba Tour Wisata Sejarah

Baca juga: Stan UMKM Kota Tegal Terbaik Kedua di Jateng Fair 2024

Punya Rumah Biodigester 

Limbah dari perajin tahu yang berjumlah sampai 200 rumah produksi itu disalurkan melalui pipa-pipa khusus atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di bawah tanah. 

Saluran itu terpusat di rumah pengolahan yang memiliki empat biodigester dan berdiri di lahan seluas 700 meter persegi.

Penanggungjawab rumah biodigester, Rosikin (52) bercerita, pembuatan IPAL pengolahan limbah tahu menjadi biogas ini sejak 2008. 

Sebelumnya limbah tahu dibuang ke belakang rumah, ada kolam yang dibuat oleh masing-masing perajin tahu. 

Karena baunya menjadi masalah, sempat ada rencana pembuangan limbah melalui Sungai Gung yang melintasi Desa Kalimati. 

Tetapi warga di desa tersebut tidak mengizinkan hingga terjadi keributan. 

"Akhirnya dari pemerintah saat itu bekerjasama dengan UGM buat biogas."

"Maka sejak 2008 sampai sekarang, Alhamdulillah masih berfungsi baik," ujarnya. 

Penanggungjawab, Rosikin memperlihatkan api dari biogas yang diolah dari limbah tahu di Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Selasa (13/8/2024).
Penanggungjawab, Rosikin memperlihatkan api dari biogas yang diolah dari limbah tahu di Dukuh Pesalakan, Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Selasa (13/8/2024). (TRIBUN JATENG/FAJAR BAHRUDDIN ACHMAD)

Rosikin menjelaskan, saat ini pengolahan dan perawatan sepenuhnya sudah diserahkan ke warga Dukuh Pesalakan. 

Manfaatnya banyak dirasakan warga, dari limbah yang baunya menyengat justru bisa menjadi gantinya gas elpiji. 

Masyarakat lebih hemat dengan cukup membayar Rp15 ribu per bulan dan bisa menggunakan setiap hari. 

Selain itu, limbah tahu yang sudah melalui proses biogas saat keluar sungai sudah tidak memiliki bau apapun. 

"Jadi penyaringan-penyaringan di biodigester itu saat keluar sudah tidak menyengat, baunya benar-benar hilang," jelasnya. 

Rosikin mengatakan, dulu warga yang bisa menggunakan biogas dari tahu ini sampai 60 rumah. 

Saat ini tinggal di sekitar rumah biodigester saja sekira 25 rumah karena terdampak proyek pembangunan jalan tol. 

Dia berharap, kedepannya rumah biodigester ini mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah atau instansi pemerintah terkait, sehingga jaringannya bisa diperluas dan dapat dimanfaatkan masyarakat. 

"Harapannya kedepan, kami ingin ada pencerahan dari pemerintah terkait penyaluran air limbah ke IPAL."

"Kami ingin punya instalasi yang lebih bagus supaya tidak terhambat di penyalurannya," harapnya. (*)

Baca juga: Polisi Tangkap Gengster yang Resahkan Warga Purbalingga, Beraksi Membawa Sajam Berbagai Jenis

Baca juga: Sambut Kemeriahan HUT RI, Stasiun Purwokerto Dihiasi Kain Merah-Putih Sepanjang 450 Meter

Baca juga: Besok DPRD Kota Semarang Periode 2024-2029 Dilantik, Dewan Termuda Usia 25 Tahun

Baca juga: CCTV Detik-detik Kecelakaan Anak SMK di Cilacap, Jatuh Langsung Terlindas Motor dan Meninggal

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved