Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Pelatihan Batik Rifaiyah Masih Sepi Peminat, Dikhawatirkan Jadi Warisan Budaya yang Terancam Punah

Upaya regenerasi pembatik terus dilakukan Miftakhutin warga Kabupaten Batang, namun hasilnya saat ini masih jauh dari harapan.

Penulis: dina indriani | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/DINA INDRIANI
Pembatik warga Kalipucang Wetan Kabupaten Batang sedang memproduksi batik Rifaiyah. 

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Batik Rifaiyah yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2013, kini menghadapi ancaman serius terhadap keberlangsungannya.

Upaya regenerasi pembatik terus dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan.

Saat ini, hanya tersisa sekira 30 pembatik Rifaiyah yang aktif, dengan rentang usia 35 hingga 80 tahun. 

Baca juga: Bangun Pabrik Gring Ball, PT Elecmetal Longteng Indonesia Investasi Rp600 Miliar di KIT Batang

Baca juga: SPPG Siapkan SOP Ketat Jelang Peluncuran Program Makan Bergizi Gratis di Batang

Miftakhutin, seorang pembatik dari Desa Kalipucang Wetan menjelaskan bahwa pihaknya telah membuka kelas pelatihan batik, namun minat masyarakat sangat minim.

"Saya membuka kursus pelatihan gratis di rumah setiap Minggu."

"Pada 2016, banyak yang datang, sekarang sudah tidak ada, saya menganggur, tidak ada yang mau diajari membatik lagi," ujar wanita yang akrab disapa Utin itu.

Kini, pelatihan tersebut dikenakan biaya Rp15 ribu untuk bahan-bahan membatik.

Berdasarkan pengamatan Utin, saat ini hanya ada dua anak muda yang serius belajar membatik.

Batik Rifaiyah memiliki motif unik yang dibuat sesuai ajaran Islam oleh KH Ahmad Rifa'i, Pahlawan Nasional dari Kabupaten Batang.

Baca juga: Kuliner di Sentra Dracik Batang Dipastikan Aman, Ini Hasil Lengkap Uji Laboratorium Dinkes

Baca juga: Dinkes Batang Pastikan Kuliner Sentra Dracik Bebas Zat Berbahaya

Salah satu pakemnya adalah menggambar bagian tubuh binatang secara terpisah, tidak utuh.

Tradisi masyarakat Kalipucang Wetan dalam membuat batik Rifaiyah juga unik, mereka melantunkan puji-pujian, sholawatan, dan menghafalkan kitab syair-syair ajaran KH Ahmad Rifa'i saat membatik. 

Namun, faktor ekonomi dan kemalasan generasi muda menjadi penghalang utama regenerasi.

"Untuk satu kain batik tulis premium, dibutuhkan waktu antara satu hingga dua tahun pengerjaan dengan biaya modal di atas Rp700 ribu."

"Tidak termasuk waktu, tenaga, pikiran, dan cinta yang dicurahkan," jelas Utin.

Untuk model yang lebih halus, umumnya membutuhkan waktu enam bulan hingga satu tahun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved