Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banjarnegara

Kreasi Peternak di Banjarnegara Cipta Mesin Pencacah dan Penetas Telur, Pelanggan Sampai Luar Jawa

Tak cukup di situ, pemuda itu mampu menciptakan teknologi tepat guna berupa mesin pencacah yang berhasil dikomersilkan. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
ALAT PENCACAH PAKAN: Khoiru Ramadan, warga Desa Rakit Kecamatan Rakit menciptakan alat pencacah pakan ternak dari hasil modifikasi mesin pompa, Sabtu (29/3/2025). (TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI) 


Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp 770 ribu hingga Rp 1,1 juta. 


"Kalau mau beli disesuaikan kebutuhan, semakin bagus mesinnya semakin mahal. Tergantung permintaan juga, " katanya


Bukan hanya dalam hal pemasaran yang menggunakan teknologi komunikasi digital. Untuk bertransaksi dengan pelanggan, ia juga biasa memanfaatkan layanan transaksi digital. 


Transaksi digital bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepertinya adalah suatu keniscayaan. 


Apalagi pelanggannya berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tidak mungkin transaksi dilakukan secara tunai karena tidak saling bertatap. 


Rata-rata pelanggannya mentransfer uang ke rekeningnya untuk pembayaran. Ramadan selalu mengaktifkan aplikasi perbankan digital milik Bank Rakyat Indonesia, yakni BRImo. 


Setiap pembayaran dari pelanggan langsung masuk ke rekening BRI nya. Bagi dia, transaksi digital memudahkan dan tidak merepotkan. 


"Pelanggan saya jauh-jauh, jadi rata-rata transfer saat mau bayar, " katanya

Meski baru seumur jagung, usaha Ramadan cepat berkembang. Ia bahkan tak bisa mengerjakan sendiri untuk melayani pelanggan. 


Ia harus dibantu dua karyawan yang masih ada ikatan keluarga dengannya. 


Nanang Wiyoso, salah satu karyawan, mengaku menikmati pekerjaannya. Ia mulai bekerja saat Ramadan mendapat pesanan pertama kalinya, beberapa bulan lalu. 


Ia sendiri bertugas membuat pisau pencacah yang nantinya dimodifikasi dengan komponen lainnya. 


"Yang paling susah menurut saya bikin pisaunya, agak lama, " katanya

 

Nanang sebelumnya berprofesi sebagai pekerja bangunan. Ia biasa merantau ke luar Jawa untuk menafkahi keluarga.


Karenanya, ia antusias ketika mendapatkan tawaran kerja di tempat Ramadan. Apalagi tempatnya kerja saat ini tidak jauh dari rumahnya di Desa Purwonegoro Kecamatan Purwanegara. 


Ia tak harus merantau lagi ke luar kota untuk bekerja. 


Karena itu, ia berharap usaha Ramadan terus eksis, bahkan semakin maju ke depannya. Sebab keberlangsungan usaha itu ikut memengaruhi nasibnya. 


"Harapannya usahanya bisa maju jadi saya bisa bekerja di rumah, gak merantau lagi, "katanya


Ia mengaku salut dengan kreativitas Ramadan. Terlebih kreativitas itu bisa menghasilkan cuan dan mampu memberdayakan warga sekitar. Termasuk dirinya. 


Bahkan, di luar mesin pencacah, Ramadan kini kembali berkreasi membuat mesin penetas telur.


Mesin penetas berkapasitas 100 telur sudah berhasil dibuat dan telah melalui serangkaian ujicoba. 


Kini pemuda itu sedang mengembangkan mesin penetas dengan kapasitas lebih besar yang mampu mengeram 500 telur.


Ramadan sudah mengaplikasikan mesin itu di kandangnya. 


Inovasi ini juga berasal dari kegelisahan Ramadan yang ingin bisnis breeding-nya cepat berkembang. 


Jika mengandalkan proses natural, telur dierami indukan, pembiakan akan lamban. Karena itu, proses pengeraman perlu dibantu teknologi. 


Dengan begitu, setelah bertelur, induk unggas bisa cepat kembali kawin dan bertelur lagi. 


"Kalau pakai mesin penetas, siklus bertelurnya bisa lebih cepat. Karena indukan gak harus mengerami telurnya, bisa cepat bertelur lagi, " katanya. (aqy)

Baca juga: Angkat Potensi Lokal dan Bantu Peternak, Sukini Inovasi Bikin Ikan Asap Khas Banjarnegara

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved