Berita Semarang
Lokasi Waroeng Semawis Ditinjau Pemkot Semarang, Bakal Dihidupkan Kembali?
Reaktivasi Waroeng Semawis tidak hanya soal kegiatan ekonomi, tetapi menyangkut pelestarian kawasan Pecinan yang menjadi sejarah panjang Semarang.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
"Saya belum membuat perhitungan yang lebih rinci. Ya ada harapan, yes," kata Widya.
Ia mengakui bahwa pada penyelenggaraan di masa lalu, Waroeng Semawis kerap dijalankan dengan pendekatan yang lebih longgar dan fleksibel.
Namun untuk ke depannya, pihaknya ingin menyiapkan event ini dengan lebih terstruktur, mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari segmentasi pengunjung hingga pemilihan tenant.
“Kalau dulu itu kita jalan agak merem—cincai-cincai gitulah. Nah, sekarang itu kita harus menyadari juga bahwa konsumen kita itu nanti pendatangnya dari kelompok mana, kelompok usia mana, kelompok etnik mana, dan kemudian tenant kita itu nanti siapa lagi. Mesti beda dari yang dulu. Jadi saya kira tidak bisa bisa grusa-grusu 'terburu-buru'," ujarnya.
Terkait fokus pembenahan, Widya menegaskan, hal utama yang perlu disiapkan bukan hanya aspek fisik seperti penerangan atau akses jalan, melainkan juga konsep tematik dan kurasi pelaku usaha yang akan terlibat.
Menurutnya, harus ditentukan tema dan pemilihan tenant agar Waroeng Semawis kembali hidup dan relevan.
“Kalau soal penerangan itu gampang, tinggal colok sana-sini bisa. Tapi yang penting sekarang adalah menentukan temanya dulu, lalu siapa yang akan kita ajak untuk jadi tenant. Karena cita-citanya adalah menghidupkan kawasan ini,” tambahnya.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Harjanto Halim menambahkan, keunikan dan identitas lokal dalam reaktivasi Waroeng Semawis perlu ditonjolkan.
Ia menyampaikan, tantangan saat ini bukan lagi bersaing dengan pedagang kaki lima biasa, melainkan dengan hotel, mal, dan pusat perbelanjaan yang juga menyajikan event serupa seperti festival kuliner.
“Sekarang bersaingnya bukan dengan yang di jalanan, tapi dengan hotel-hotel dan mal-mal yang juga bikin festival kuliner untuk menarik massa,” ujar Harjanto.
Oleh karena itu, menurutnya, Waroeng Semawis harus memiliki daya tarik yang kuat dan otentik agar tidak tenggelam dalam tren kuliner umum.
Ia menegaskan, harus mengutamakan kebersihan, penerangan yang memadai, dan susunan tenant yang kuat dalam membangun ulang daya tarik Waroeng Semawis.
Baca juga: Cerita Sutarto Dalang Wayang Potehi Yang Tampil di Pasar Imlek Semawis Semarang
“Tempat harus bersih, harus terang. Tenant-tenant-nya juga harus jelas. Harus ada anchor-anchor yang menyajikan makanan khas Semarang—itu wajib. Kalau enggak, ya enggak akan jalan,” tegasnya.
Ia menyebut sejumlah kuliner yang bisa menjadi andalan seperti soto Semarang, lumpia, nasi ayam, dan nasi goreng babat sebagai contoh identitas kuliner lokal yang harus diangkat.
"Orang makan makanan Korea suka, tapi kalau semua Korea, Jepang, dan lain-lain ya enggak senang. Ya, jadi harus ada yang khas misalnya soto, lumpia, nasi ayam, nasi goreng babat. Mengembalikan fungsi Semawis," imbuhnya. (idy)
Foto:
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Kamis 28 Agustus 2025: Hujan Ringan |
![]() |
---|
Mobilmu Mau Dipasang One Auto Film Premium? Cukup Bayar Rp2 Juta di Oneway Kaca Film Semarang |
![]() |
---|
Pemkot Evaluasi SOP Pengelolaan Gedung Cagar Budaya Setelah Kebakaran Resto di Kota Lama Semarang |
![]() |
---|
Lanjut Usia, Alasan Hakim Tipikor Semarang Tidak Cabut Hak Politik Mbak Ita Meski Divonis 5 Tahun |
![]() |
---|
Stok Beras di Kota Semarang Masih Cukup hingga 1 Bulan 21 Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.