TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Selain wabah corona, masyarakat di Jawa Tengah juga perlu mewaspadai fenomena alam pancaroba.
Sebagian besar wilayah di Jateng tengah diterjang musim pancaroba atau perubahan cuaca yang ekstrim.
Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kota Semarang meminta supaya masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan.
• Paru-paru Jadi Incaran Virus Corona, Konsumsi 5 Makanan Ini untuk Menjaga Kesehatannya
• Sebelum Membunuh Gadis Pagar Ayu, Tersangka UI Sempat Minta Maaf, Terungkap Masa Lalunya
• Pria Berbaju Loreng Hadang dan Gebrak-gebrak Mobil Bupati Tulungagung: Anak Saya Tak Bisa Makan!
• Nella Kharisma Tersipu Malu Ketika Dory Penabuh Gendang Didi Kempot Akan Nafkahinya dan Anak-anak
Sebab, di saat bersamaan dengan durasi yang pendek akan muncul angin kencang dan hujan disertai petir.
Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kota Semarang, Tuban Wiyoso saat dikontak Tribun Jateng, Selasa (31/3/2020).
"Di saat bersamaan juga muncul masa transisi atau pancaroba."
"Sehingga kemungkinan nanti bakal muncul hujan lebat secara tiba-tiba," kata Tuban.
Dia melanjutkan, selain angin kencang dan hujan petir, musim pancaroba di Jateng ini akan dimulai juga dengan guyuran hujan es.
"Sementara, awal musim kemarau tahun ini akan terjadi di bulan Mei."
"Musim kemarau 2020 diprediksi akan mengalami puncaknya pada Agustus mendatang," urainya.
Menurutnya, terdapat sejumlah daerah yang akan dilanda kemarau lebih awal pada April 2020 ini.
Antara lain terjadi di Kabupaten Demak, Jepara, Kudus, Wonogiri, sebagian Karanganyar, Pati, wilayah selatan Purworejo, sebagian kecil tenggara Kebumen, dan Grobogan.
Sedangkan, lanjut Tuban, daerah yang paling akhir mengalami kemarau yakni di Kabupaten Semarang, Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo, Purbalingga, Kebumen, Salatiga bagian utara, Brebes, sebagian kecil utara Banyumas, Purworejo, Temanggung dan Kendal.
"Wilayah itu kemaraunya baru muncul Juni 2020."
"Sifat hujan yang akan terjadi selama kemarau diperkirakan tetap normal."
"Awal kemaraunya tahun ini lebih lambat 10 hari dari kondisi normal," pungkasnya.
Warga Tapa Pepe
Tiga hari sebelumnya, BMKG pusat memprakirakan, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim pancaroba alias peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret hingga awal Mei 2020.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Widada Sulistya menyampaikan, prediksi itu berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer.
"Secara umum saat pancaroba, perubahan kondisi cuaca relatif lebih cepat, di mana pada pagi-siang umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas terik dan dapat diikuti hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang dapat terjadi pada siang-sore hari," jelas Widada melalui siaran pers BMKG, Sabtu (28/3/2020).
"Kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan es, banjir bandang, angin kencang dengan kecepatan lebih dari 45 km/jam dalam durasi singkat," imbuh dia.
Berdasarkan dinamika atmosfer terkini, BMKG memprakirakan, pada tanggal 28-31 Maret 2020, potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di belasan provinsi, termasuk DKI Jakarta.
Wilayah-wilayah itu antara lain:
1. Pesisir barat Sumatera
2. Jawa Barat
3. DKI Jakarta
4. Jawa Tengah
5. DI Yogyakarta
6. Jawa Timur
7. Bali
8. Kalimantan Barat
9. Kalimantan Tengah
10. Kalimantan Timur
11. Kalimantan Utara
12. Kalimantan Selatan
13. Sulawesi Utara
14. Gorontalo
15. Sulawesi Selatan
16. Maluku Utara
17. Maluku
18. Papua Barat
19. Papua
Widada mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
Pasalnya, perubahan cuaca juga dapat mempengaruhi kondisi stamina tubuh menjadi lebih rentan.
(Akhtur Gumilang)
• Waduh, Tempat Cuci Tangan Antisipasi Virus Corona Malah Dipakai PKL Menara Kudus Mencuci Alat Dapur
• Pengusaha Busana Pengantin Sky Gown Purwokerto Banting Setir Bikin Baju Hazmat, Dibagikan Gratis
• Ini Hasil Resmi 9 Risalah Rapat Gubernur Sulawesi Kompak Melawan Corona, Tidak Ada Pelarangan WNA
• PLN Jateng-DIY Belum Terima Rekomendasi Resmi Pemotongan dan Penggratisan Biaya Listrik