Hal ini buntut dengan tidak jelasnya uang yang selama ini ditarik untuk iuran air.
Dan warga selama ini iuran paling sedikit Rp 40 ribu maksimal bisa sampai Rp 200 ribu.
Baca juga: Kasus Kematian Pasien Covid-19 di RSUD dr Soeselo Slawi Meningkat Cukup Signifikan
Baca juga: Chord Kunci Gitar Terlalu Baik Near & Mkartikawati
Baca juga: Manisnya Berbisnis Pisang Kirana di Banjarnegara, Satu Tandan Bisa Terjual Rp 40 Ribu
Baca juga: Pasca Lebaran Pemohon Kartu Kuning di Disnaker Purbalingga Melonjak, Dalam Sehari Ada 150 Pemohon
Situasi sempat memanas karena ternyata kepala desa sedang berada di luar kota dan terkesan tidak ingin menemui warga.
Warga yang geruduk balai desa hanya ditemui oleh sekretaris desa (Sekdes).
Warga yang terdampak ada sekitar 400 rumah di Dusun 1.
Sementara itu, Sekretaris Desa Beji, Sutoro mengatakan berjanji kepada warga akan menyelesaikan tuntutan warga dalam waktu kurang dari seminggu.
Terkait dengan kepengurusan pengelolaan air, dirinya menjelaskan saat ini dipegang oleh BUMDes.
Ia mengatakan kepengurusan sedang morat-marit sehingga kepengurusan yang lama tidak direstui masyarakat.
"Padahal kepengurusan yang lama, masyarakat juga yang membentuk.
Karena itu kan eks PNPM kemudian ditunjuk tim pemelihara.
Nah pemeliharanya ini berhenti di tengah jalan kemudian diambil alih oleh BUMDes, tapi BUMDes nya bermasalah," katanya.
Ia mendukung sepenuhnya tuntutan masyarakat karena memang air menjadi kebutuhan pokok dan vital.
Baca juga: PLN Siapkan Gardu Induk di KIT Batang
Baca juga: Putus dari Zidane, Real Madrid Balikan dengan Carlo Ancelotti
Baca juga: Sinopsis Suara Hati Istri Sinetron Baru yang Viral, Banyak Dibully Netizen
Yang menjadi masalah saat ini, pihak pemelihara tidak menambah debit namun pemasangan jalan terus.
"Nanti kami selesaikan permasalahan ini," ungkapnya. (*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :