TRIBUNJATENG.COM, DEMAK – Sampah memang menjadi tantangan besar di banyak wilayah, termasuk Kabupaten Demak.
Salah satunya adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Ini tentunya menjadi tantangan besar yang dihadapi Pemkab Demak.
Pondok pesantren atau ponpes pun menjadi sasaran sosialisasi dalam mengatasi masalah sampah.
Baca juga: Pemkab Demak Terus Wujudkan Zero Stunting dengan Bagikan Nutrisi Isokalori
Baca juga: Dinsos Demak Rujuk Penyandang Disabilitas Mental Warga Mijen ke SLB Anugerah
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Demak, Muh Ridhodhin, Sh, Mh dampak negatif dari pengelolaan sampah yang belum tertangani dengan baik, tidak hanya terbatas pada kebersihan lingkungan, tetapi juga mencakup aspek kesehatan masyarakat.
“Langkah-langkah konkret dan terintegrasi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini."
"Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya pelatihan pengelolaan sampah ini,” kata Ridhodhin saat membuka Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat/Komunitas di Ponpes Lirboyo VII Cabang Demak, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, beberapa waktu lalu.
“Melalui pelatihan yang diberikan Dinas Lingkungan Hidup, kami berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para santri dalam mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan."
"Mulai dari pengurangan sampah, pengelolaan limbah yang tepat, hingga upaya-upaya inovatif dalam daur ulang dan pemanfaatan kembali sampah,” ujar muh Ridhodhin.
Pemkab berharap para santri dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk belajar bagaimana cara memilah dan mendaur ulang sampah.
Baca juga: Dinsos Demak Berikan Akses Pendidikan Hingga Keterampilan Kewirausahaan Kepada Remaja Putus Sekolah
Baca juga: Agus Nyaman Hindari Macet dan Rob Lewati Tol Semarang-Demak
Dengan penerapan praktik-praktik ini, diyakini bisa menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, asri, dan sehat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup seluruh penghuni pesantren.
“Pelatihan ini tidak hanya menghasilkan santri yang terampil dalam mengelola sampah, tetapi juga mampu menyebarkan pengetahuan ini kepada masyarakat luas, sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas dari sampah,” katanya.
Pemkab Demak juga terus berupaya mengajak, mengedukasi, dan menggerakkan masyarakat untuk mulai menghidupkan bank sampah.
Sistem manajemen pengelolaan sampah yang dikembangkan harus berbasis pada masyarakat yang dimulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga.
Dengan tersedianya sarana prasarana pendukung mampu mempercepat proses perubahan pola pikir masyarakat dari “membuang” menjadi “memanfaatkan”, sehingga pendekatan pengelolaan sampah harus diubah dari “cost centre” menjadi “profit centre”.
“Mari jadikan momentum ini sebagai awal dari perubahan positif dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Demak."
"Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, saya yakin dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari untuk generasi mendatang,” pungkasnya. (*)
Baca juga: Porprov Jateng XVII 2026, Tri Yuli Setyowati Ingin Blora Bisa Tembus Peringkat 5 Besar
Baca juga: FIX, Debat Pilkada Jepara 2024 Digelar 3X, Desain dan Tema Masih Dimatangkan
Baca juga: KPU Jateng Nonton Bareng Film Tepatilah Janjimu di Pekalongan, Ini Pesannya
Baca juga: Jangan Lewatkan! Film Drama Horor "Tebusan Dosa", Kisah Perjuangan Seorang Ibu yang Kehilangan Anak