Tribunjateng Hari ini
Perang Saudara Sudan, Milisi RSF Bantai 2.000 Warga Sipil di Kota El-Fasher
Paramiliter RSF bantai 2.000 warga sipil setelah berhasil merebut Kota El-Fasher dari tentara nasional Sudan (SAF), dalam perang saudara di Sudan.
Penulis: Yayan | Editor: galih permadi
- Pasukan paramiliter RSF merebut Kota El-Fasher dari tentara nasional Sudan (SAF) setelah pengepungan 18 bulan, menyebabkan ribuan warga sipil tewas dieksekusi.
- Ratusan ribu warga terjebak tanpa pasokan bahan makanan setelah akses bantuan kemanusiaan ditutup, sebagian warga memakan pakan ternak untuk bertahan hidup.
- Kejatuhan El-Fasher membuat Sudan kini terbelah, bagian barat dikuasai RSF, sedangkan timur masih di bawah SAF, dengan pertempuran berlanjut di El-Obeid.
TRIBUNJATENG.COM, DARFUR — Tentara Nasional Sudan (Sudanese Armed Forces/SAF) menyebut, hingga Rabu (29/10), sekitar 2.000 warga sipil tewas dieksekusi di Kota El-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, Sudan.
Sementara Sudan Doctors Network atau Jaringan Dokter Sudan memperkirakan jumlah korban mencapai 1.500 jiwa.
Pembantaian massal itu terjadi setelah pasukan paramiliter di Sudan, Rapid Support Forces (RSF), berhasil merebut kota itu dari SAF. El-Fasher resmi jatuh pada Minggu (26/10) setelah pengepungan selama 18 bulan oleh pasukan RSF.
Baca juga: Alasan Netanyahu Perintahkan Israel Serang Gaza di Tengah Gencatan Senjata
Baca juga: 8 Pemicu Perang Thailand VS Kamboja 2025, Konflik Dimulai dari Tahun 1962
Selama masa itu, RSF memutus seluruh jalur pasokan makanan dan kebutuhan pokok bagi ratusan ribu warga sipil yang terperangkap di dalam kota.
Kota El-Fasher merupakan benteng terakhir SAF di kawasan Darfur. Kejatuhan kota ini menandai kemenangan besar bagi RSF dalam perang saudara di Sudan yang telah berlangsung sejak awal 2023.
Sekitar 1,2 juta warga yang masih bertahan di El-Fasher dilaporkan hidup dalam kondisi memprihatinkan. Banyak di antara mereka terpaksa memakan pakan ternak untuk bertahan hidup.
RSF juga disebut membangun barikade sepanjang 56 kilometer untuk menutup akses bantuan kemanusiaan dan jalur evakuasi.
Organisasi medis dan kelompok hak asasi manusia di Sudan melaporkan adanya pembunuhan massal, penahanan warga, serta serangan terhadap rumah sakit.
Rekaman video yang diverifikasi Al Jazeera memperlihatkan dugaan penyiksaan dan eksekusi terhadap warga sipil oleh tentara RSF.
Kantor HAM PBB menyebut tindakan RSF kemungkinan bermotif etnis, karena banyak korban berasal dari kelompok tertentu.
Sementara itu, Humanitarian Research Lab (HRL) dari Universitas Yale mengonfirmasi temuan tersebut melalui citra satelit dan data sensor jarak jauh.
Analisis HRL menemukan pola warna tanah dan kluster objek yang diduga sebagai kumpulan jenazah dan genangan darah, yang tidak tampak sebelum invasi RSF.
Laporan lain menyebut, dalam dua hari terakhir, lebih dari 26.000 orang berhasil melarikan diri dari El-Fasher menuju Tawila, sekitar 70 kilometer ke barat. Namun, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), masih ada 177.000 warga sipil yang terjebak di dalam kota.
Kekerasan juga dilaporkan meluas ke Kota Bara, di Negara Bagian Kordofan Utara, yang direbut RSF pada 25 Oktober. Pasukan paramiliter itu dilaporkan menyerang warga dan pekerja kemanusiaan.
Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC) mengonfirmasi lima relawan mereka tewas di Bara dan tiga lainnya hilang.
| Jalur Tawang-Alastua Bisa Dilewati dengan Kecepatan 20 Kilometer per Jam |
|
|---|
| Gubernur Luthfi soal Banjir Semarang: Pokoke, Kaligawe Kudu Asat |
|
|---|
| Hakam Segera Panggil Kepala Puskesmas Karangmalang untuk Klarifikasi |
|
|---|
| DPUPR Blora Akui Ada Kecelakaan Kerja di Proyek Jembatan Temuwoh |
|
|---|
| Riefqie Hanyut di Selokan Dekat MI Tarbiyatus Sibyan Sepulang Sekolah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.