Berita Jawa Tengah
Ketika Laut dan Mangrove Berpelukan, Ekonomi Warga Pun Tersenyum
Melalui silvofishery, mereka belajar menjaga alam, menjaga dapur tetap ngepul, sekaligus memastikan anak cucu masih bisa menikmati laut yang kaya.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: deni setiawan
Awalnya hasil panen bisa buat beli motor, tapi lama-lama malah buat bayar pakan saja tidak cukup. Dari tambak yang dulunya menjadi sumber harapan, kini tinggal puing-puing pematang dan papan kayu yang lapuk dimakan waktu.
Kerusakan mangrove mulai terasa nyata. Di Kutawaru, abrasi makin parah, hasil laut berkurang, dan banjir rob makin sering datang. Ketika beberapa perusahaan besar masuk membuka lahan baru, ketimpangan makin terlihat.
Sementara masyarakat lokal berjuang bertahan, hasil panen tambak sering dijarah, dan banyak pendatang datang tanpa ikatan sosial yang kuat dengan warga setempat.
Kini, di pesisir Segara Anakan, sebagian warga mulai menyadari kesalahan masa lalu. Di sela-sela tambak yang mati, mereka mulai menanam kembali mangrove, berusaha mengembalikan keseimbangan yang dulu hilang.
Di antara akar mangrove muda yang tumbuh, ada harapan baru: bahwa alam yang pernah disakiti masih memberi kesempatan untuk diperbaiki.
Baca juga: Tanam Mangrove Mageri Segoro, Kilang Cilacap Kenalkan Polybag Ramah Lingkungan
Omzet Puluhan Juta
Siapa sangka, Kutawaru kini diberi label Kampoeng Kepiting yang dikelola kelompok masyarakat mandiri di Cilacap, tepatnya di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah. Di sini dikenal akan hidangan sekaligus budidaya kepitingnya.
Wisata kuliner ini meraup omzet puluhan juta dalam sebulan. Tempat tersebut adalah Kampoeng Kepiting yang dikelola oleh Kelompok Masyarakat Mandiri Kutawaru atau Mamaku.
Kisah Kampoeng Kepiting Kutawaru bermula pada 2009. Saat itu, warga pesisir di Kelurahan Kutawaru menghadapi tantangan besar.
Banyak hutan mangrove ditebang untuk dijadikan kayu arang, sementara tambak yang tersisa mulai kehilangan daya dukungnya.
Namun dari krisis itu, muncul secercah harapan melalui program CSR Pertamina di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap yang menggandeng Rukun Nelayan Kutawaru, wadah nelayan yang bernaung di bawah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).
Melalui program itu, masyarakat mulai diperkenalkan pada konsep silvofishery, sistem tambak ramah lingkungan yang memadukan budidaya perikanan dengan penanaman mangrove.
“Kami diajari untuk tidak menebang habis mangrove, tapi justru menjadikannya bagian dari tambak. Sekarang setiap tambak pasti ada mangrovenya,” kata Rato.
Budidaya yang dikembangkan adalah kepiting cangkang lunak (soka). Awalnya, hanya tiga orang warga yang mencoba.
Mereka menata ulang tambaknya, menanam mangrove di tengah kolam, dan belajar membesarkan kepiting tanpa merusak ekosistem.
Hasilnya mulai terlihat: air tambak menjadi lebih bersih, produksi kepiting meningkat, dan yang terpenting, mangrove kembali tumbuh subur di sepanjang pesisir Kutawaru. Kesadaran masyarakat pun ikut berubah.
Keramba Apung Kepiting
Cilacap
mangrove
Kilang Cilacap
Pertamina
silvofishery
tribunjateng.com
Deni Setiawan
| Gubernur Jateng Resmikan Aplikasi Super Apps Jateng Ngopeni Nglakoni |
|
|---|
| Apa Kabarnya Napi Rutan Demak yang Kabur dari RS? Polisi: Sudah Termonitor |
|
|---|
| 4.180 Calon Penumpang KAI Ajukan Refund Imbas Banjir Semarang |
|
|---|
| Murdiyanto Kades Sugihan DPO Kejari Wonogiri, Gondol Rp779 Juta Uang Insentif RT-RW |
|
|---|
| H-1 Paripurna Pansus Hak Angket Pemakzulan Bupati Pati, Begini Situasi Terkini di Gedung DPRD |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251031-_-Anggota-Mamaku-Cilacap-Cek-Keramba.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.