Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor Pandanarum Banjarnegara

Operasi Pencarian Korban Longsor Pandanarum Banjarnegara Diperpanjang 3 Hari

Tim SAR gabungan memperpanjang operasi pencarian korban longsor Pandanarum Banjarnegara selama tiga hari.

Penulis: Dse | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/Agus Iswadi
PENCARIAN KORBAN - Dokumentasi alat berat mengeruk material tanah longsor di Dusun Situkung Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara saat operasi hari keenam, Jumat (21/11/2025). 

"Operasi ini akan kami optimalkan dengan penambahan tiga alat berat PC 200 dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO)."

"Dengan dukungan cuaca baik, harapannya semakin banyak korban dapat ditemukan," ujarnya.

Baca juga: Kisah Risma Sopir Truk Cantik Banjarnegara, Tak Ragu Mengemudi Malam

Ini Tiga Sikap PWNU Jateng Merespon Tuntutan Ketua PBNU Gus Yahya Mengundurkan Diri

Berapa Banyak Korban yang Sudah Ditemukan?

Pada hari ketujuh operasi, Sabtu (22/11/2024), tim SAR menemukan dua korban.

Dengan temuan tersebut, total korban yang berhasil diidentifikasi mencapai 12 orang, ditambah dua temuan berupa bagian tubuh manusia.

Dengan begitu, masih terdapat 16 korban yang belum ditemukan dari total 28 orang yang dilaporkan hilang.

"Kami terus berupaya agar seluruh korban dapat ditemukan dan dievakuasi," kata Teguh.

Seluruh unsur gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan pemerintah daerah disebut akan memaksimalkan perpanjangan waktu operasi tersebut.

Sementara itu, BNPB mencatat kerugian sementara akibat longsor di Banjarnegara mencapai sekira Rp35 miliar. 

Angka tersebut dihitung dari kerusakan langsung seperti rumah warga yang hancur dan lahan pertanian yang tersapu material longsor.

“Hitungan kasar misalnya rumahnya rubuh, kemudian lahan pertanian yang langsung saja sudah sekira Rp35 miliar untuk Banjarnegara."

"Itu yang terdampak langsung saja,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Dr Suharyanto.

Dia menegaskan bahwa angka tersebut belum termasuk biaya relokasi, pembangunan hunian sementara, serta kebutuhan dalam masa tanggap darurat.

"Belum dihitung kebutuhan relokasi. Ini baru perkiraan sementara, dan tentu saja angka ini akan bergerak terus," katanya.

Suharyanto mencontohkan bahwa penanganan bencana besar memerlukan pembiayaan yang sangat tinggi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved