Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Supardi Pertahankan Batik Warna Alam, Menyulam Keindahan dari Kulit Kayu dan Daun Indigo

Bukan sembarang batik, karya Supardi adalah satu-satunya batik warna alam yang lahir dari tangan warga asli Batang.

Penulis: dina indriani | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/DINA INDRIANI
BATIK WARNA ALAM - Pembatik warna alam dari rumah produksi Supardi di Desa Denasri Kulon, Batang. Di tengah industri tekstil yang serba instan, Supardi memilih tetap kembali ke alam, menurutnya itu menjadi bukti menjaga alam. (TRIBUN JATENG/DINA INDRIANI) 

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Di Desa Denasri Kulon, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, seorang pria bernama Supardi menenun harapan lewat lembar demi lembar batik tulis pewarna alam.

Bukan sembarang batik, karya Supardi adalah satu-satunya batik warna alam yang lahir dari tangan warga asli Batang.

Sejak 2011, ia setia pada jalur yang tak banyak ditempuh yaitu menggunakan pewarna alami dari kulit kayu, buah, dan daun untuk produk kain batiknya.

Baca juga: Batik Rifaiyah Batang Menanti Pengakuan Nasional Sebagai Warisan Budaya Takbenda

“Saya ingin batik ini menyenangkan dilihat, anggun dengan pewarna alami. Kami perdalam pada pewarnaan alamnya, dengan kulit kayu mahoni, kulit kayu tegeran, buah jalawe, indigo dan kayu tingi," tuturnya.

Pewarnaan alam untuk batiknya telah ditekuni sejak tahun 2011, semua berasal dari alam, semua ia racik sendiri.

Ia menyebut satu per satu bahan pewarna di antaranya kulit kayu mahoni warna merah, kayu tingi dengan merah tua, buah jalawe berwarna kuning, kayu tegeran berwarna kuning muda, hingga daun indigo yang menghasilkan biru tua.

“Semua saya kemas jadi satu, supaya batik kami punya warna yang indah dan mengesankan, kami punya teknik sendiri, warna kami lebih cerah dan tahan lama,” ujarnya.

Pewarna alami yang ia racik bahkan telah dipatenkan beberapa waktu lalu, menandai pengakuan resmi atas inovasi yang ia kembangkan selama bertahun-tahun.

“Alhamdulillah, pewarna alam kami sudah dipatenkan. Ini jadi semangat baru untuk terus berkarya,” ujar Supardi.

Di tengah industri tekstil yang serba instan, Supardi memilih tetap kembali ke alam, menurutnya itu menjadi bukti menjaga alam.

"Pewarna alam itu limbahnya aman, air tidak tercemari, sehingga lingkungan sekitar juga tidak tercemar.

Saya berharap para pembatik ikut menggunakan pewarna alam sebagai bentuk menjaga lingkungan," imbuhnya.

Meski pasar batik mengalami pasang surut, Supardi tak goyah.

Ia percaya, keindahan batik warna alam akan kembali menggeliat.

Produk batiknya telah melanglang ke Solo, Jogja, Medan, Kalimantan, hingga Jakarta.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved