Berita Kudus
600 Hektare Padi Baru Tanam di Undaan Kudus Terendam Banjir, Kerugian Petani Ditaksir Rp 4,8 Miliar
Sejumlah petani di Desa Wonosoco dan Berugenjang, Kecamatan Undaan harus menelan pil pahit karena persawahannya banjir.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Sejumlah petani di Desa Wonosoco dan Berugenjang, Kecamatan Undaan harus menelan pil pahit.
Padi yang baru ditanam sepekan harus terendam banjir.
Banjir yang merendam lahan pertanian mereka buntut dari dibukanya Bendung Wilalung dan JU 3 beberapa waktu lalu.
Air yang sedianya mengalir menuju Sungai Juana, namun tidak bisa mengalir lancar dan melimpas ke area persawahan.
Baca juga: Atasi Banjir Semarang, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Upayakan Modifikasi Cuaca
Ketua Kelompok Tani Blalakrejo Wonosoco, Mupangat mengatakan, sawahnya merupakan satu di antara lahan garapan yang kini terendam banjir.
Banjir akibat kiriman dari Sungai Juana yang tidak mengalir lancar.
Lahan yang digarap Mupangat luasnya delapan hekatre.
Sepekan yang lalu lahan tersebut telah selesai ditanami padi.
Namun sayang kini harus terendam oleh banjir.
“Ini masa tanam pertama, kerugian per hektare bisa mencapai Rp 8 juta,” kata Mupangat, Senin (27/10/2025).
Masalah banjir yang menggenangi di area persawahan, katanya, biasa terjadi setiap tahun.
Dan pada saat ini ada sekitar 600 hektare lahan pertanian di dua desa tersebut yang terendam.
Sehingga perkiraan total kerugian yang dialami mencapai RP 4,8 miliar.
Untuk itu dia meminta agar ada solusi konkret agar petani tidak lagi dilanda kerugian akibat banjir.
Menurutnya, perlu adanya normalisasi Sungai Londo di bagian hilir tepatnya di Desa Kutuk, Kecamatan Undaan.
“Ini yang perlu dilakukan yaitu normalisasi Sungai Londo di wilayah Kutuk, di sana di pinggir sungai terdapat bangunan,” katanya.
Merespons hal tersebut Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Eko Hari Jatmiko mengatakan, pihaknya telah melakukan pemetaan dan mitigasi penanganan banjir yang terjadi di area persawahan tersebut.
Menurutnya memang perlu adanya normalisasi Sungai Londo di wilayah Kutuk.
Namun dalam praktiknya nanti normalisasi harus melibatkan instansi lain misalnya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
“Untuk penanganan banjir telah kami petakan, kami koordinasikan dengan PUPR dan dinas lainnya,” katanya.
Sementara Sekretaris BPBD Kudus Syarif Hidayah menjelaskan, dari hasil pemantauan udara menunjukkan genangan bukan karena gagalnya normalisasi Sungai Londo yang sebelumnya telah dilakukan di wilayah Wonosoco, melainkan karena pengerjaan yang belum tuntas di bagian hilir mengakibatkan debit air di hulu tetap tinggi karena alirannya terhambat oleh endapan sungai di hilir.
Di hilir Sungai Londo, katanya terdapat sedimentasi dan penyempitan badan sungai.
Baca juga: Pemprov Jateng Siapkan Kolam Retensi 250 Hektare Atasi Banjir Tahunan Kaligawe Semarang
Selain itu juga terdapat bangunan di sempadan sungai. Sehingga menyulitkan proses normalisasi.
“Jadi kemarin Sungai Londo sudah dinormalisasi, bukannya tidak berhasil, tetapi karena di bagian hilir belum dikerjakan (normalisasinya) karena hujan yang turun lebih awal ini,” katanya.
Hasil pemantauan lapangan atas terjadinya genangan banjir di area persawahan yang pihaknya lakukan , akan segera dilaporkan ke BBWS Pemali-Juana agar bisa segera dilakukan normalisasi sungai. (*)
| Di SMP Muhammadiyah 1 Kudus, Bupati Sam’ani Pesan Pentingnya Jadi Siswa Cerdas dan Berkarakter |
|
|---|
| Pemangkasan TKD, Se-Jateng Kabupaten Kudus Dipangkas Paling Besar Mencapai Rp 538 Miliar |
|
|---|
| Uang Kas Daerah Kabupaten Kudus yang Tersimpan di Bank Mencapai Rp 229 Miliar |
|
|---|
| PON Bela Diri Kudus Berakhir, Bupati Sam’ani: Dampak Positif Bagi Ekonomi Lokal |
|
|---|
| Mlampah Bareng Santri, Puluhan Ribu Santri di Kudus Padati Alun-alun |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.