Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Tangis Sumarlan Pedagang Colo Kudus: "Dulu Rp100 Ribu Mudah, Kini Sulit Cari Rp20 Ribu"

Suasana sepi menyelimuti seratusan kios yang berada di gedung kawasan PKL Terminal Colo, Kudus.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
SUASANA SEPI - Sejumlah kios di dalam gedung Terminal PKL Colo tampak tutup dan terbengkalai lantaran tidak ditempati pedagang, Rabu (19/11/2025). Tersisa enam pedagang yang masih bertahan di kios dalam gedung, selebihnya 120 kios di lantai bawah dan kurang lebih 20 kios di lantai atas terbengkalai dampak sepinya pembeli. 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Suasana sepi menyelimuti seratusan kios yang berada di gedung kawasan PKL Terminal Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.

Sebanyak 120 kios di lantai bawah kini menyerupai gudang mangkrak tak ada tanda-tanda kehidupan.

Sementara dari 30-an kios di lantai atas hanya menyisakan 6 kios yang masih bertahan dan tetap beroperasi.

Baca juga: Pemasangan Stiker Paslon dan Pembagian Uang di Desa Colo, Bawaslu Kudus: Tidak Ada Pelanggaran

Gedung cukup megah yang dibangun sejak 2017 dengan menelan anggaran puluhan miliar tersebut disiapkan untuk menampung kurang lebih 150 pedagang.

Namun, pedagang mengeluhkan lantaran omzet yang didapatkan semakin menurun, meski telah difasilitasi tempat yang lebih layak untuk berdagang.

Satu di antara pedagang kios yang masih bertahan adalah Sumarlan.

Sumarlan bersama istrinya sudah berdagang di lokasi Terminal Colo sejak 1998.

Kala itu, belum ada gedung Terminal PKL yang diperuntukkan bagi pedagang.

Masih memanfaatkan emperan jalan dan kawasan tempat parkir kendaraan wisatawan, utamanya para peziarah ke Makam Sunan Muria.

Kata dia, ekonomi pedagang saat itu masih stabil.

Dalam sehari untuk mendapatkan omzet minimal Rp 100.000 (pada zamannya) relatif mudah.

Pedagang kala itu masih terpusat dalam satu lokasi tempat parkir kendaraan. Tempat naik dan turunnya pengunjung dalam satu tempat.

Hal berbeda kini dialami Sumarlan dan para pedagang lainnya. Setelah dibangun Terminal PKL Colo yang di dalamnya difasilitasi kios-kios berjualan, justru omzet pedagang menurun.

Banyak dari pedagang yang akhirnya menolak fasilitas tersebut, dan lebih memilih berjualan di emperan jalan dalam upaya mendekatkan diri kepada pengunjung.

"Sekarang cari Rp 20.000 per hari saja susah, sering juga gak dapat pembeli. Sepi, semuanya sepi, tinggal 6 pedagang saja yang masih aktif di dalam bangunan Terminal PKL Colo. Yang lain milih berdagang di luar," terangnya, Rabu (19/11/2025).

Pedagang lainnya, Rina mengaku dapat jatah kios di dalam bangunan Terminal PKL Colo.

Namun, dia memilih berdagang di luar gedung yang lebih berpotensi mendapatkan pengunjung.

Dengan berjualan di luar gedung, dia bisa mendapatkan penghasilan meski tidak terlalu ramai.

Pada saat sepi, perkiraan rata-rata pendapatan di bawah Rp 100.000 per hari.

Namun pada saat ramai, pendapatannya bisa lebih dari Rp 200.000 dalam sehari.

"Kalau maksakan berdagang di dalam gedung Terminal PKL, yang ada gak dapat pembeli. Makanya saya gak ambil jatah di dalam gedung, milih berdagang di luar gedung," ujarnya.

Pedagang yang tidak mau menempati kios di dalam bangunan Terminal PKL Colo kini sebagain sudah difasilitasi pemerintah daerah berupa kios ukuran 3x2,75 meter.

Sudah ada puluhan kios yang sudah terbangun dan sudah ditempati untuk berjualan.

Saat ini Pemkab Kudus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kembali membangun kurang lebih 20 kios tambahan dengan anggaran Rp 1,033 miliar untuk rehabilitasi landasan terminal dan kios PKL.

Meski demikian, masih ada beberapa pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Terminal Colo yang kini belum mendapatkan kios di luar gedung Terminal PKL Colo.

Ketua Paguyuban Pemilik Kios dan Warung Terminal Colo, Abdul Rohman menyampaikan, saat ini total pedagang yang tergabung di dalam paguyuban ada 138 orang.

Sedianya jumlah pedagang tersebut bisa terfasiliitasi di dalam bangunan Terminal PKL Colo. Namun, kondisi sepi pengunjung memaksa pedagang untuk ke luar jemput bola pembeli demi mendapatkan penghasilan.

Kini hanya tersisa enam pedagang yang masih bertahan di dalam gedung lantai atas depan tangga utama. Sedangkan 120 kios yang berada di lantai bawah terbengkalai.

"Karena kondisinya sepi, akhirnya pedagang pada gak mau jualan di dalam gedung. Pada milih jualan di luar," tuturnya.

Mewakili paguyuban, Abdul Rohman berharap pedagang dilibatkan dalam penataan Terminal Colo beserta fasilitas yang diperuntukkan bagi pedagang.

Paguyuban pedagang mengharap pemerintah bisa duduk bersama pedagang dalam membahas penataan dan pengembangan kawasan Terminal Colo, agar bisa mendengar apa yang diharapkan pedagang diselaraskan dengan kepentingan pemerintah daerah.

"Jika konsepnya jelas, pemerintah daerah melibatkan pedagang memberikan masukan, bisa jadi muncul solusinya. Jangan tiba-tiba membangun, tapi kita gak tahu konsepnya seperti apa. Karena penataan yang saat ini ada, tidak jalan. Terminal PKL yang seharusnya jadi akses utama keluar masuk pengunjung, tidak terealisasi," tegasnya.

Terpisah, Sekertaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Agus Susanto menjelaskan, revitalisasi kios di kawasan Terminal Colo yang berjalan tahun ini sebanyak 20 unit dengan anggaran Rp 1,033 miliar.

Baca juga: 23 Gunungan Ketupat dan Hasil Bumi Meriahkan Tradisi Syawalan Sewu Kupat di Colo Kudus

Kios tersebut sebagai upaya pemerintah daerah memberikan fasilitasi bagi pedagang agar berjualan lebih tertata dan rapi.

Selanjutnya, pemerintah daerah mendapatkan PAD dari hasil retribusi sewa kios yang dibebankan kepada pedagang kurang lebih Rp 300.000 ribu per pedagang dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

Kata dia, pembangunan tersebut juga sudah melewati sosialisasi kepada pedagang sebanyak dua kali. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved