Semarang
Fenomena Street Coffee Pekojan Basecamp Anak Skena Semarang, Hysteria: Hidupkan Ruang Kota
Hysteria juga sempat mantau di area Pekojan yang mendadak ramai untuk aktivitas ngopi anak-anak muda Skena.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pekojan di Semarang dulu dikenal sebagai kawasan sepi.
Orang hanya melintas, sekadar jalan tembus. Kini suasananya berubah.
Ini hal yang positif kami menyambut baik adanya kanal-kanal anak muda yang membuat lokasi yang mati jadi hidup.
Hysteria juga sempat mantau di area Pekojan yang mendadak ramai untuk aktivitas ngopi anak-anak muda Skena.
Baca juga: Senangnya Peternak Unggas di Kendal, Pakan Jagung SPHP Mulai Disalurkan
Baca juga: Wujudkan Mahasiswa Bebas Pinjol, KSPM Telkom University Purwokerto Gelar Seminar Literasi Keuangan
Aktivasi ruang mati seperti yang kini terjadi di Pekojan menunjukkan kekuatan komunitas.
Semakin banyak anak muda yang mengaktivasi ruang-ruang yang mati itu akan menjadi lebih baik.
Ada ekonomi yang besar, ada aktivitas teman-teman, terus mungkin juga bisa memunculkan ide-ide yang lain.
Yang bisa saja memberi inspirasi tempat-tempat lain untuk berkembang.
Yang menentukan bukanlah tempatnya, melainkan manusianya.
Setiap tempat punya potensi sendiri untuk dikembangkan, butuh seorang atau kelompok yang bergerak untuk mengkreasikan dan menghidupkan tempat yang mati.
Meski tren kopi street di Pekojan sedang naik, tantangan utamanya adalah menjaga eksistensi.
Biasanya hal-hal yang baru yang hype akan lebih mudah terserap.
Hanya saja titik jenuhnya yang sulit untuk diperkirakan sejauh mana eksistensi bisa bertahan dan berakhir kapan.
Jika berbicara soal food and beverage atau coffee shop di Semarang, trennya naik dan turun karena perilaku market yang gampang bosan.
Namun satu hal yang menarik disini adalah ekspresi anak muda yang nongkrong di street kopi Pekojan.
Pembeli dan pedagang kompak mengenakan pakaian ala-ala anak skena kalcer (culture) seperti pakaian hip-hop dengan khas baju kedodoran.
Sehingga pelaku usaha dan marketnya berada pada gerbong yang sama.
Saya jadi teringat pada Citayam Fashion Week.
Meskipun Citayamnya sudah selesai tapi dengan hal tersebut, setidaknya semangat berbusana anak muda bisa menonjol.
Sehingga mewajarkan bahwa berpakaian yang ala-ala Skena atau stylish itu bagian keseharian, enggak cuma domainnya para fashion design.
Soal street coffee sendiri, Semarang sudah punya banyak contoh.
Dari Jalan Pahlawan, Imam Bonjol, hingga sekitar Undip, nongkrong di trotoar dengan kopi sudah jadi tren.
Sebenarnya ini melanjutkan tren aja bahwa memang tren untuk nongkrong di pinggir jalan itu memang terjadi di mana-mana.
Tapi kalau spesifik lokasi tersebut secara natural menjadi tempat ngopi, itu yang baru kelihatan hari ini memang di Pekojan. (Rad)
6 Poin Disepakati Pemkot dan PN Semarang, Termasuk Integrasi Layanan Hukum dan Parkir Resmi |
![]() |
---|
DPRD Dukung Kebijakan Tarif PBB di Kota Semarang Tidak Naik |
![]() |
---|
Rumah Orang Tua Siswa Sekolah Rakyat Semarang Dijanjikan Dapat Perbaikan Tahun Ini |
![]() |
---|
Respons Dinas Kesehatan Banyumas Setelah Jumlah Siswa Keracunan MBG Semakin Meningkat |
![]() |
---|
Menyusuri Rumah Blimbing Semarang, Jejak PKI yang Ditinggali Veteran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.