Banjir di Semarang
Evaluasi Banjir Hari Ke-10 di Semarang: BNPB Akui Pompa Rusak dan Kolam Retensi Baru 40 Persen
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto tinjau langsung lokasi penanganan banjir di Kota Semarang.
Penulis: rahdyan trijoko pamungkas | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto tinjau langsung lokasi penanganan banjir di Kota Semarang, Senin (3/11/2025).
Kepala BNPB didampingi Gubernur Jateng Ahmad Luthfi meninjau langsung rumah pompa Sringin dan kolam retensi Terboyo.
Suharyanto menyebut hari ke 10, banjir relatif surut hampir di semua titik. Jalur Pantura Semarang-Demak relatif lancar.
Namun ada beberapa titik yang tersendat karena terdapat genangan-genangan.
Baca juga: Gubernur Ahmad Luthfi Tunggu Gerak Nyata GP Ansor Jateng dalam Sinergi Pembangunan
"Sekarang masih dalam tahap penanganan," ujarnya.
Menurutnya, upaya penanganan banjir yang dilakukan pertama modifikasi cuaca. Hal itu dianggap perlu, karena jika masih turun hujan maka akan mengganggu penanganan banjir.
"Setelah ditahan kan tidak ada tambahan air dari atas. Baru kita lihat memang sumber masalahnya yang pertama adalah daratannya sebagian Kota Semarang khan memang rendah ya bahkan lebih rendah dari permukaan air laut," ujarnya.
Menurutnya, penanganan berikutnya adalah pompanisasi. Namun hal itu terhambat karena ada beberapa pompa yang rusak dan terlambat diperbaiki, serta sejumlah titik kurang pompa.
"Ketika tidak musim hujan itu tidak terlihat gitu. Tapi begitu dapat hujan, dapat kiriman air baru terlihat itu. Bahwa jumlahnya pompanya kurang. Nah, inilah di diatasi dulu. Jadi kami membentuk satgas pompa," tuturnya.
Dikatakannya, karena kondisi darurat satgas pompa dipimpin oleh TNI/Polri. Satgas Pompa saat ini dikomandani oleh Dandim Semarang.
"Nah, pompa ini 24 jam dilihat debit airnya untuk pompa air. Kalau ada yang rusak diperbaiki, yang kurang ditambah. Per hari ini jumlah jumlah pompanya hampir 128 pompa di seluruh wilayah. Kota Semarang," ujarnya.
Letjen Suharyanto mengatakan saat ini Kementerian Pekerjaan Umum sedang membangun kolam retensi di wilayah Hulu. Pada lokasi yang sama juga sedang dibangun tanggul laut.
"Nah, ini kan masih 40 persen pembangunannya per hari ini. 40 persen ini namanya juga lagi konstruksi mungkin ada beberapa titik yang belum sempurna. Contoh kemarin ada bangunan atau jalan yang menghambat aliran air. Itu segera dijebol," jelasnya.
Namun yang masih menjadi kendala, kata dia, adalah kurangnya pompa. Oleh sebab itu perlu adanya penambahan pompa agar dapat cepat mengalirkan ke laut.
"Kemudian ternyata ada jalur aliran ke lautnya kurang lebar dilebarkan. Nah, semuanya sedang proses," tuturnya.
Lanjutnya, setelah dilakukan koordinasi langkah-langkah itu disepakati. Operasi modifikasi cuaca (OMC) tetap dilaksanakan untuk mengurangi intensitas hujan.
"Kemudian pompanisasi dimaksimalkan tetapi ini tidak akan selamanya. Nanti setelah pompanisasinya bagus, OMC-nya kita kurangi. Kita coba datangkan hujan ternyata tidak banjir. Ya, berarti pompanya bagus," jelasnya.
Dikatakannya, OMC akan tetap ditambah sampai pompa-pompa yang ada dilokasi maksimal beroperasi. hasil rapat koordinasi ada dua pesawat dioperasikan untuk OMC hingga tiga hari ke depan.
"Setelah tiga hari kami tarik satu. Nah kalau ditarik satu pasti hujan. Kalau hujannya belum besar kita lihat banjir tidak. Kalau tidak banjir tarik semua OMC. Kalau ditarik semua pasti akan hujan dan kalau tidak banjir itu yang diharapkan," jelasnya.
Menurutnya, OMC tidak selamanya akan dilakukan untuk mengatasi banjir. Sebab OMC merupakan mitigasi sementara untuk menangani bencana.
"Buktinya adanya OMC ini tidak hujan. Beberapa hari Semarang tidak hujan khan? Mendung tebal tidak hujan," kata dia.
Ia mengatakan biaya yang dikeluarkan untuk OMC tidaklah murah. Sekali beroperasional anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp 200 juta. Oleh sebab itu penanganan banjir tidak harus bergantung dengan OMC.
"Hujan kan memang juga anugerah dari yang Maha Kuasa gitu. Ada juga orang yang masyarakat lain yang sangat membutuhkan hujan. Jadi, yang bagus memang walaupun hujan besar tapi daratan itu tangguh untuk menghadapi datangnya hujan itu," Jelasnya.
Sementara itu Gubernur Ahmad Luthfi menegaskan, kolam retensi Terboyo memiliki peran vital dalam sistem pengendalian banjir di wilayah timur Semarang.
Kolam dengan luas sekitar 189 hektare ini mampu menampung hingga 6 juta meter kubik air dan dilengkapi dengan rumah pompa besar berkapasitas 5.000 liter per detik per unit.
Kolam itu terintegrasi dengan tanggul laut dan sistem drainase utama, sehingga berfungsi menurunkan genangan di Jalan Kaligawe serta kawasan industri di sekitarnya.
Baca juga: Wali Kota Tegal Dedy Yon dan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Dorong UMKM Terus Berkembang
Menurutnya sejak awal tanggap darurat, Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Semarang berkoordinasi erat dengan BNPB dan Kementerian PU.
“Artinya, kerja-kerja kolaboratif ini akhirnya bisa memastikan pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu. Ini juga menjadi model bahwa kita bisa bekerja bersama,” ujarnya.
Luthfi menambahkan, banjir di Kota Semarang dan Kabupaten Demak beberapa hari terakhir menjadi pelajaran berharga, supaya daerah tersebut tidak banjir lagi.(rtp)
| 10 Hari Jalur Pantura Lumpuh, Pengusaha Truk Rugi Puluhan Juta Per Unit |
|
|---|
| Banjir Kaligawe Semarang Tak Cukup Hanya Pompa, Biang Keroknya Dari Hulu Sampai Hilir |
|
|---|
| Kisah Perjuangan Nenek Sulistyowati, Nekat Terobos Banjir Demi Berobat Mata ke Rumah Sakit |
|
|---|
| Jalur Pantura Semarang–Demak Tergenang Banjir, Berikut Jalur Alternatif |
|
|---|
| BPBD Kota Semarang Imbau Warga Waspadai Genangan, Delapan Titik Terendam Banjir |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251103_Kepala-BNPB-Letjen-TNI-Suharyanto_1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.