Berita Pekalongan
Cerita Muhayadin-Rosyana Warga Pekalongan Sudah 6 Tahun Tempati Rumah Nyaris Roboh
Tidak pernah dibayangkan, satu keluarga menempati rumah yang berdinding gedek atau dari anyaman bambu yang hampir roboh selama kurun waktu enam tahun.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Tidak pernah dibayangkan, satu keluarga menempati rumah yang berdinding gedek atau dari anyaman bambu yang hampir roboh selama kurun waktu enam tahun.
Rumah yang hampir roboh ini, dihuni Muhayadin (38) bersama istri tercintanya, Rosyana (30) dan dua anaknya, Ahmad Sidik (7) dan Shinta (5), warga Dukuh Blimbing Lor RT 2 WR 2, Desa Blimbing Wuluh, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Tidak hanya itu, rumah yang mereka tinggali, ternyata tanahnya bukan miliknya pribadi melainkan tanah milik orang lain.
• 4 Pemuda Semarang Tewas Kecelakaan, Kompol Hariyanto: Sopir Hilang Kendali Diduga Terpengaruh Miras
• Kisah Ronald Nyaris Tewas Kecelakaan Mazda CX-5 di Tol Semarang-Solo, Selamat Berkat Sabuk Pengaman
• Berkaca Kecelakaan Maut ABG Asal Semarang di Sleman, Pakar UGM Ingatkan Pakai Sabuk Pengaman
• 3 Pasangan Kepergok Mesum di Rumah Kosong Selama 4 Hari, 2 Pasangan Masih di Bawah Umur
Ironisnya lagi, Muhayadin yang pekerjaannya sebagai buruh pembuat batu bata, namun impian memiliki rumah dengan batu bata tidak bisa diwujudkan.
"Jangankan untuk pindah rumah ke perkarangan orangtuanya, untuk memperbaiki saja, saya tidak bisa," kata Muhayadin saat ditemui Tribunjateng.com, Minggu (4/10/2020).
Menurutnya, dari hasil pekerjaannya sebagai buruh batu bata hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
"Uang Rp 30 ribu dari hasil upah kerja saya hanya untuk makan setiap harinya.
Seringkali istri saya juga membantu, sebagai buruh serabutan yang setiap hari tidak mendapatkan uang," ujarnya.
Dirinya juga menceritakan, karena kondisi rumahnya yang nyaris roboh ia bersama dua anak dan istrinya memaksimalkan fungsi dapur untuk dijadikan kamar dan berlindung dari panas serta hujan.
"Dapur kayu masih kuat.
Makanya, saya kalau malam tidurnya disitu. Kalau tembok yang lainnya sudah keropos," tuturnya.
Hal yang sama juga diceritakan oleh Rosyana istri Muhayadin kendati dianggap paling nyaman di ruang belakang yakni di dapur, kalau hujanpun harus basah-basahan.
Karena atap dari daun yang sudah mulai lapuk serta rumah yang tak mempunyai daun pintu membuat leluasa air hujan masuk ke dapur yang disulap sebagai kamarnya.
"Kalau hujan disertai angin, saya sering khawatir. Nek ujug-ujug omah e ambruk mesake bocah-bocah mas (kalau tiba-tiba rumahnya rubuh, kasihan anak-anak)," imbuhnya.
Ia tak menyangka, rumah yang 6 tahun ditinggali sekarang dipindah ke tempat yang lebih aman dan memadai.
"Alhamdulillah sekarang rumah sedang dibuatkan oleh desa dan dibantu anggota DPRD Kabupaten Pekalongan Candra Saputra beserta istri Shinanta Previta Angraeni."
"Saya juga ucapkan kepada semua warga yang sudah gotong-royong memindahkan rumah saya," tandasnya.
Melihat kondisi rumah yang cukup memprihatinkan, warga sekitar kemudian melaporkan hal itu ke pihak desa setempat.
Pihak desapun tidak bisa berbuat banyak untuk membantu perbaikan rumah milik Muhayadin.
Pasalnya rumah salah satu warganya tidak berdiri diatas tanahnya sendiri, melainkan masih menumpang di tanah perkarangan milik orang lain.
"Memang benar, sejumlah warga melaporkan soal kondisi rumah Muhayadin dan setelah saya lihat, perlu dipindah dan dibuatkan rumah baru, yang penting layak dihuni."
"Kita sempat bingung awalnya. Mau kita bantu melalui anggaran dari desa program bedah rumah juga tidak bisa, karena tanahnya masih menumpang," kata Riyanto Kades Blimbing Wuluh.
Riyanto mengungkapkan, akhirnya pihaknya minta bantuan sama anggota DPRD Kabupaten Pekalongan Candra Saputra.
"Dibantu mas Candra dan kesepakatan warga serta pihak desa, rumah milik Muhayadin dibongkar dan dipindahkan ke perkarangan yang berdekatan dengan rumah orangtuanya," ungkapnya.
Kemudian, proses pemindahannya dilakukan secara gotong royong, baik soal tenaga maupun anggaran untuk keperluan membangun rumah dilakukan secara gotong royong warga dan desa.
Terpisah anggota DPRD Kabupaten Pekalongan Candra Saputra mengatakan, kabar tentang adanya
warga Desa Bilmbing Wuluh berdasarkan laporan dari warga setempat melalui pesan inbox sosial medianya.
"Saya bersama istri langsung ke lokasi dan setelah melihat kondisinya memprihatinkan.
Lalu, kami koordinasi dengan pihak desa dan warga.
Akhirnya kita sepekat membongkar rumah dan membuat kembali rumah layak huni di perkarangan yang berdekatan dengan rumah orangtuanya," katanya.
Menurut Candra, desa itu berada di Kecamatan Siwalan yang merupakan salah satu daerah pemilihannya (dapil) dalam Pemilu legislatif lalu.
Karena sekarang pihaknya terpilih dan menjadi anggota dewan, maka sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat untuk memberikan suport dan bantuan kepada yang bersangkutan.
"Mungkin bantuan yang kami berikan tidak seberapa, namun yang penting adalah niat kami untuk membantu masyarakat yang membutuhkan," imbuhnya. (Dro)
• Ini Penyebab Api Abadi Mrapen Grobogan Padam, Pemerintah Punya Cara agar Api Menyala Kembali
• Rafathar Ogah Disorot Kamera, Raffi Ahmad Merasa Hancur
• Forum Kyai Ingin Hendi Kembali Pimpin Kota Semarang
• Nonton TV Online Ini Link Live Streaming Serie A Liga Italia AC Milan Vs Spezia di Bein Sports