Berita Internasional
Wanita Bunuh Jerapah Untuk Kado Valentine Dihujat Netizen
Seorang wanita berusia 32 tahun telah memancing amarah warganet. Seorang wanita bernama Marelize Van Der Merwe merupakan seorang pemburu.
Penulis: Alifia | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM - Seorang wanita berusia 32 tahun telah memancing amarah warganet.
Seorang wanita bernama Marelize Van Der Merwe merupakan seorang pemburu bersama dengan suaminya.
Suaminya telah membayar sebesar 41 juta rupiah, agar istrinya bisa mendapatkan seekor jerapah tua.
Baca juga: Vaksinasi Tahap Dua di Banyumas Dimulai Hari Ini, Baru Datang 12.750 Dosis
Baca juga: 21 Daerah di Jateng Belum Tuntaskan Pembahasan Raperda RTRW, Dinilai Hambat Investasi
Baca juga: Masuk Prioritas, Pedagang Pasar di Kabupaten Pemalang Juga Akan Divaksin
Baca juga: Dirlantas Polda Jateng: Kendaraan ODOL Penyebab Jalan Pantura Rusak
Marelize mengunggah foto dirinya di akun sosial media pribadi miliknya sedang memeluk jerapah tua malang yang sebelumnya telah ia bunuh.
Pada foto selanjutnya, ia berpose dengan tersenyum membawa sebuah hati yang telah ia sayat dari tubuh jerapah.
Dalam keterangan postingannya, ia juga menuliskan “ Aku pernah bertanya-tanya seberapa besar hati jerapah? Aku benar-benar luar biasa dengan hadiah valentine besar saya!”
Ternyata Marelize telah berhasi melakukan perburuan kurang lebih sebanyak 500 hewan diantaranya macan tutul, singa dan gajah.
Marelize mengaku dirinya telah menunggu selama bertahun-tahun untuk memiliki jerapah, ia juga mengungkapkan sangat menyukai bagian kulit gelap hewan ikonik tersebut.
Mengetahui mimpi istrinya memiliki seekor jerapah sendiri, kemudian suaminya memutuskan untuk membayar seekor jerapah sebagai hadiah hari valentine.
Marelize berencana akan menggunakan kulit jerapah sebagai permadani.
Atas terjadinya insiden tersebut, sejumlah aktivis hewan merasa sangat marah.
Namun, tindakan Marelize justru didukung oleh ibunya.
Ibunya membela bahwa seorang pemburu justru diklaim sebagai upaya penyelamatan terhadap spesies terancam di Afrika Selatan.
Ibunya juga mengatakan bahwa perburuan berkelanjutan mampu membantu melestarikan satwa liar di Afrika Selatan dan tindakannya tersebut menciptakan lapangan kerja yang mampu berkontribusi pada industri pariwisata.
Justru ia berbalik menyerang pembela kelompok hak hewan sebagai “mafia” yang “tidak dihormati”.