Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Slawi

Kisah Para Pelapak di Masa PPKM Darurat, Tetap Berusaha Taat Aturan Meski Dagangan Tak Habis

Penutupan jalan di wilayah Kabupaten Tegal masih berlangsung hingga saat ini. Namun adanya pembatasan tersebut berdampak pada menurunnya pembeli.

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: rival al manaf

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Penutupan jalan di wilayah Kabupaten Tegal masih berlangsung hingga saat ini.

Namun adanya pembatasan tersebut berdampak pada menurunnya jumlah pembeli di lapak penjual Pecel Pincuk Madiun yang biasa mangkal di daerah Slawi.

Informasi ini disampaikan langsung oleh pemilik Pecel Pincuk Madiun Menik Wulandari dang sang Suami Timur Risjohan.

Baca juga: Bantuan Ventilator dan Tabung Oksigen dari Singapura dan Australia datang Hari Ini

Baca juga: Pengakuan Boaz Solossa Terkait Tudingen Indisipliner yang Membuatnya Dipecat dari Persipura

Membuka lapak jualan sejak tahun 2019, Wulan setiap harinya sebelum ada penutupan jalan biasa menjual rata-rata 50 porsi menu Pecel, Rawon, dan soto daging.

Bahkan saat weekend bisa meningkat menjadi 100 porsi.

Namun sejak ada kebijakan penutupan akses jalan di beberapa titik, pembeli yang datang ke lapak nya menurun drastis. Terlebih ada larangan untuk makan di tempat.

"Ya cukup berpengaruh, karena saya kan buka dari pukul 06.00 WIB dan biasanya pukul 09.00 WIB sudah habis. Nah ini sampai hampir pukul 10.00 WIB saja masih sisa. Tapi ya gimana kami mengikuti saja meski terdampak," ungkap Wulan, saat ditemui Tribunjateng.com di lapak jualannya Kamis (8/7/2021) kemarin.

Baca juga: Dalam Sepekan Satgas Covid-19 Kesugihan Cilacap Bubarkan 2 Acara Hajatan Sekaligus

Baca juga: Puisi Justru Joko Pinurbo

Menurunnya jumlah pembeli di lapak jualannya, menurut Wulan dipengaruhi beberapa faktor seperti pembeli malas keluar rumah karena jalan yang ditutup sehingga harus mencari akses lain. 

Selain itu adanya larangan untuk makan di tempat, karena pembeli yang biasa datang ke tempatnya lebih suka jika makan di tempat bukan dibungkus.

"Tapi ada beberapa customer yang akhirnya memesan lewat pesan whatsapp tapi ya tidak terlalu banyak. Katakan biasanya sehari bisa melayani 50 pembeli, sejak jalan ditutup paling antara 20-30 pembeli. Suasana juga sepi karena di sekitar tempat saya jualan akses nya ditutup," ujarnya.

Senada dengan Wulan, sang suami Timur Risjohan juga berpendapat adanya penutupan jalan sedikit menghambat usahanya.

Namun jika melihat kondisi kasus Covid-19 sekarang ini khususnya di Kabupaten Tegal, ia mengaku bisa memaklumi dan mengikuti saja aturan yang ada demi kebaikan bersama.

Baca juga: Ratusan Orang Terjaring Razia Gabungan di Kabupaten Pekalongan, Puluhan Orang Positif Covid-19

Baca juga: Cara Merawat Keluarga yang Positif Covid-19 di Rumah Namun Tetap Menghindari Penularan

"Ya cukup menghambat karena biasanya sebelum jam 10.00 WIB sudah habis dan kami pulang ke rumah, tapi sekarang masih sisa cukup lumayan. Tapi kami mengikuti saja toh kasus Covid-19 memang sedang meningkat terus tren nya," jelas Timur.

Timur berharap semoga tren Covid-19 di Indonesia khususnya Kabupaten Tegal bisa segera turun, sehingga kondisi kembali normal dan masyarakat beraktivitas seperti biasa tanpa ada hambatan.

Sementara itu, seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, meski berkurang di kisaran angka 17 persen, mobilitas warga Kabupaten Tegal di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat ini dinilai oleh pemerintah pusat belum menunjukkan penurunan yang signifikan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved